Thursday, January 23, 2020

"Matamu Cemerlang/Rambutmu Panjang/Hidungmu Lebar"


Malam ini saya menikmati tawa lepas saat memirsa sebuah sinetron di salah satu saluran televisi swasta nasional. Ada sebuah puisi pendek yang dibacakan berulang-ulang oleh beberapa tokohnya.

Awalnya, salah seorang tokoh bernama Udin meminta temannya yang pengamen membuatkan lagu untuknya. Lagu tersebut akan ia nyanyikan di hadapan wanita yang disukainya. Entah mengapa, lagu yang telah dibuat temannya itu, olehnya berubah menjadi puisi. Setidaknya mereka menyebutnya "puisi".

Nah, judul di atas adalah tiga larik puisi itu. Itukah sebabnya, saya apit dengan tanda kutip ganda. Dan, yang membuat saya tertawa bukan lantaran lagu tersebut menjadi puisi. Melainkan pada larik ketiganya, "Hidungmu lebar"

Seketika saja larik itu memunculkan bayangan sebuah hidung yang lebar di kepala saya. Lebih jelasnya, hidung lebar seorang perempuan. Lebar. Hidung yang lebar. Saya pun tertawa.

Kita tinggalkan soal tawa tadi. Sebab, entah disadari penulisnya atau tidak, ada hal yang sebenarnya bermakna "dalam" terkait larik-larik puisi di sinetron tersebut. Apa?

Secara keseluruhan, setiap lariknya menggambarkan keadaan fisik wanita yang menjadi pujaan hati bang Udin. Mulai dari matanya, rambutnya, dan hidungnya. Benar, secara fisik.

Saya, Anda, dan mereka pun memiliki kekhasan fisik seperti itu.

Lantas, di mana letak makna dalamnya?

Jujur saja, puisi ini menyentil batin saya. Lho, kok bisa?

Begini. Jika kita ambil secara umum, maka gambaran seseorang terbagi atas dua hal. Fisik atau jasmani dan batin atau rohani. Fisik jelas meliputi materi jasad kita semisal mata, rambut, dan hidung sebagaimana dalam puisi di atas. Sementara rohani mencakup hati dan pikiran setiap manusia.

Lalu, bagaimana gambaran batin kita?

Itulah makna "dalam" yang saya maksudkan di atas. Dengan kata lain, sudahkah kita memperhatikan batin masing-masing termasuk perkataan dan perbuatan yang telah dilahirkan (daei batin) selama ini?

Pernahkah kita korupsi, misalnya? Melukai? Atau malah sebaliknya?

Jadi, saya ingin menyampaikan satu hal dalam hal ini bahwa di balik unsur humor pun terpendam makna yang dalam.

0 comments: