Friday, January 31, 2020

Kita Perlu Media Asing untuk Tahu Kondisi dalam Negeri


Sebuah media di Benua Eropa menuliskan judul yang unik, yakni Thousands on Virus lockdown at China-backed Plant in Indonesia.

Saya sebut unik karena jarang, bahkan, agaknya belum pernah dipublikasikan oleh media-media mainstream di Indonesia sendiri. Adalah France24. Sebuah media di Prancis yang menyoroti ribuan pekerja asal Republik Rakyat China yang dikarantina dalam sebuah pabrik di Morowali. Tujuan karantina itu sendiri dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran virus Corona Wuhan.

Ya, mulai dari judul yang mereka turunkan, orang Indonesia akan tahu kondisi nyata di Morowali. Sebab, kalau diartikan, judul itu berbunyi, "Ribuan Orang Dikarantina dalam Pabrik China di Indonesia untuk Mencegah Penyebaran Virus"

Baca Juga: Kalimantan, Siapa Sajakah Tokoh-Tokoh dari Pulau Ini yang Menjadi Pahlawan Nasional Indonesia?

Kemudian isi beritanya yang paling mencengangkan, France24 secara lugas dan independen menyatakan bahwa lebih dari 40 ribu pekerja di kompleks industri yang "dikuasai China" di Indonesia telah dikarantina karena khawatir dengan penyebaran virus Corona mematikan yang telah menewaskan lebih dari 200 orang di China.

Secara rinci, PT Indonesia Morowali Industrial Park dikabarkan telah menutup pusat penambangan nikelnya di Sulawesi. Selain itu juga melarang stafnya masuk atau pergi tanpa izin tertulis dari mereka, termasuk para pekerja asal China sendiri.

Lebih lanjut, France24 mengutip pula sebuah pernyataan dari juru bicara perusahaan Dedy Kurniawan. Apa pernyataannya? Bahwa karyawan di fasilitas seluas 2.000 hektar yang mayoritas dimiliki oleh China's Shanghai Decent Investment Group itu, sedang menjalani tes medis dan sejauh ini tidak ada yang terinfeksi.

Membaca Perjuangan Bangsa Banjar Melawan Pengkhianat dan Penjajah dalam Syair Pangeran Antasari


Baru-baru ini saya mendapatkan sebuah buku berjudul "Syair Pangeran Antasari" dari penyairnya langsung. Adalah Selamat Bakumpai yang sejak 2014--2015 menuliskannya dengan sangat apik.

Jujur saja, saya begitu menikmati syair-syair yang dituliskannya dalam buku yang terbit tahun 2017 lalu ini. Membacanya seperti sedang menyaksikan bagian dari sejarah Kesultanan Banjar. Saya sebut sebagian karena memang di dalamnya berkisar pada perjuangan Pangeran Antasari, sebagian keluarga istana, dan rakyat Banjar dalam melawan penjajah Belanda yang dibantu pengkhianat bangsa (Banjar). Dengan kata lain, tidak berupa sejarah Kesultanan Banjar secara keseluruhan.

Perjuangan sang pangeran yang telah menjadi Pahlawan Nasional Indonesia itu memang sangat heroik. Kepahlawanannya sejak dulu dikisahkan secara turun-temurun secara lisan. Sudah pula dituliskan dalam aneka tulisan. Saya sendiri pernah menulis sebuah buku berjudul "Pelajaran Penting dari Para Pahlawan Nasional Indonesia Asal Kalimantan" yang di dalamnya ada sejarah hidup dan perjuangan Pangeran Antasari itu.

Baca Juga: Kalimantan, Siapa Sajakah Tokoh-Tokoh dari Pulau Ini yang Menjadi Pahlawan Nasional Indonesia?

Bahkan, film kisah Perang Banjar yang berjudul "Pangeran Antasari, Haram Manyarah Wajah sampai Kaputing" sudah tayang di Bioskop Duta Mall Banjarmasin pada awal Januari tahun 2018.

Baik yang dituturkan secara turun-temurun, dalam wujud tulisan, dan film ada satu hal mencolok yang saya tangkap. Apa itu?

Ada pahlawan dan pengkhianat bangsa. Ya, dua hal yang saling bertolak belakang.

Baca Juga: Virus Corona dan Industri Hiburan China

Ketika sebuah bangsa melawan bangsa lain, agaknya hal itu terkesan bersih. Keduanya saling adu kekuatan, baik fisik, maupun mental. Akan tetapi, ceritanya akan berbeda jika telah terjadi pengkhianatan oleh seseorang atau lebih dari salah satu bangsa tersebut. Benar, yang semestinya menjadi pejuang dan pahlawan, malah berteman akrab dan membantu bangsa lain untuk menghancurkan bangsanya sendiri. Sungguh menyakitkan rasanya.

Semua rahasia dan segala kelemahan bangsanya ia atau mereka berikan kepada bangsa lainnya. Demi apa? Kepentingan pribadi dan atau golongan.

Maka, terjadilah peperangan yang tidak murni lagi. Akhirnya, ada bangsa yang menang karena mendapatkan bantuan dari pengkhianat rakus. Nah, peristiwa semacam ini tidak hanya terjadi pada masa lalu dan tidak juga berlaku surut.

Buku "Syair Pangeran Antasari" karya Selamat Bakumpai ini mengingatkan kita akan hal itu. Bahwasanya sebuah bangsa, idealnya ibarat sapu lidi atau bisa juga bak sebuah buku. Harus bersatu padu dalam mengusung cita-cita bersama. Tidak ada lagi yang namanya kepentingan pribadi atau golongan.

Jadilah pahlawan untuk bangsamu!


Thursday, January 30, 2020

Virus Corona dan Industri Hiburan China


Negara raksasa Republik Rakyat China sedang bekerja keras. Bahkan, sangat keras. Ya, kerja, kerja, kerja. Agaknya demikianlah prinsip mereka saat ini dalam mengatasi situasi dan kondisi yang mengkhawatirkan akibat virus Corona.

Berawal dari Wuhan, kini sebarannya kian meluas. Pemerintah China sendiri sampai meminta stasiun televisi memangkas siaran berkonten hiburan untuk memperkuat laporan seputar virus yang semakin mewabah dan mengerikan itu.

Masih berkenaan dengan industri hiburan, dunia perfilman China terdampak wabah ini. Betapa tidak? Sejak akhir pekan lalu sedikitnya ada 70 ribu bioskop tutup.

Alhasil, pemutaran sejumlah film beranggaran besar gagal tayang. Sebut saja seperti Lost ini Russia, The Rescue, dan sekuel komedi Detective Chinatown 3.

Baca Juga: Proses Pemulangan WNI dari China sedang dalam Tahap Administrasi, Belum Tahu Kapan Bisa Dipulangkan

Selain itu, dikabarkan bahwa proyek terbaru bintang Donnie Yen--film thriller bertajuk Polar Rescue--juga mengalami penundaan sebagai akibat wabah virus corona di China tersebut. Dan, hanya memungkinkan bisa kembali dilanjutkan pada November mendatang.

Padahal, dijadwalkan proyek itu mulai dikerjakan lagi pada hari ketiga setelah Tahun Baru China atau pada 28 Januari lalu.


Proses Pemulangan WNI dari China sedang dalam Tahap Administrasi, Belum Tahu Kapan Bisa Dipulangkan


Jepang dan Amerika Serikat sudah bergerak cepat memulangkan warga negara mereka masing-masing.

Langkah negara-negara maju tersebut sangat patut diapresiasi dunia internasional. Dan, Pemerintah Indonesia pun meniru langkah maju mereka. Terbukti, Kementerian Luar Negeri mengaku masih sibuk melakukan pendataan profil WNI di China dan proses administrasi untuk dipulangkan ke Indonesia.

Teuku Faizasyah yang merupakan Juru Bicara Kemenlu mengatakan bahwa pihak mereka tetap bertugas melakukan tahapan pra-evakuasi yang terdiri atas dua tindakan.

Pertama, pemutakhiran data seperti tersebut di atas. Kedua, adalah tindakan pemulangan.

Meski demikian, hingga hari ini, Kamis (30/1/2020) Pemerintah Indonesia belum mencapai kesepakatan dengan otoritas China terkait tanggal kepulangan WNI dari negeri Tirai Bambu itu.

Wednesday, January 29, 2020

Viral Video Perusakan Mushalla Al-Hidayah Perum Agape


Sebuah video perusakan mushalla (baca: musala) viral di media sosial. Ialah Mushalla Al-Hidayah yang ada di Perum Agape, Desa Tumalutung, Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara.

Aksi tercela itu dilakukan sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Tindakan kriminal tersebut terjadi pada pukul 20.00 Wita, Rabu (29/1/2020).

Dari peristiwa memperhatikan di negara masyoritas muslim ini, harus ada sikap tegas dari pihak berwajib. Hal itu guna adanya efek jera bagi pelaku kejahatan pada kemudian hari. 

Sementara reaksi umat Islam di Indonesia hingga saat ini menunjukkan akhlak terpuji dengan tidak menyerang balik pelaku perusakan tersebut. Selebihnya ada juga tuntutan yang disampaikan tokoh muslim, yakni Yusra Alhabsy.

Pertama, tangkap aktor intelektual di balik aksi perusakan mushalla. Kedua, copot Kepala Desa Tumalutung karena telah lalai dalam menjalankan amanah sebagai aparat desa.

Ketika Wisatawan China di Masjid Raya Sumatera Barat


Republik Rakyat China (RRC) dan Indonesia tentu tidaklah sama. Di negeri Tirai Bambu itu azan dilarang. Itulah sebabnya, wisatawan muslim asal Kota Kunming, RRC menangis haru mendengar suara azan dikumandangkan di Masjid Raya Sumatera Barat.

Ya, ada sebanyak 15 wisatawan muslim asal RRC berkesempatan berada di masjid itu. Mereka sudah di sana  sebelum Zuhur. Setelah mendengarkan kesyahduan azan, mereka pun berkesempatan pula menunaikan shalat Zuhur berjamaah di Masjid itu pada siang ini, Rabu (29/1/2020).

Bukan hanya itu. Mereka juga mendapatkan kesempatan bertemu dan menyampaikan permintaan maaf kepada Gubernur Sumbar Irwan Prayitno usai menunaikan ibadah sholat Zuhur di Masjid itu.

Para wisatawan ini paham telah membuat resah dan merepotkan  masyarakat Sumatra Barat atas kunjungan mereka saat menyebarnya  virus Corona.

Tuesday, January 28, 2020

Untuk Menggambarkan Situasi Serius, Koran Jyllands-Posten Ubah Gambar Bintang Jadi Virus Corona di Bendera China


Virus Corona mendunia. Begitulah adanya. Ya bukan hanya orang Indonesia yang membicarakannya. Dan, tidak sekadar kata-kata, dunia membahasnya dalam bentuk ekspresi lainnya.

Kali ini sebuah kartun virus tersebut menjadi sorotan banyak orang, tertuma Pemerintah Republik Rakyat China.

Kartun itu ditampilkan dalam Jyllands-Posten (JP), yakni sebuah koran di Denmark. JP memang memegang prinsip kebebasan berekspresi dan memberikan ruang bagi pandangan yang berbeda.
Termasuk dalam hal penggunaan bendera RRC sebagai ilustrasi.

Khusus menyangkut bendera tersebut, pihak JP menyatakan dalam keadaan apa pun itu tidak pernah dimaksudkan untuk menyinggung orang-orang China. Mereka berniat untuk mengeksploitasi dan menggambarkan kepada dunia tentang situasi serius yang ada, yaitu virus Corona mengorbankan banyak nyawa manusia.

Dengan kata lain, harian di Denmark ini hanya bermaksud memberikan gambaran atas masalah serius yang sedang berkembang bahwa virus Corona saat ini menyebar dari China ke negara-negara lain di dunia.

itulah sebabnya, Pemimpin Redaksi JP--Jacob Nybroe--tetap bersikukuh mengatakan (surat kabar) mereka tidak bermaksud merendahkan atau mengolok-olok situasi di China dan menolak meminta maaf.

Selain itu, politisi Denmark dari seluruh spektrum turut medukungan Jyllands-Posten dengan memberikan pernyataan tegas bahwa Republik Rakyat China seharusnya tidak menekan surat kabar tersebut.


Monday, January 27, 2020

Coronavirus Goyang Perekonomian Negara Superpower China


Sebagai negara superpower yang berani melawan Amerika Serikat, Republik Rakyat China (RRC) memang terkenal percaya diri. Bahkan, Presiden RRC--Xi Jinping--pernah menyatakan bahwa tidak ada satu negara pun bisa mendikte China, termasuk pembangunan ekonominya.

Namun, apa realitas yang terjadi saat ini di RRC? Virus Corona atau NCoV 2019 berdampak pada perekonomian mereka.

Apa saja dampaknya?

Pertama, penurunan jumlah penumpang transportasi. Dengan adanya virus mematikan dari Wuhan ini, jumlah penumpang transportasi di negeri Tirai Bambu mengalami penurunan. Ya, dalam upaya mencegah penyebarannya yang lebih luas, maka pihak pemerintah RRC meminta masyarakatnya tinggal di rumah.

Dikabarkan bahwa total jumlah perjalanan pada Sabtu atau hari pertama Imlek lalu anjlok sebesar 28.8% daripada tahun sebelumnya. Ini mencakup jalur transportasi udara, air, dan darat. Jika dirinci, berdasarkan informasi dari Wakil Menteri Transportasi RRC, Liu Xiaoming, perjalanan udara turun 41,6%, kereta turun 41,5%, dan darat turun 25%.

Kedua, pengeluaran oleh Pemerintah RRC untuk subsidi medis. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan medis, Kementerian Keuangan RRC telah mengeluarkan 11,2 miliar yuan (US$ 1,6 miliar) untuk subsidi perawatan medis, pembelian peralatan, dan juga upaya lain untuk mengendalikan epidemi.

Ketiga, lumpuhnya pertokoan. Kian merebaknya virus Corona menyebabkan sejumlah toko di Wuhan  pun tutup. Sebut saja McDonald's yang menutup restoran mereka di lima kota di China, yakni di Wuhan, Ezhou, Huanggang, Qianjiang, dan Xiantao sejak Jumat (24/1/2020).

Keempat, operasi taman hiburan berhenti. Contohnya Disneyland Shanghai yang menutup sementara sejak Sabtu (25/1/2020). Ini mereka lakukan sebagai langkah antisipasi untuk memastikan kesehatan para staf. Dan, pihak taman hiburan ini akan mengembalikan uang pembelian tiket calon pengunjungnya. Hal tersebut tentu merupakan kerugian besar.

Kelima, RRC berhadapan dengan upaya negara lain dalam memperketat Impor dari mereka. Dalam hal ini, misalnya Indonesia. Dengan mewabahnya virus Corona, Pemerintah Indonesia memperketat impor produk dari RRC.

Muslim di Malaysia Gelar Shalat Hajat agar Dilindungi Allah SWT dari Virus Corona


Sudah dipastikan ada empat warga negara Cina yang mengunjungi Malaysia terinfeksi oleh virus Corona.

Sebagai masyarakat yang beragama Islam, tentu idealnya hanya memohon pertolongan kepada Allah swt sajalah agar mendapatkan perlindungan oleh-Nya dari virus mematikan tersebut. Itulah sebabnya, masjid-masjid  Malaysia, yakni di Terengganu dan Johor menggelar shalat Hajat.

Khusus di Terengganu, shalat Hajat tersebut dilaksanakan di semua masjid bakda shalat Maghrib. Selain itu, Datuk Seri Dr. Ahmad Samsuri Mokhtar yang merupakan Ketua Menteri memberikan saran kepada masyarakat di negara bagian itu melakukan pencegahan, seperti menjaga kebersihan pribadi untuk menghindari virus  dari Wuhan itu.

Sedang di Johor, telah diadakan shalat hajat di semua masjid (berjumlah 913 masjid) setelah shalat Jumat pada 17 Januari lalu dan akan dilaksanakan lagi setelah shalat Jumat pada 31 Januari  ini.

Direktur Departemen Agama Islam Johor (JAINJ) Datuk Md Rofiki Syamsudin juga menyarankan kepada masyarakat untuk berdoa memohon perlindungan Allah swt terhadap endemi, penyakit menular, dan novel Corona virus (NCoV).


Sunday, January 26, 2020

Ternyata Kita Bisa Memantau Penyebaran Virus Corona dengan Peta Daring Ini


Meski virus Corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, penyebarannya bukan lagi antarkota, tetapi sudah lintas negara dan benua.

Itulah sebabnya, virus mematikan ini menjadi perhatian publik dunia. Indonesia salah satunya. Dan, tidak menutup kemungkinan virus Corona juga bisa sampai di negara kita.

Nah, dalam memudahkan masyarakat dunia mengetahui lokasi mana saja yang sudah terdampak Corona, penyebaran virus itu sudah dapat kita pantau dengan sebuah peta daring. Peta tersebut diperbarui secara real-time

Pembuatnya adalah Lauren Gardner, seorang profesor teknik sipil dan peneliti dari Center for Systems Science and Engineering (CSSE), Johns Hopkins University, Amerika Serikat.

Dengan peta ini diharapkan juga publik mempunyai pemahaman mengenai situasi wabah Corona berdasarkan sumber data yang transparan. Adapun data-data itu berasal dari WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Komisi Kesehatan Nasional RRC, dan Dingxiangyuan.

Dalam peta itu ditampilkan titik-titik merah untuk menandai penyebaran virus.

Bagi siapa saja yang tertarik memantau penyebaran virus Corona, silakan kunjungi (klik) web gisanddata.


Save Wuhan, Antara Kemanusiaan dan Keterbatasan Manusia


Corona virus atau lazim dikenal di Indonesia dengan virus korona.

Begitulah nama virus yang sedang mewabah saat ini. Konon disebut corona karena wujudnya menyerupai korona atau mahkota matahari, yakni lingkaran sinar yang mengelilingi bola api raksasa itu.

Informasi terkini, korban dari virus mematikan tersebut tercatat sebanyak 56 orang meninggal dunia dan 1.975 warga telah terinfeksi. Artinya, sudah bukan perkara biasa lagi.

Virus ini sendiri muncul pertama kali di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, RRC bagian tengah. Hal itu mengingatkan kita pada Asosiasi Muslim Tionghoa yang awalnya didirikan di Wuhan juga pada 1938 silam. Semula bernama Asosiasi Keselamatan Muslim Tionghoa.

Ya, Wuhan memang akrab dengan agama Islam. Ada masjid-masjid berdiri kukuh juga di sana. Sebutlah Masjid Qiyi, Jiang An, dan Masjid  Majiazhuang.

Terlepas dari agama apa pun, virus Corona sudah menyangkut kemanusiaan karena korbannya bukan hanya hewan, tetapi juga dari kalangan manusia. Jumlahnya juga tak sedikit. Bahkan, kemungkinan akan masih terus bertambah. Hal terakhir tadi mengingat penyebarannya bisa melalui udara.

Bisa dibayangkan, ke mana udara berembus, virus Corona pun dapat ikut di dalamnya. Dan kondisi itu membuktikan bahwa secanggih-canggihnya teknologi manusia, juga tidak bisa mengatasi Corona dengan cepat.

Benar, terlepas dari dugaan bahwa virus ini merupakan senjata biologi yang tak sengaja tersebar (bocor dari sebuah laboratorium), atau dugaan lain seperti sengaja disebarkan untuk pembasmian etnis tertentu, dan atau sebagai virus normal dari hewan semisal kelelawar, realitasnya dunia belum bisa mengatasinya.

Presiden Xi Jinping yang sebelumnya berkoar-koar bahwa RRC tak bisa digoyahkan pun akhirnya mengakui juga negerinya dalam kondisi genting saat ini.

Demikianlah keterbatasan manusia. Setinggi-tingginya ilmu pengetahuan, belumlah cukup untuk hidup ideal. Agaknya, ini juga merupakan cambuk kecil bagi manusia agar senantiasa mengingat hanya Allah swt sumber dari segala sumber kekuatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan.


Saturday, January 25, 2020

Ah, Senjata Biologi Paling Mematikan Itu Ya Rayuanmu, Mas


Biological weapon sudah digunakan manusia sejak lama. Sejarah mencatat senjata jenis ini mulai digunakan pada 400 SM oleh "Iran Kuno". Mereka menggunakan patogen dari mayat makhluk hidup yang telah membusuk. Setiap mata anak panah dicelupkan di dalam wadah berisi patogen tersebut. Dan, siapa pun yang terkena akan terinfeksi penyakit mematikan.

Begitulah adanya. Senjata ini memang berupa patogen (virus, bakteri, atau organisme mematikan lainnya) dan beragam toksin dari organisme-organisme tertentu.

Meski wujudnya tidak seperti senjata api, tingkat bahayanya juga sangat besar. Efeknya dapat membunuh jutaan manusia dan melumpuhkan sendi perekonomian. Masih ingat, 'kan dengan "kematian hitam" di Benua Biru Eropa? Ya, itu ulah Bangsa Mongol yang menggunakan wabah pes untuk membinasakan Bangsa Genoa dengan perantaraan kutu dan tikus.

Begitu pula dengan penggunaan virus cacar oleh Britania Utara untuk memusnahkan Bangsa Indian dalam peperangan mereka antara 1754--1760 M. Dengan sangat kejinya, Britania Utara memberikan pakaian dan selimut bekas penderita cacar kepada Bangsa Indian.

Lalu, pada masa jayanya dulu di bidang militer, Jepang mengembangkan program pembuatan senjata biologi di China. Tidak tanggung-tanggung Jepang saat itu mengerahkan tiga ribu ilmuannya dalam rangka penelitian terhadap berbagai agen biologi yang memiliki potensi sebagai senjata, seperti kolera, pes, bahkan penyakit seksual yang menular. Sebagai kelinci percobaannya adalah para tahanan China. Dalam percobaan tersebut lebih kurang 10.000 tahanan mati.

Lantas, apakah virus flu burung hingga Corona juga merupakan biological weapon?

Agaknya, itu pertanyaan yang terlampau sulit untuk bisa dijawab. Alih-alih mencari jawabannya, saya malah memikirkan senjata biologi apa yang paling berbahaya.

Terbayang di pikiran saya ada seorang wanita yang terpapar rayuan pria pujaan hatinya. Siang dan malam jiwanya tak bisa lepas dari jeratan pria itu. Apa pun yang dipinta sang kekasih, ia turuti. Hal itu terus berlaku hingga mereka telah menjadi suami istri.

Dan, suatu ketika sang suami berkisah tentang senjata biologi kepadanya. Kemudian tanpa tedeng aling-aling ia berkata,  "Ah, senjata biologi paling mematikan itu ya rayuanmu, Mas. Benar, rayuan maut yang kumaksud itu bersumber dari makhluk hidup, yakni kamu. Dengannya diriku takluk hingga susah tidur, tidak nafsu makan, malas mandi, dan lainnya jika tak berjumpa denganmu. Hal terparah, mungkin aku akan bunuh diri jika dirimu meninggalkanku."

Wah, mengerikan ya?

Friday, January 24, 2020

Ternyata Banyak Kaum Hawa Jatuh Hati kepada Kaum Adam yang Berambut Gondrong


Sudah satu tahun lebih Hamid mengamalkan perkataan guru spiritualnya. Ia ingat betul gurunya mengatakan bahwa banyak kaum Hawa jatuh hati kepada kaum Adam yang berambut gondrong

Sejak saat itu rambutnya yang bergelombang sengaja ia biarkan gondrong. Maka, setiap dua hari sekali dirinya membeli sampo merek tertentu di warung bu Midah. Tujuannya agar rambut gondrongnya terlihat indah meski saat kering oleh paparan sinar matahari.

Awalnya, ia begitu semangat mengamalkannya. Tetapi, kemarin hatinya mulai goyah. Penyebabnya sederhana. Hingga detik ini belum ada seorang wanita pun jatuh hati kepadanya.

Hari berganti hari. Dan, pertanyaan terkait perkataan guru spiritualnya kian sering muncul di kepalanya, terutama saat malam hari. Terlebih setelah beberapa teman dekatnya menanyakan hal yang sama kepadanya.

Dengan mengumpulkan kepingan-kepingan keberanian, ia memajukan langkahnya untuk menemui sang guru berwibawa tersebut.

Di hadapan guru yang sangat dihormatinya itu, ia menyampaikan keraguan hatinya. Tanpa disangka-sangka, gurunya tersenyum-senyum setelah  mendengar perkataan Hamid tadi.

Tak mau Hamid semakin bingung, pria yang biasa dipanggil Guru Hijau ini dengan tenang menerangkan maksud dari berambut gondrong itu.

Kini, Hamid paham mengapa yang ia impikan belum terwujud. Ternyata, berambut gondrong mengandung dua makna yang cukup sulit diamalkannya.

Pertama, rambut gondrong bermakna pemikiran yang matang. Kematangan dalam berpikir tidak dapat dicapai dengan waktu yang singkat. Perlu jam demi jam, bahkan hari demi hari. Segala sesuatu akan indah jika didasari dari hasil pemikiran yang penuh pertimbangan. Saat itulah kebijaksanaan muncul pada diri seorang pria yang bersangkutan.

Kedua, rambut tidak sekadar lekat pada kepala manusia. Helai-helainya yang halus melambangkan kekembutan hati. Lembut itu baik. Mulia. Dan idealnya, kemuliaan hati tidak hanya sekejap. Hari ini baik, besok jelek. Tidak demikian. Akan tetapi, kemuliaan hati yang ideal adalah berlaku setiap hari sepanjang kehidupan manusia. Singkatnya, makna yang kedua ini adalah berhati mulia sepanjang waktu.

Dengan begitu, kemungkinan  besar akan ada banyak wanita jatuh hati kepada pria yang berambut gondrong seperti itu.

Thursday, January 23, 2020

"Matamu Cemerlang/Rambutmu Panjang/Hidungmu Lebar"


Malam ini saya menikmati tawa lepas saat memirsa sebuah sinetron di salah satu saluran televisi swasta nasional. Ada sebuah puisi pendek yang dibacakan berulang-ulang oleh beberapa tokohnya.

Awalnya, salah seorang tokoh bernama Udin meminta temannya yang pengamen membuatkan lagu untuknya. Lagu tersebut akan ia nyanyikan di hadapan wanita yang disukainya. Entah mengapa, lagu yang telah dibuat temannya itu, olehnya berubah menjadi puisi. Setidaknya mereka menyebutnya "puisi".

Nah, judul di atas adalah tiga larik puisi itu. Itukah sebabnya, saya apit dengan tanda kutip ganda. Dan, yang membuat saya tertawa bukan lantaran lagu tersebut menjadi puisi. Melainkan pada larik ketiganya, "Hidungmu lebar"

Seketika saja larik itu memunculkan bayangan sebuah hidung yang lebar di kepala saya. Lebih jelasnya, hidung lebar seorang perempuan. Lebar. Hidung yang lebar. Saya pun tertawa.

Kita tinggalkan soal tawa tadi. Sebab, entah disadari penulisnya atau tidak, ada hal yang sebenarnya bermakna "dalam" terkait larik-larik puisi di sinetron tersebut. Apa?

Secara keseluruhan, setiap lariknya menggambarkan keadaan fisik wanita yang menjadi pujaan hati bang Udin. Mulai dari matanya, rambutnya, dan hidungnya. Benar, secara fisik.

Saya, Anda, dan mereka pun memiliki kekhasan fisik seperti itu.

Lantas, di mana letak makna dalamnya?

Jujur saja, puisi ini menyentil batin saya. Lho, kok bisa?

Begini. Jika kita ambil secara umum, maka gambaran seseorang terbagi atas dua hal. Fisik atau jasmani dan batin atau rohani. Fisik jelas meliputi materi jasad kita semisal mata, rambut, dan hidung sebagaimana dalam puisi di atas. Sementara rohani mencakup hati dan pikiran setiap manusia.

Lalu, bagaimana gambaran batin kita?

Itulah makna "dalam" yang saya maksudkan di atas. Dengan kata lain, sudahkah kita memperhatikan batin masing-masing termasuk perkataan dan perbuatan yang telah dilahirkan (daei batin) selama ini?

Pernahkah kita korupsi, misalnya? Melukai? Atau malah sebaliknya?

Jadi, saya ingin menyampaikan satu hal dalam hal ini bahwa di balik unsur humor pun terpendam makna yang dalam.

Wednesday, January 22, 2020

Drakor Lebih Berkualitas dan Bersahabat dengan Alam Demokrasi sedangkan Tayangan China Daratan di Luar Daftar Tontonan Saya


Masih ingat Vagabond? Drama Korea Selatan bergenre politik, mata-mata, laga, dan thriller ini begitu luar biasa.

Saya sebut luar biasa karena drakor tersebut berani menyuarakan keganjilan-keganjilan yang dalangnya adalah presiden di negara itu. Rakyat berhadapan-hadapan dengan pemerintah. Demi kekuasaan, rakyat ditembaki tanpa mengenal perikemanusiaan.

Dan, di negara demokrasilah rakyat masih memiliki kesempatan seperti dalam drakor tersebut. Sedangkan di dunia komunis, rakyat sama sekali dibungkam.

Lalu bagaimana dengan tayangan dari negara lain?

Dulu, Hong Kong bisa dibilang kiblat perfilman di Asia selain India dengan Bollywoodnya. Nama-nama semisal Bruce Lee, Jacky Chan, Jet Lee, Stephen Chow, Rosamund Kwan, dan banyak lagi kerap menghiasi layar lebar dan layar kaca, termasuk di Indonesia.

Gelombang dunia hiburan Hong Kong perlahan surut. Sempat, Taiwan dengan serial drama genre romantis, khususnya yang dibintangi boy band F4 (Flower Four) semisal "Meteor Garden" digilai banyak penonton. Jerry Yan, Vanness Wu, Ken Chu, dan Vic Chou benar-benar menyihir jutaan mata, terutama remaja putri awal tahun 2000-an lalu.

Meski demikian, cahaya mereka pun perlahan meredup. Sementara arus dari Korea Selatan terus kuat. Mulai dari dunia tarik suara, akting, hingga penyebaran bintang-bintang top mereka eksis di negara lain. Sebutlah Lee Minho yang menjadi iklan salah satu produk Indonesia.

Korea Selatan sungguh telah menjadi magnet banyak orang termasuk Amerika dan Eropa. Dari dunia hiburan, alam dan kehidupan masyarakat mereka pun ikut digandrungi dunia luar. Ya, wisata alam, pakaian tradisional, menu-menu makanan, teknologi, dan kebudayaan lainnya dari Korea Selatan telah mendunia.

Lantas, bagaimana dengan Jepang dan China  daratan yang dekat dengan negeri Ginseng itu?

Jepang sejak dulu maju dalam banyak aspek kehidupan. Memang belakangan ini di dunia hiburan, negeri para samurai tersebut kurang seramai Korea Selatan, namun tidak kalah dalam kualitas. Bahkan, anime Jepang masih unggul daripada produk-produk serupa di Asia.

Kini, China daratan. Pertanyaan terakhir, apakah tayangan dari China daratan sama dengan Jepang atau yang sudah saya sebutkan sebelumnya tadi? Jawabannya pastilah tidak. Mengapa? Sebab, dari segi kualitas tayangan mereka belum sebanding dengan yang lainnya.

Itulah sebabnya, saya tidak pernah memasukkan tayangan China daratan dalam daftar tontonan yang sifatnya menghibur dan bermanfaat. Saya lebih memilih tayangan dari Korea Selatan, Jepang, Amerika, dan sebagian kecil dari Indonesia.


Tuesday, January 21, 2020

Indonesia Perlu Chaerul Lebih Banyak Lagi


Belajar bisa dari mana dan siapa saja. Karena yang memberikan ilmu itu bukan guru, bukan dosen, bukan makhluk mana pun. Melainkan Allah swt lah yang memberikannya. Bila Dia berkehendak seseorang dapat ilmu melalui air sekalipun, maka dapatlah ia ilmu itu.

Ya, masih ingat, 'kan bagaimana seorang Blaise Pascal yang merupakan filsuf Prancis itu menemukan Hukum Pascal?

Ia mendapatkan bagian penting dari ilmu fisika tersebut bukan saat berguru dari seorang guru besar. Akan tetapi, saat dirinya sedang iseng mengisi air ke dalam sebuah kantung plastik. Kemudian ia membuat banyak lubang di kantung itu. Setelah diperhatikannya, ternyata air yang keluar dari banyak lubang tersebut terpancar dengan sama kuat.

Dari situlah, dirinya menemukan Hukum Pascal yang berbunyi jika kita memberikan gaya berupa tekanan pada “cairan tertutup” itu, maka tekanan di setiap bagian cairan itu juga akan meningkat, sesuai dengan besar tekanan yang kita berikan.

Dengan kata lain, guru, dosen, dan lainnya hanyalah perantara bagi kita mendapatkan ilmu dari-Nya.

Lantas, apa hubungannya dengan judul di atas?

Saya yakin Anda sudah mengetahui adanya seorang bernama Chaerul (sebagian yang lain menuliskan namanya Khaerul) berhasil membuat dan menerbangkan pesawat pada tanggal 15 lalu.

Pesawat buatan pria yang dikenal sebagai seorang montir ini mampu terbang 20 meter dan 2 kali bermanuver.

Dikabarkan pemuda itu tidak lulus sekolah dasar. Meski demikian, dirinya telah membuktikan bahwa ilmu itu bisa didapatkan dari mana saja (selain guru atau dosen formal di ruang kelas).

Hal mendasar yang dapat kita petik selain hal tersebut adalah, kegigihan dalam mencapai segala sesuatu. Gigih dalam usaha dan tentunya dalam doa.

Inilah yang perlu ditanamkan sejak dini. Benar, bukan hanya Chaerul, tetapi juga lebih banyak lagi termasuk saya dan Anda.


Monday, January 20, 2020

Jangan Gunakan Elpiji jika Harganya Naik, tapi Gunakanlah Energi Alternatif Lain


Ada yang sering kelupaan dengan hukum kausalitas terkait judul di atas. Saya membayangkan hal itu mirip lupanya seseorang dari kekasihnya.

Betapa tidak? Sebutlah misalnya dia bahagia karena ditemani kekasihnya, tetapi dirinya kelupaan bahwa rasa bahagia tersebut adalah akibat dari keberadaan orang yang dikasihinya tersebut.

Memang terkesan aneh, tapi ini pula yang saya dengar atau baca belakang ini mengenai naiknya harga bahan bakar (bb). Segelintir orang kelupaan naiknya bb sebenarnya akibat dari dicabutnya subsidi bahan bakar bersangkutan, seperti bensin dan solar.

Pertanyaannya, siapa yang mencabut? Siapa pun orangnya, dialah yang menyebabkan naiknya bahan bakar di Indonesia. Sebab, jika subsidi tersebut tak dicabutnya, harga bb pun tidak akan naik.

Hal di atas hanyalah perkara kausalitas. Lalu, adakah solusi dari pencabutan subsidi dari bahan bakar seperti bensin dan solar itu? Bagaimana pula dengan yang "akan" dicabut, yakni elpiji atau Liquified Petroleum Gas (LPG)?

Mengganti dengan bahan bakar lain? Kalau ini solusinya, dengan apa?

Saya masih ingat waktu kecil sering melihat orang memasak dengan bahan bakar kayu (bbk). Konon, rasa makanan yang dimasak dengan bahan bakar itu lebih enak. Tentu maksudnya lebih enak daripada yang dimasak dengan minyak atau gas. Harga kayu pun murah. Bahkan, bisa didapatkan secara gratis jika rajin mencarinya.

Kelemahan paling mencolok dari bbk ialah kepulan asap yang dihasilkan. Selain aromanya tidak sedap, juga membuat mata berair.

Selain itu, pernah juga saya melihat orang memasak dengan daun kelapa kering. Masalahnya, asapnya lebih parah daripada hasil pembakaran kayu.

Kemudian pernah juga saya melihat orang memasak dengan energi surya. Ini sangat bagus. Tapi, bagaimana jika hujan atau sekadar mendung?

Akhir-akhir ini "booming" pula bahan bakar dari sesuatu yang tak terduga sebelumnya, yakni kotoran sapi. Hasilnya adalah biogas. Sangat menarik. Namun, hingga sekarang sebarannya masih belum menyentuh seluruh manusia Indonesia.

Dan, ada lagi, batu bara. Cara menggunakannya bisa dibakar dalam bentuk briket atau dalam wujud paling baru digagas. Apa itu? DME atau dimethylether yang direncanakan dapat menggantikan LPG.

Awal tahun lalu, dikabarkan bahwa PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero) bersama perusahaan asal Amerika Serikat--Air Products and Chemicals, Inc--telah sepakat membentuk perusahaan patungan dengan membangun pabrik gasifikasi batu bara di Peranap, Riau. Jika sesuai rencana awal, maka pabrik inilah yang akan mengubah batu bara menjadi dimethylether atau DME. Meski demikian, hingga kini batang hidungnya juga belum dapat dirasakan masyarakat.

Selebihnya listrik. Teknologi semakin canggih. Orang memasak bisa dengan panas yang dihasilkan dari listrik. Hebat. Lantas apakah listrik tarifnya tidak naik? Atau bagaimana saat terjadi pemadaman bergilir?

Pertanyaan terakhir, seandainya tidak lagi menggunakan elpiji yang mungkin harganya akan naik, energi alternatif apa yang paling ideal kita gunakan?


Sunday, January 19, 2020

Kerajaan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme versus Keraton Agung Sejagat


Entah ada apa gerangan setelah kejadian-kejadian besar, seperti kasus korupsi Jiwasraya, pencurian ikan di Laut Natuna, dan kasus suap yang melibatkan Komisioner KPU, bermunculan kerajaan-kerajaan baru.

Sebutlah Keraton Agung Sejagat di Purworejo dan Sunda Empire di Bandung. Sementara yang memang sudah ada sebelumnya, tapi baru viral semisal Keraton Djipang di Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Blora dan Kesultanan Selaco di Tasikmalaya.

Agaknya, kerajaan-kerajaan yang demikian itu menyaingi Kerajaan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sudah ada sejak dulu.

Kerajaan yang mengandung tiga kejahatan ini menyebakan orang hebat sekalipun susah untuk menghancurkannya.

Mulai dari tingkat bawah hingga atas korupsi, semisal di Jiwasraya terus-menerus ada. Begitu pula kolusi. Kerjasama jahat dalam wujud suap antara Komisioner KPU--Wahyu Setiawan--dan kader PDIP--Harun Masiku--hanyakah satu di antara banyaknya kasus kolusi di dunia.

Nepotisme? Apalagi. Ini sudah berurat akar sejak dulu.

Lalu, jika ditanya hebat mana antara
Kerajaan KKN versus Keraton Agung Sejagat, apa jawabannya?

Secara jujur, saya menduga lebih hebat Kerajaan KKN daripada Keraton Agung Sejagat.

Nah, karena itulah, lebih baik pula kita di Negara Kesatuan Republik Indonesia fokuslah pada penghancuran Kerajaan KKN daripada sibuk dengan kerajaan-kerajaan yang baru viral belakangan ini.

Usut tuntas kasus korupsi Jiwasraya dan Asabri! Ungkap secara luas kasus suap yang melibatkan Komisioner KPU Pusat dan kader PDIP! Pertahankan kedaulatan NKRI di Laut Natuna dari ambisi Republik Rakyat China! Dan, hindarkan politik dinasti dan praktik nepotisme lainnya!

Saturday, January 18, 2020

Omnibus Law Cara Terselubung Pemerintah Hilangkan UMR Buruh dan Pekerja?


Pertanyaan itu terkesan begitu menyakitkan jika jawabannya adalah ya. Dan, sebaliknya menjadi angin segar bagi para buruh dan pekerja di Indonesia.

Bagaimana pun juga idealnya pemerintah Indonesia wajib menyejahterakan rakyatnya. Begitu setidaknya dambaan semua orang di negeri ini.

Agaknya demikian pula yang diharapkan konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) yang akan menggeruduk Gedung DPR RI. Penggerudukan itu sendiri dijadwalkan akan dilaksanakan pada Senin (20/1/2020) mendatang.

Tuntutan mereka tentu masih berkaitan dengan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dalam hal ini yang dimaksud adalah rakyat yang bekerja sebagai buruh dan pekerja. Ya, mereka menuntut anggota dewan yang terhormat di DPR RI agar tidak mengesahkan Omnibus Law.

Mengapa mereka secara tegas menolak adanya Omnibus Law?

Jawabannya sederhana. Karena, Omnibus Law dinilai para buruh dan pekerja sebagai cara terselubung pemerintah untuk menghilangkan UMR mereka.

Penolakan mereka tidak main-main. Direncanakan sebanyak 30 ribu orang dari Aceh hingga Kalimantan Tengah akan ke DKI Jakarta. Dan, aksi ini sebenarnya juga digelar di sejumlah daerah. Sebut saja Aceh, Batam, Jateng, Riau, Sumut, Kaltim, dan Kalteng.


Friday, January 17, 2020

Demi Konten di Instagram, Seorang Turis Dipenjara


Dunia kekinian kadang memang membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Khususnya yang berkaitan dengan foto atau video.

Kian canggihnya teknologi visual, tak selamanya dapat membuat penggunanya bersikap positif. Ini bukan berarti teknologinya yang salah, melainkan sejumlah pemakainya lah yang tidak bijak. Mulai dari selfi yang merusak bunga-bunga yang indah hingga berurusan dengan pihak berwajib.

Yang terakhir tadi dilakukan seorang influencer di Instagram berkebangsaan Amerika Rusia. Ialah Vitaly Zdorovetskiy yang nekat memanjat Piramida Giza di Mesir. Hal ilegal itu ia lakukan demi konten di akun instagramnya yang berpengikut 3 juta tersebut.

Akibat perbuatannya itulah, dirinya dipenjara di Mesir selama lima hari.


Thursday, January 16, 2020

Terkadang Ada Unsur Humor dalam Percakapan di Masyarakat, Pernah Dengarkah?


Suatu hari saya pernah mendengar seorang anak kecil bertanya kepada penjual sayur keliling, "Man, Ada kambil kah?"

Penjual itu langsung menjawab, "Kadada kambil."

Si anak pun pulang. Tak seberapa lama ibunya mendatangi tempat penjual sayur tersebut mangkal.

"Ada niur kah, Man?" tanyanya.

Anehnya, yang tadi jawabannya adalah tidak ada, berubah menjadi ada. Kok bisa? Dan, letak humornya di mana?

Begini, kisah di atas sebenarnya adalah antara orang Jawa dan orang Banjar di Kalimantan Selatan.

Nah, karena si anak menggunakan kata bahasa Jawa "kambil" yang artinya kelapa, maka penjual dari Suku Banjar sama sekali tidak paham. Daripada direpotkan oleh anak kecil, maka tanpa pikir panjang lagi, ia langsung menjawabnya dalam bahasa Banjar "kadada" yang artinya tidak ada.

Setelah ibu si anak mengajukan pertanyaan yang sama dengan bahasa Banjar "niur" atau kelapa, transaksi pun berjalan lancar.

Wah, andai tahu bakal seperti itu kejadiannya, mending langsung ibunya saja yang turun tangan ya? He he he....

Ada lagi kisah antara orang Banjar dan Dayak Bakumpai. Ini juga terkait hal jual beli. Seorang pedagang ubi kayu dari Suku Banjar mencoba peruntungan di daerah orang Dayak Bakumpai. Karena pengaruh cuaca, ubi yang dijualnya berukuran kecil-kecil.

Melihat ukuran yang seperti itu, seorang calon pembeli dari Dayak Bakumpai mengatakan, "Jawawnya kurik-kurik lah?"

Mendengar perkataan tersebut, si penjual langsung bereaksi, "Jangan dikurik-kurik kaina buruk!"

Bagi yang paham dialog mereka, kemungkinan besar akan terbahak-bahak. Setidaknya tertawa ringan.

Pasalnya, kata "kurik-kurik" yang diucapkan orang Dayak Bakumpai di atas artinya kecil-kecil. Tentu saja sangat wajar ia mengatakannya karena ukuran ubinya (jawawnya) memang kecil-kecil.

Sementara si penjual mengira kurik-kurik artinya korek-korek dalam bahasa Banjar. Itulah sebabnya ia melarang mengorek-ngorek ubi yang dijualnya agar tidak busuk.

Sebenarnya masih ada kelucuan-kelucuan lainnya dalam penggunaan bahasa di masyarakat. Selama tidak menyebabkan hal negatif seperti perkelahian atau semacamnya, unsur humor ini menjadi warna tersendiri dalam praktik berbahasa.


Wednesday, January 15, 2020

Bagaimana Menurut Anda dengan Cerpen Denny JA Berikut?


Cerpen di bawah ini terlahir dari viralnya salah kirim pesan Denny JA di aplikasi obrolan WhatsApp yang semestinya ditujukan kepada Luhut Binsar Panjaitan, tapi justru terposting di WA grup bernama Tokoh Nasional.

Denny JA yang merupakan pemilik perusahaan LSI (Lembaga Survei Indonesia) itu diisukan meminta jabatan komisaris pada perusahaan BUMN Inalum kepada Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan melalui pesan di aplikasi tersebut.

Nah, Denny JA pun akhirnya mengklarifikasi isu pesan salah kirim ini dalam bentuk cerpen. Berikut adalah cerpen dimaksud.

KETIKA GOSIP KOMISARIS BUMN PUN DIJADIKAN ISU

(Klarifikasi Denny JA Dalam Bentuk Cerpen)

“Pastilah sebagian masyarakat ini kehilangan isu besar. Gosip pun dijadikan isu. Tanpa cek and rechek lagi, gosip itu diforward kemana- mana. Dan viral pula.”

Itulah responnya yang pertama ketika membaca teks di WA. Dengan senyum, sambil menyerumput kopi, ia baca sekali lagi pesan beruntun di ponselnya.

Diberitakan, WAnya ke salah satu mentri bocor. Ia menawarkan diri menjadi komisaris salah satu BUMN. Entah apa yang salah? Atau apa yang penting dari soal itu hingga dijadikan isu yang viral?

Dalam hidupnya sebagai aktivis, tak sekali ia menerima gosip itu. Sebelumnya di era Pilpres 2019, ia dikabarkan menerima uang dari Jokowi sebesar 45 Milyar rupiah untuk memenangkan Jokowi mengalahkan Prabowo.

Waktu itu, Ia santai saja menjawab. “Itu fitnah karena angka 45 Milyar kok kecil sekali. Padahal saya  TIDAK sedang banting harga.”

Sebagai konsultan politik yang ikut memenangkan presiden tiga kali berturut- turut (kini empat kali), apa
Iya  saya dibayar hanya 45 milyar?” Celotehan santai darinya saat itu terasa pas.  Agaknya lebih efektif merespon gosip politik dengan celotehan saja.

Apa daya. Ia tumbuh sebagai aktivis. Berdebat di publik menjadi nafasnya. Berdebat dengan data, angka dan hasil riset memang hobinya. Tapi berceloteh pun oke juga.

Sejak lama,  Ia memang rindu. Ia berharap  ruang publik lebih diisi oleh debat gagasan. Ia ingin para elit heboh oleh inovasi. Ia angankan kembali datang era berpolitik gaya Founding Fathers yang pejuang tapi juga pemikir.

Tapi yang marak dan heboh di ruang publik, acapkali hanya soal skandal tokoh, gosip dan hoax. Apa daya.

Ia teringat teks WA yang Ia terima semalam. Isi WA itu gosip tentang dirinya. Ia digambarkan seolah berkomunikasi dengan seorang menteri untuk jabatan komisaris BUMN.

Ia forward gosip itu ke beberapa, hanya untuk info. Ternyata, itu malah diforward beberapa kali oleh mereka yang senang bergosip ke aneka grup. Tanpa ada check and rechek dan mengelaborasi konteksnya dulu.

Di era media sosial, apapun mudah menjadi isu. Apalagi jika masyarakat yang kehilangan isu besar. Gosip pun menjadi isu. Lebih sensasional lebih asyik. Tak penting benar atau salah.

Ia teringat lirik lagu Michael Jackson: Beat it! beat it! No matter who is wrong or right. Just beat it!

-000-

Apa yang salah dengan seseorang yang ingin berperan ikut memajukan negaranya dengan mengajukan diri menjadi komisaris BUMN? Bukankah itu memang jabatan terbuka yang bisa diisi siapa saja yg kompeten?

Apa yang salah orang yang mengajukan diri menjadi rektor, menjadi menteri, menjadi direktur TV, menjadi bintang sinetron?

Bukankah tak ada pelanggaran hukum di sana? Tak ada skandal di sana? Bukankah semua orang pada dasarnya bagus bagus saja melakukan lobi, meyakinkan aneka pihak? Kok masalah itu saja bisa dijadikan isu dan viral?

-000-

Ia kembali minum itu kopi. Dinyalakannya Smart TV, dan masuk ke Neflix. Kembali ia lanjutkan serial docu drama tentang kisah para genius mengubah peradaban.

Kisah tentang Bill Gates, Pulitzer, Thomas Alfa Edison. Kadang mereka sedikit berkotor tangan, melobi sana dan sini untuk realisasi gagasan.

Perlukah Ia klarifikasi isu soal dirinya mengajukan diri sebagai komisaris BUMN itu? Baiklah, ujarnya. Klatifikasi saja dalam bentuk cerpen.

Dan jadilah cerpen ini.

15 Jan 2020.

Lalu, bagaimana menurut Anda dengan cerpen di atas?

Tuesday, January 14, 2020

Mengenal Syahrian Tanjung Beserta Karya-Karyanya


Syahrian Tanjung merupakan pseudonim dari pria bernama asli Syahrian. Ia dilahirkan di Murung Pudak pada 7 Maret 1970. Kesehariannya aktif sebagai pendidik di SMA Negeri 1 Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Meski dirinya adalah guru mapel Matematika, namun menyukai sastra dan fotografi.

Puisinya pernah dimuat di Banjarmasin Post, Pelaihari Post, dan dalam antologi puisi Aruh Sastra Kalsel (tahun 2017 dan 2019), serta antologi puisi guru pada gerakan Akbar 1000 Guru Asean Menulis Puisi.

Berikut adalah puisi-puisi karyanya.

HANYA DIRIMU

Ketika kau putuskan menyudahi hubungan kita
Pada riang gerimis,  aku terpana
Dalam dada badai bergemuruh
Memetik rintik pada mataku:
cinta akhirnya meninggalkanku

Aku lari dalam guyuran hujan
Bersama derai air mata tertahan
Adakah yang lebih luka selain diputus cinta?
Akankah kutemukan penjahit luka?
Hujan sementara memelukku tanpa daya
Menemaniku menyusuri lorong sepi Kelam yang panjang

Semula kusangka kau segera jadi kenangan
Namun bertahun-tahun setelah itu
Kau masih dalam perangkap hatiku
Di setiap hujan yang luruh
Rapuh membawa bayanganmu
Membuka lukaku yang terpenjara
Menjerit tanpa suara: hanya dirimu yang kucinta

Jorong, 27 Des 2019


ZIARAH

Ombak pilu bergulung-gulung di kalbu
Saksi atas lakumu pada tanah pusaka
Pada pekik tangis-tangis masa lalu
Pada darah-darah yang mengaliri denyut nadi merdeka

Kelu
Diri telah tersembunyi dalam bilik sepi
Geram meradang tak berdaya
Lirih
Gumam dendang lagu juang

Pedih kupungut jejak-jejakku
Agar tak kau temukan taman ziarah
Untuk ratakan seremonial
Sekedar mengurai kata dusta

Pelaihari, 10 Oktober 2019


KEMBALI

Perempuan berwajah pualam
Mengirim tangisan lewat angin yang berhembus semilir
Lamat bisikan hati menyampaikan isak yang masih bertahan
Menekuri napak tilas kelam jiwa
Memungut serpihan-serpihan mutiara yang tersisa
Meronce menjadi kumpulan cahaya

Jorong, 30 Agustus 2017


SALING BERGANDENGAN

0, hari yang melelahkan bergayut pada kayuh jukung
menyongsong cahaya
Keriap gelombang senantiasa temani
persemaian rezeki di hamparan mata
Hati menghimpun harap: bahagia

Kita dikaruniai perairan yang kaya
tentang cinta
Kita berangkat bersama
Lalu pulang bersama
Saling bergandengan
Saling menguatkan

Larik damai adalah jalur
Akan memandu kita supaya tidak tersesat
Semua yang terjadi hanyalah penguji
Satu tujuan kita: kembali kepada-Nya

Jorong,  2018


SEPERTI MALAM-MALAM SEBELUMNYA

Aku yang terjatuh dan terkapar
Dalam pusara malam penuh tanya
Selalu terulang terlempar
Seperti malam-malam sebelumnya

Pelangi penghias mimpi
Luruh aku dalam genggamannya
Di pusaran tiada bertepi
Menjerit meronta tak berdaya
Sungguh tak berdaya

Di hadapanmu
Aku hadir kembali
Mengusung arak-arakan
Darah dan nanah

Duhai mata pembawa kesejukan
Pandanglah aku
Belaikan duka merajam ini
Bersama bisikan doa

Jangan biarkan
Kutelusuri malam
Bersama hunjaman-hunjaman belati
Seperti malam-malam sebelumnya

Jorong,  April 2011


SENYUMMU

Senyummu...
Laksana keindahan langit di pagi biru
Berderai mengelus kelembutan sukma
Adalah jembatan ke negeri-negeri keagungan
Berayun-ayun dalam mimpi malam purnama

Senyum itu pula
Menghamparkan rindu tanpa tepi
Saat matahari membakar kisi-kisi hati
Saat mandau menyabit mata cinta

Senyummu teruslah menyapa
Tiap kedipan mata
Membentang seluas samudera
Sepanjang perjalanan masa
Sampai waktunya tiba

Jorong,  April 2011

Mengapa Grup Sastra di Medsos Banyak yang Sepi?


Konon, dunia sastra juga bersentuhan dengan masyarakat umum. Para pembaca atau penikmatnya banyak dari luar kaum sastrawan. Itulah sebabnya, jangan heran jika ada novel yang dibaca berjuta-juta orang. Angka sebanyak itu mustahil kalau hanya dari kalangan sastrawan.

Lalu, bagaimana dengan grup-grup sastra di media sosial?

Beberapa hari yang lalu seorang teman "ngedumel" soal sepinya grup sastra yang ia dan teman-temannya motori. Maklum ia seperti itu. Sebab, di grup tersebut jumlah anggotanya ada 7 ribu lebih, tapi tiap "pikiran" yang dipublikasikan hanya ditanggapi secuil. Tidak lebih daripada 100 orang.

Waw! Ada apa ini? Apakah ada kaitannya dengan masyarakat umum seperti halnya bacaan novel di atas?

Kalau boleh saya bandingkan dengan grup lain, semisal Komunitas Bisa Menulis, satu postingan saja bisa mencapai ribuan tanggapan.

Pertanyaannya, apa penyebabnya hingga bisa demikian? Apakah karena grupnya beda? Orang-orang di dalamnya memiliki karakter yang berseberangan? Atau karena hal lainnya?

Sebenarnya, di grup yang saya sebutkan dengan jumlah penanggap ribuan tersebut, tidak terus-menerus seperti itu. Adakalanya jumlah penanggap lebih sedikit. Bahkan, ada yang hanya 6 orang.

Agaknya, asas umum karya tulis juga berlaku dalam hal ini. Apa?

Apa pun genrenya, setiap karya tulis tentu terdapat tema, diksi, kohesi, koherensi, dan sebagainya dari pembuka hingga penutup. Nah, tiap-tiap hasil tulisan yang dipublikasikan di grup, akan mendapatkan tanggapan dari orang-orang yang merasa terwakili dengan tema tertentu, misalnya. Atau bisa juga karena mendapatkan pencerahan, motivasi, atau sebatas kesesuaian dengan selera pribadi dari tulisan yang ia baca secara keseluruhan.

Jadi, jangan heran kalau sebuah tulisan hanya mendapatkan tanggapan yang jumlahnya sedikit. Mungkin saja kurang sesuai dengan yang diharapkan anggota grup tersebut.

Lantas, setelah grup ramai, bagaimana? Idealnya dilestarikan. Hindari rasa malas dalam mengelola grup di media sosial.

Begitulah kiranya.


Monday, January 13, 2020

Saya Kurang Paham Mengapa Soal Banjir kok Anies Baswedan yang Disalahkan? Boleh Jadi Itu Salah Kita


Musim hujan selalu dinanti-nanti semua orang saat kemarau sedang melanda. Terlebih seperti saya dan teman-teman di area terdampak kabut asap. Ya, kabut akibat pembakaran hutan dan lahan di Kalimantan setiap tahunnya.

Kami tak ubahnya pencinta yang merindukan datangnya sang pujaan hati. Ialah hujan. Wujud kasih sayang, kebaikan, dan anugerah dari Allah swt kepada kita semua. Termasuk rerumputan, yang tumbuh begitu subur selama musim penghujan.

Itulah sebabnya, saat kemarau melanda berbulan-bulan lamanya, orang-orang sama berdoa meminta diturunkan hujan? Tapi, yang menjadi pertanyaan klasik, mengapa saat turun hujan, masih banyak orang yang mengeluh?

Saya sebut pertanyaan klasik karena sejak dulu hal itu kerap diungkapkan. Terutama jika sudah menyangkut banjir.

Mungkin karena enggan menyalahkan Tuhan, maka yang awalnya hanya berupa keluhan, banyak orang  tak segan lagi saling menyalahkan.

Termasuk belakang ini, banyak orang menyalahkan sosok Anies Baswedan yang sedang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebenarnya sosok tersebut hanyalah contoh dari kasus menyalahkan orang lain atas tragedi banjir pascahujan.

Pertanyaan selanjutnya, apakah Anies atau seorang manusia lainnya mampu mendatangkan banjir? Hercules dalam mitos Yunani kuno pun tak pernah mampu mendatangkan air yang berkubik-kubik jumlahnya itu.

Bukankah banjir tidak termasuk perkara gampang? Ada kausalitas yang di dalamnya terdapat proses panjang hingga terjadinya banjir. Artinya, hujan pertama di bumi tidak akan langsung melahirkan banjir. Harus terlebih dahulu ada penggundulan hutan sehingga air tak bisa diserap di sana. Kemudian, harus ada pula bangunan-bangunan di atas tanah yang membuat air menggenang lama. Selebihnya, semisal harus ada aktivitas membuang sampah secara rutin di sepanjang aliran sungai.

Dari kesemuanya itu, tentu tidak bisa dilakukan seorang diri. Ada banyak tangan yang melakukan kerusakan di muka bumi. Boleh jadi, entah disengaja atau tidak, tangan kita juga turut melakukannya.

Lantas, dengan realitas empiris yang demikian, akankah perkara banjir ditimpakan hanya pada satu orang? Sebutlah contohnya Anies Baswedan?

Saya pikir, benar perkataan Ebiet G. Ade, "Tengoklah ke dalam sebelum bicara... Bahwa kita mesti banyak berbenah... Mari hanya runduk sujud pada-Nya."

Sudahkah?

Sunday, January 12, 2020

Yuk Ikutan dalam Pringsewu Memanggil Melalui Puisi!


Dalam rangka menyemarakkan Hari Ulang Tahun ke-11 Kabupaten Pringsewu, Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Pringsewu bekerja sama dengan _Pringsewu Community_ mengundang segenap penyair Indonesia untuk berpartisipasi dalam penerbitan buku antologi puisi bersama.

Adapun ketentuannya sebagai berikut:

1. Penulis adalah warga Indonesia yang berdomisili di wilayah Indonesia. 

2. Tema Puisi : "Pringsewu Kita". Tentang Pringsewu, bisa Anda baca di bagian bawah ketentuan ini.

3. Puisi diketik dalam format _Word_, jenis huruf _Times New Roman_ ukuran 12, dan panjang naskah bebas. Biodata dibubuhkan di bawah puisi dengan panjang maksimal 15 (lima belas) baris ketikan.

4. Masing-masing penyair diperkenankan mengirim maksimal 5 (lima) puisi terbaik untuk dikurasi oleh Tim Kurator, yaitu Suchairi Sibarani dan Suyadi San.

5. Naskah puisi dikirim ke pos-el : puisihutpringsewu2020@gmail.com. Naskah diterima paling lambat tanggal 14 Februari 2020 pukul 00.00 WIB.

6. Penerbitan buku ini tidak bersifat komersial. Penyair akan menerima kompensasi satu buku sebagai nomor bukti dan diserahkan saat peluncuran buku.

7. Peluncuran buku akan berlangsung tanggal 3 April 2020 dalam rangkaian puncak HUT ke-12 Pringsewu. Yang tidak bisa menjeput sendiri, buku akan dikirim ke alamat masing-masing, ongkos kirim akan ditanggung panitia.


Tentang Pringsewu

Pringsewu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini Terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung.

Sejarah Pringsewu diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (tiuh) bernama Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-Pubian yang berada di tepi aliran sungai Way Tebu (4 km dari pusat Kota Pringsewu ke arah Selatan saat ini). Kemudian 187 tahun berikutnya, pada tahun 1925, sekelompok masyarakat dari Pulau Jawa, melalui program kolonisasi oleh pemerintah Hindia Belanda, juga membuka areal permukiman baru dengan membabat hutan bambu yang cukup lebat di sekitar tiuh Margakaya tersebut. Karena begitu banyaknya pohon bambu di hutan yang mereka buka tersebut, oleh masyarakat desa yang baru dibuka tersebut dinamakan Pringsewu, yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya Bambu Seribu.

Narahubung: 08127949910, 083199032954.

Sumber: Suyadi San


#saveTIM, Petisi Tolak Komersialisasi Taman Ismail Marzuki, Bagaimana Kelanjutannya?



Di antara riuh gaduh tentang Natuna dan investasi. Atau keributan Iran dan Amrik. Protes seniman menggelora terkait pembangunan hotel dan pengelolaan TIM oleh Jakpro.

Ya, TIM. Taman Ismail Marzuki. Sebuah cagar alam budaya untuk ruang seniman. Itulah sebabnya, ketika ada pihak yang mengusiknya, seniman pun bergerak. Begitulah yang terjadi hingga detik ini.

Bukan hanya penolakan di lapangan, semisal yang digelar Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki, seniman  juga membuat petisi di change.org.

Dalam petisi tersebut tertera keterangan singkat bahwa para seniman yang tergabung dalam Forum Seniman Peduli TIM menyatakan penolakan hal-hal berikut.

1. Menolak kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan melakukan komersialisasi membangun hotel didalam lingkungan TIM
2. Menolak JAKPRO mengelola TIM
3. Cabut Pergub nomer 63 tahun 2019

Pada intinya kaum seniman menghendaki kembalinya Muruah TIM yang diwariskan bang Ali Sadikin hingga sekarang.

Petisi ini pun sudah ditandatangani sebanyak 433 orang. 

Nah, bagaimana selanjutnya?

Semoga pihak DKI Jakarta menanggapi penolakan tersebut, baik yang dilakukan seniman di lapangan, maupun melalui petisi di atas. Tanggapan yang diharapkan tentu tidak sekadar kata-kata, tetapi juga gerak nyata yang positif seperti yang dilakukan Gubernur Anies Baswedan dalam penanganan banjir di Jakarta.

Friday, January 10, 2020

Sudah Tua kok Masih Doyan Uang "Haram" Ya?


Kena OTT KPK!

Wah! Kedengarannya begitu hebat karena kena operasi tangkap tangan. Kemudian, yang bersangkutan juga dipinjami rompi warna oranye. Maka, yang bersangkutan terlihat keren sekali. Dan, tidak semua orang di Indonesia bisa kena OTT ini. Biasanya hanya pejabat atau orang penting yang mendapatkan anugerah seperti itu. Hebat, 'kan? Sungguh luar biasa.

Belakangan seorang Komisioner KPU Pusat menjadi buah bibir di masyarakat luas. Apa pasal? Pria langsing yang bernama Wahyu Setiawan tersebut diamankan lantaran diduga menerima uang suap setelah berjanji untuk menetapkan caleg PDI-P, Harun Masiku, sebagai anggota DPR RI terpilih melalui mekanisme PAW.

Apa itu PAW?

PAW adalah singkatan dari pergantian antarwaktu. 

Kok melalui PAW?

Sebab, Harun Masiku menggantikan caleg terpilih yang meninggal dunia, Nazarudin Kiemas.

Nah, berdasarkan OTT tersebut, KPK menyebutkan bahwa Wahyu Setiawan telah menerima uang suap sebesar Rp600 juta dari Harun Masiku. Sedang total uang yang dijanjikan dalam suap-menyuap tersebut sebanyak Rp900 juta. Ya, benar masih ada sisa yang belum dibayarkan Masiku kepada Wahyu sebesar Rp300 juta.

Kata Ketua KPU--Arief Budiman--bahwa sebelum peristiwa menggemparkan itu terjadi, pihak PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) telah mengirimkan tiga surat PAW terhadap Harun Masiku ke lembaga yang ia pimpin.

Itulah sebabnya, Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendatangi kantor DPP PDIP,  namun ditolak masuk ke dalamnya. Pihak PDIP menolak penggeledahan usai OTT terhadap Komisioner KPU tersebut terjadi.

Contoh di atas sebenarnya hanyalah satu kasus yang di dalamnya terkandung suap-menyuap. Masih banyak kasus serupa. Belum lagi kasus-kasus lain yang juga ada unsur penggunaan uang dengan cara salah semisal korupsi. Selebihnya seperti perampokan, penipuan, dan sebagainya.

Pertanyaannya, dari semua itu, apakah uang yang didapatkan halal? Uang hasil suap? Uang hasil korupsi? Dan uang-uang lainnya yang didapatkan dengan cara yang salah? Jawabannya pasti sudah Anda ketahui.

Parahnya, pelaku suap-menyuap seperti kasus Komisioner KPU Pusat di atas bukanlah anak muda. Melainkan sudah tua. Begitu pula pada kasus-kasus korupsi, kebanyakan pelakunya juga demikian. Pertanyaan selanjutnya, mengapa orang-orang yang sudah tua malah masih doyan uang haram?

Bukankah orang-orang dengan usia seperti itu idealnya mampu menjadi contoh teladan dalam hidup? Jika mereka beragama, alangkah baiknya lagi jika lebih mempersiapkan bekal untuk kehidupan selanjutnya di alam lain?

Toh, saat usia sudah di atas 40 tahun tubuh pun tak bisa lagi menerima makanan-makanan atau minuman-minuman yang berlebihan? "Seandainya" juga (semoga tidak) untuk urusan lawan jenis di luar sana, misalnya, apakah tubuh tua masih memungkinkan pelaku menuntaskannya secara maksimal? Untuk anak dan cucu? Ini apalagi. Tegakah memberikan nafkah dari uang hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya kepada darah daging sendiri?

Jadi, apa gunanya uang "haram" yang berlimpah tersebut?

Agaknya, kecintaan terhadap dunia terkhusus uanglah yang telah membutakan jiwa para pelakunya. Jiwa-jiwa yang demikian memudahkan setan membisikkan ide-ide jahat kepada mereka.

Alhasil, segala cara pun dilakukan demi dunia meski usia sudah tidak muda lagi atau yang lebih dikenal dengan istilah "tua".


Waw Amrik dan Jepang Akan Tanamkan Investasi di Natuna, Bagaimana Ceritanya?


Setelah beberapa waktu banyak kalangan terseret arus klaim China atas Laut Natuna, kini dikabarkan Amerika Serikat dan Jepang akan menanamkan investasi mereka di Pulau Natuna.

Demikianlah yang dikatakan Luhut Binsar Panjaitan selaku Menteri koordinator Kemaritiman dan investasi. Tampaknya bagi sebagian orang, ini merupakan kejutan. Pada saat perbincangan tentang memanasnya situasi antara Republik Rakyat China (RRC) dan Indonesia di Laut Natuna masih hangat, berita investasi tersebut muncul secara tiba-tiba.

Nah, khusus untuk Jepang, negeri sakura itu rencananya juga akan berinvestasi di bidang perikanan budidaya, perikanan tangkap, dan pariwisata di Natuna yang kaya gas ini.

Sementara Amerika Serikat "joint" di dalamnya bersama negeri matahari terbit tersebut. Agaknya, kedua negara akan menjadi saingan berat bagi RRC yang terkenal dengan investasinya di sini. Ya, di sebuah negeri hijau nan indah.

Jika kita perhatikan, Indonesia merupakan ladang subur untuk investasi negara-negara lain. Pertanyaannya, sampai kapan keadaan ini akan terus terjadi? Selagi negara kita asyik dan menikmatinya, bisa jadi ke depan hal itulah yang menjadi agenda terpenting dan diharapkan.

Lalu, bagaimana ceritanya tentang kemandirian Indonesia, termasuk dalam hal modal pembangunan?


Reynhard dan Syaaf, Berbeda meski dari Pohon yang Sama


Pernahkah Anda memperhatikan sebuah pohon yang berbuah lebat? Ambillah contohnya mangga. Buah-buahnya tak semuanya sama. Dari sebatang mangga tentu ada buah yang besar dan manis, ada pula yang kecil dan tidak sehat.

Begitu pula dalam sebuah keluarga, masyarakat, bahkan negara dengan tatanan terbaik sekalipun pasti tidak semua orang-orangnya sama. Ada yang mengharumkan negara, misalnya. Ada juga yang sebaliknya.

Nah, akhir-akhir ini santer diberitakan seorang pemuda asal Indonesia yang meresahkan di negeri orang. Ya, Reynhard Sinaga. Anak seorang konglomerat menjadi sangat terkenal di Inggris karena ulahnya yang menghebohkan.

Sedikitnya 190 pria menjadi korbannya hingga akhirnya ia dihukum penjara seumur hidup. Indonesia pun tercoreng karena perbuatannya itu. Jika diibaratkan buah, maka dirinya yang berbuat demikian merupakan buah yang tidak diharapkan semua orang.

Sebaliknya, ada lagi seorang pemuda Indonesia lainnya menjadi pahlawan di negeri yang sama. Ya, negara yang ada di bawah kepemimpinan Ratu Elizabeth II tersebut. Adalah Habibie Syaaf. Dirinya baru saja dipuji dan disebut pahlawan di Inggris. Waw! Luar biasa, 'kan?

Suami dari artis cantik Anggia Yulia Angely atau yang lebih dikenal dengan nama Angie Virgin itu telah berhasil menyelamatkan seorang pria yang terjatuh di Sungai Thames.

Peristiwanya sendiri terjadi pada Selasa (7/1/2020). Pria berusia 38 tahun yang merupakan salah seorang polisi Inggris ini menemukan tubuh pria malang itu hampir tenggelam sepenuhnya. Untunglah ia bersama rekan polisinya berhasil menyelamatkan pria tersebut. Dan, Syaaf ibarat buah segar, manis, dan ideal.

Lantas, apa yang dapat kita tarik dari dua peristiwa di atas? 

Hal paling menonjol ialah, tidak semua orang dari sebuah tempat, seperti satu negara, memiliki karakter dan akhlak yang sama. Lebih tegasnya, setiap orang memiliki karakter dan akhlak yang berbeda-beda meskipun dari suku, bangsa, dan negara yang sama.

Itulah sebabnya, siapa pun tidak bisa menyimpulkan bahwa seluruh masyarakat negara A, misalnya, baik hanya karena sebagian orang-orang "di" dan "dari" sana baik. Begitu pula sebaliknya.


Thursday, January 9, 2020

Bagaimana Aku Bisa Beradab Sebelum Mendapatkan Ilmunya?


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adab diartikan sebagai akhlak.

Akan tetapi, akhlak itu sendiri secara garis besar terbagi dua, ada akhlak yang baik dan juga buruk. Sementara dalam kehidupan sehari-hari kata "adab" mengarah kepada hal yang baik-baik saja.

Bisa dikatakan orang beradab adalah orang yang menerapkan akhlak yang baik atau mulia. Sebutlah menghormati orang tua dan menolong orang lain yang sedang kesusahan.

Dengan demikian, agaknya pengertian dalam kamus di atas sifatnya masih sangat umum. Itulah sebabnya, perlu ditarik permaknaan--secara bahasa--yang lebih khusus bahwa adab ialah menerapkan akhlak yang baik atau mulia. Secara nyata, meliputi perkataan dan perbuatan yang bersumber dari hati terpuji.

Pertanyaannya, bagaimana seseorang bisa mengetahui perkataan dan perbuatannya baik atau malah sebaliknya?

Misalnya ada seorang batita yang tidak sengaja lepas dari pengawasan orang tuanya begitu saja masuk ke rumah tetangganya tanpa permisi. Kira-kira apakah ia tahu bahwa perbuatannya itu tidak baik? Tampaknya ia belum mengetahuinya.

Lalu bagaimana ia dapat mengetahuinya?

Tentu saja pendidikan dari orang tuanyalah yang membuatnya tahu mana baik dan buruk. Dari sini, dapatlah kita pahami bahwa sesungguhnya sebelum seseorang itu beradab, terlebih dahulu ia harus mendapatkan ilmu akhlak. Atau katakanlah dengan ilmu tersebut seseorang akan mengetahui mana akhlak baik yang ia diterapkan dan mana akhlak buruk harus ia jauhi.

Konon, ilmu apa pun, termasuk yang berkaitan dengan akhlak ini diibaratkan sebagai bibit unggul. Jika bibit tidak ditanam, maka tidak dapat pula berakar dan tumbuh menjadi tanaman.

Begitu pulah ilmu akhlak harus diterapkan sehingga menjadilah kita sebagai manusia yang beradab dalam hidup dan kehidupan ini.

Pertanyaan berikutnya, sudahkah ilmu akhlak diutamakan dalam dunia pendidikan kita?

Silakan direnungkan.


Wednesday, January 8, 2020

Terima Kasih, Para Pedagang, Kalian Menerangi Perjalanan Banyak Orang!


Agaknya sangat memperihatinkan realitas yang sering saya jumpai di area yang jauh dari perkotaan. O iya, ini bukan soal ikan-ikan di Laut Natuna yang dicuri nelayan Republik Rakyat China (RRC). Bukan pula tentang impor ikan dari RRC ke Indonesia.

Akan tetapi, saya sedang mengingat lampu-lampu di sebagian jalan antarkota. Ya, tentunya yang pernah saya lalui. Dari kejauhan terlihat tiang-tiang listrik berjejer dengan bola-bola lampu yang mati.

Untunglah cahaya para pedagang kecil di pinggir jalan menerangi jalan  tersebut. Alhasil, para pengguna jalan, khususnya sepeda angin tanpa lampu depan, sangat terbantu oleh cahaya para pedagang itu.

Pertanyaannya, mengapa bisa demikian?

Apakah lampu-lampu jalan di sana sedang ngambek? Tiang-tiangnya sedang bermeditasi?  Atau, karena hal lainnya?

Tampaknya karena hal lainnya itulah yang menyebabkan penerangan jalan umum di sana bermasalah.

Jujur saja, saya sendiri agak kecewa dengan kepahitan prasarana tersebut. Padahal jalan merupakan prasarana yang sangat diperlukan masyarakat.

Lantas, sampai kapan seperti itu? Hiks


Tuesday, January 7, 2020

Kita Wajib Bersyukur hanya Jatuh Hati pada Wanita


Lebih kurang begitulah kalimat yang meluncur dari mulut salah seorang teman kepada saya.

Sore itu kami memang sedang asyik duduk-duduk santai di lantai dua sebuah gedung pemerintah. Sambil menikmati udara Jakarta yang bersahabat, saya dan teman ini memperbincangkan perihal wanita.

Ya, mulai dari wajah hingga karakter yang perlu pria ketahui. Termasuk pembacaan lahir untuk mengetahui batin wanita yang bersangkutan. Di sela-sela pembicaraan yang menyenangkan itulah ia mengatakan seperti pada judul di atas.

Benar, pria normal yang hanya jatuh hati pada wanita adalah hal wajar. Berawal dari rasa tersebut, lahirlah cinta, dan sayang.

Pria mana pun yang masih demikian, wajib bersyukur. Sebab, sadar atau tidak, itu berarti terhindar dari homoseksual dan biseksual.

Sangat berbahaya seandainya pria jatuh hati kepada sesama pria. Bahkan, dapat merugikan banyak orang.

Sebutlah kasus pemerkosaan pria di Inggris yang pelakunya adalah pria Indonesia. Ini bukan hanya merugikan dirinya, tetapi juga mencoreng nama baik keluarga, bangsa, dan juga negara.

Monday, January 6, 2020

Natuna Memanas, Jangan Kaulupakan Saudara Sedarahmu!


Akhir-akhir ini Laut Natuna sedang menjadi buah bibir banyak kalangan. Hal itu wajar mengingat sudah menyangkut kedaulatan NKRI. Secara perairan ini diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa masuk dalam Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.

Jadi, persoalan Laut Natuna bukan hanya urusan pihak militer Indonesia sebagai garda terdepan pertahanan Indonesia. Akan tetapi, menjadi urusan seluruh bangsa Indonesia.

Itulah sebabnya, tak mengherankan Aliansi Nelayan Indonesia, misalnya, siap mengerahkan lebih kurang 500 kapal besar nelayan membantu TNI AL berpatroli mengamankan Laut Natuna.

Meskipun demikian, tentu saja hal tersebut bukan satu-satunya fokus bangsa kita. Masih ada kasus Asuransi Jiwasraya, banjir di beberapa daerah seperti Bogor, dan juga tentang kemanusiaan seperti sikap Republik Rakyat China (RRC) terhadap orang-orang Uighur.

Bahkan, khusus yang terakhir tadi, sebagian pengamat berpendapat bahwa RRC sengaja menciptakan konflik dengan Indonesia di Laut Natuna sebagai pengalihan isu Uighur. Tanpa menyimpulkan benar atau tidaknya, pendapat ini memang masuk akal mengingat mata dunia sedang tertuju pada penahanan orang-orang Uighur oleh Pemerintah RRC.

Negeri tirai bambu itu didesak dunia untuk segera memberikan kebebasan yang layak atas orang-orang Uighur di Xinjiang atau Turkistan Timur. Dan, sebenarnya setiap manusia, termasuk orang Indonesia dan Uighur itu adalah bersaudara sedarah yang sebagian besar tidak saling kenal karena panjangnya silsilah keluarga manusia sejak Nabi Adam as hingga sekarang.

Ini pula sebenarnya yang ingin saya sampaikan bahwa (Laut) Natuna memang sedang panas, tapi jangan lupakan penderitaan saudara sedarah kita seperti korban Jiwasraya, banjir, dan juga orang-orang Uighur di Xinjiang.


Sunday, January 5, 2020

Membayangkan Indonesia Versus RRC dan AS Versus Iran dalam FIFA World Cup 2022


Saya masih teringat beberapa dialog oleh sebagian tokoh dalam film animasi "Upin dan Ipin". Salah satunya terkait pertandingan sepak bola dalam piala dunia FIFA.

Dikatakan dalam dialog itu Malaysia belum pernah masuk dalam kejuaraan internasional empat tahunan tersebut. Setelah mendengar dialog mereka, seketika saya teringat Indonesia.

Ya, negara berjuluk Jamrud Khatulistiwa ini memang memiliki nasib yang sama dengan Malaysia dalam hal keikutsertaannya di World Cup.

Nah, terkait dunia internasional, akhir-akhir ini Indonesia dan Republik Rakyat China (RRC) dihadapkan pada persoalan batas negara. Perairan Natuna menjadi tempat terhangat antara dua negara.

Sementara di lain pihak, Amerika Serikat dan Iran pun mengalami situasi yang sama menegangkan. Hal ini disebabkan oleh serangan rudal Amerika serikat yang menewaskan Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran, Mayjen Qassem Soleimani.

Saya sangat prihatin atas peristiwa yang melibatkan antarnegara ini, baik Indonesia dan RRC, maupun Amerika Serikat dan Iran.

Alangkah indahnya jika semua negara dalam situasi damai dalam persahabatan. Saling menghormati dan menghargai. Dan, saya membayangkan Indonesia versus RRC dan AS versus Iran berlangsung seru, tetapi dalam FIFA World Cup 2022 mendatang.

Akankah?