Tuesday, March 18, 2025

Waspada Menjelang Lebaran

Foto berupa sampul untuk salah satu video di Kanal YouTube Mahmud Jauhari Ali


Saya punya pengalaman pahit yang berulang-ulang terkait dengan menjelang lebaran. Waktu saya masih kecil, di pinggiran Kota Banjarmasin masih banyak daerah yang bisa disebut kampung. Persawahan tumbuh dengan subur. Begitu juga dengan beragam tanaman lainnya. Bahkan, pohon kasturi yang menjulang tinggi masih bisa ditemui di kota kelahiran saya itu. 

Di kampung saya yang dikenal dengan nama Malkon Temon, sebagian penduduknya waktu itu memelihara hewan ternak. Salah satunya keluarga kami. Ada banyak unggas, mulai dari ayam kampung hingga angsa. 

Nah, setiap menjelang lebaran selalu saja ada 
ayam yang hilang dari pandangan kami. Pernah saya mencari dan menemukan salah satu ekor ayam kami sedang dalam keadaan terikat di belakang rumah warga. Tanpa buang waktu, dengan cepat, saya pun membawa pulang ayam tersebut. 

Ini sebenarnya bukan hanya terjadi pada masa saya masih kecil, melainkan kerap terjadi setelahnya. Tempat dan objek yang dicuri pun beragam. Sebab, pencurian bisa terjadi di mana dan kapan saja. Video berikut sekadar ilustrasi saja dari tindak kriminal tersebut. 


Pertanyaannya, mengapa menjelang lebaran? Singkat kata, hal itu karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi saat lebaran. Sebutlah baju baru. Dan, untuk memenuhinya diperlukan uang. Karena itulah, menjelang lebaran kita harus meningkatkan kewaspadaan dari tindak kriminal bernama pencurian ini. 

(MJA) 

Sunday, March 16, 2025

Menghasilkan Uang dari Dunia Sekitar

Sumber foto: Kanal YouTube Mahmud Jauhari Ali

Uang memang bukan segalanya, tetapi tanpa uang kita bisa terjebak dalam perbudakan. 

Pernahkah mendengar perkataan di atas? Mungkin terdengar aneh. Meski begitu, faktanya apa pun akan dilakukan seseorang saat kehabisan uang. Bisa jadi dari yang tadinya baik lalu berubah sebaliknya. Sebutlah menjadi pencuri, perampok, dan kejahatan lainnya. Pertanyaannya, mengapa harus dilakuan? Apakah harus? 

Jawaban pertama sudah dijawab di bagian sebelumnya. Untuk pertanyaan kedua, jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. 

Ketika manusia benar-benar tidak memiliki uang, terkadang panik. Terkadang pula masih bisa menahan gejolak kepanikan itu. Ya, panik karena dicecar pertanyaan-pertanyaan yang mengacaukan jiwa. Misalnya, "Kalau tidak punya uang akan makan apa?" atau yang lebih ekstrem lagi, "Apa bisa hidup tanpa uang?" Saat itulah manusia diperbudak oleh kepanikan tersebut. 

Nah, pertanyaan terakhir di atas sebenarnya lahir dari jiwa ateis. Tidak yakin bahwa jika masih ada umur, Tuhan YME pasti akan memberikan rezeki-Nya kepada kita. Kecuali, kalau memang  umur sudah habis. Menyikapi fenomena saat ini yang menunjukkan angka pemutusan hubungan kerja tinggi, misalnya, alangkah baiknya menghasilkan uang dengan cara halal. 

Yakinlah jika umur kita masih ada, rezeki pun pasti juga ada. Maka, pilihlah cara yang sebaik mungkin sebagai jalan untuk mendapatkannya. Salah satunya dengan memanfaatkan dunia sekitar. Contohnya membuat pupuk dari limbah rumah tangga. Pupuk yang dihasilkan bisa untuk bercocok tanam atau langsung dijual. 

Video berikut hanya sekadar contoh menghasilkan uang dengan jalan halal. 


 

Sunday, March 9, 2025

Semak Belukar di Sungai?

Sungai di samping Jalan Jend. A. Yani Kabupaten Banjar, Kalsel (Sumber Kanal YouTube Mahmud Jauhari Ali) 


Sungai ditumbuhi semak belukar? Lalu bagaimana dengan alirannya? Ketika hujan datang, apakah air akan menggenangi pemukiman warga? 

Pertanyaan-pertayaan itu tentu sangat masuk akal. Sebagai salah satu hal terpenting dalam kehidupan, sungai tidak bisa kita abaikan. Sungai diciptakan dengan beragam manfaat. Kita bisa menggunakan airnya untuk mandi, minum (setelah disterilkan), mencuci, dan sebagainya. Bahkan, sungai menjadi jalur transportasi air yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya. 

Menjaga kelestarian sungai sebenarnya  sebuah kewajiban yang tak tertulis. Sebab, tanpa sungai yang sehat, manusia akan mengalami kesulitan hidup, sebutlah saat banjir sedang melanda. Semak belukar yang tumbuh dan berkembang di sepanjang sungai sangatlah buruk. Aliran air sungai menjadi tidak lancar. Itulah sebabnya, semak belukar tersebut harus disingkirkan dari sungai.  




Nah, salah satu contoh adanya semak belukar ini terlihat di sungai yang ada di samping Jalan Jenderal A. Yani di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Lantas apa yang perlu dilakukan? 

Jawaban yang paling jelas, yakni membersihkan semak belukar di sana. Siapa yang harus melakukannya? Idealnya dilakukan oleh pihak-pihak dari dinas terkait yang memang berkewajiban menjaga kelestarian sungai dan juga masyarakat. 

Saturday, March 8, 2025

Motor Bebek Langka yang Diburu




Mungkin ada banyak pengguna motor bebek yang masih asing dengan nama Kirana. Sekilas mirip nama perempuan Indonesia. Terbayang sosok berkulit sawo matang dan berwajah manis. Motor keluaran Honda awal tahun 2000-an ini memang cenderung untuk digunakan para wanita. Bodinya bisa dibilang jauh dari motor sport, tetapi kekuatan mesinnya melebihi motor bebek sport pada masanya, seperti Yamaha F-1 ZR. 

Dibekali mesin 124,9/125cc, Kirana menjadi salah satu yang diharapkan laris manis di pasaran. Sayangnya, pada masa itu anak-anak muda lebih menggandrungi motor berbadan sport walaupun cc-nya lebih rendah. Konon pula karena bentuk badan yang kurang pas dengan kekuatan mesinnya itulah Kirana ditarik dari pasaran. Sebagai penggantinya, Honda segera memproduksi Karisma. 



 

Setelah sekitar dua puluh tahun kemudian, Kirana mulai dilirik pengguna motor bebek di Indonesia. Selain mesinnya bandel, motor langka ini juga terkenal hemat bahan bakar. 


Thursday, February 27, 2025

Sungai Pemurus Kabupaten Banjar Naik Daun



Adalah keniscayaan saat ini Sungai Pemurus yang terletak di Kelurahan Kertak Hanyar I, Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar hingga Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kalimantan Selatan sedang naik daun. Bak seorang artis terkenal, sungai ini diberitakan media-media dengan gencar.   

Sebutlah Dinamika Nusantara pada 27  Februari 2025 menurunkan berita tentangnya dengan judul Aliran Sungai Pemurus Dipenuhi Sampah, Pengamat Lingkungan: Dimana Peran Pemerintah Daerah?

Kemudian Headline 9 secara tegas pada tanggal 21 Februari 2025 menuliskan Sampah Hanya Ilusi Pemkab Banjar, Sungai di Jalan Pemurus Kertak Hanyar Jadi "Kalimati" Jilid II. Lalu pada tanggal 24 Februari 2025 media ini juga melansir berita Sungai di Jalan Pemurus Penuh Sampah, Camat Kertak Hanyar dan DPRKPLH Saling Lempar Tanggungjawab. Dan, pada tanggal 26 Februari 2025 Headline 9 lagi-lagi mewartakannya bahwa Satpol PP Banjar Terkesan "Santai", Tumpukan Sampah di Aliran Sungai Jalan Pemurus Kertak Hanyar Kini Jadi Polemik.

Tak mau kalah, Klik Kalimantan pun menurunkan berita Sungai Pemurus ini secara berturut-turut. Tercatat pada tanggal 21 Februari 2025 menayangkan berita Sungai Jalan Pemurus Berjubel Sampah, Masyarakat Pertanyakan Komitmen Kepala Daerah. Pada tanggal 24 Februari 2025, menyiarkan kabar berjudul Jadi TPS Ilegal, DPRKPLH Baru Jadwalkan Penanganan Sampah di Sungai Jalan Pemurus. Setelah itu pada 26 Februari 2025 melaporkan bahwa Sungai Kecil di Dua Kecamatan Dipenuhi Sampah, Komisi I DPRD Evaluasi Tusi Satpol PP Kabupaten Banjar. 

Sementara itu sebelum ini Wartamantra turut memberitakanya pula, yakni pada tanggal 9 Februari 2025 dengan judul Sungai Pemurus di Kertak Hanyar sedang Koma. 


Friday, February 21, 2025

Indonesia Gelap, Adili Jokowi, Sukatani, Apa Lagi Ya?

Sumber Foto: Pixabay


Kini, tagar atau tanda pagar yang sedang viral di media sosial terkait keindonesiaan kian meluas. #IndonesiaGelap dan #AdilJokowi, misalnya, terus menggema. Bahkan, bukan hanya di medsos, keduanya berkumandang di alam nyata bersamaan dengan yang lainnya seperti lagu dari grup band Sukatani.

Lihatlah unjuk rasa terkini, mereka meneriakkan yel-yel tersebut. Dan, sebenarnya baik Indonesia Gelap, maupun lainnya, merupakan reaksi rakyat terhadap aksi para pejabat di Indonesia. Itu khususnya terkait sekali dengan keterpurukan negeri ini selama dipegang Joko Widodo dan kebijakan era Prabowo Subianto seperti efisien anggaran.

Akibatnya, Jamrud Khatulistiwa tidak secerah dulu lagi. Masa kini dan masa depan negeri yang sudah berdiri puluhan tahun ini gelap. Begitu suram. Kedaulatan rakyat di semua lini kehidupan sudah tidak ada. Kebebasan berpendapat pun sirna. Berani bersuara kritis dengan lantang, akan berpeluang besar masuk bui.

Lantas bagaimana mengatasinya? Apakah dengan revolusi? Jika kita menengok ke belakang, ada peristiwa unjuk rasa Juni 1987 di Korea Selatan, unjuk rasa di Lapangan Tiananmen Republik Rakyat China pada tahun 1989, dan unjuk rasa 1998 di Indonesia, contohnya. Dari peristiwa-peristiwa itu ada yang berhasil ada yang tidak.

Tentu saja keberhasilan dari unjuk rasa bukanlah kuasa rakyat, melainkan kehendak dan kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Kita semua berharap Indonesia bisa cerah kembali. Semoga saja dengan unjuk rasa mahasiswa pada awal tahun ini dan berbagai upaya positif lainnya, akan membuahkan hasil yang manis.

Terpenting kita harus tetap semangat.

Monday, February 17, 2025

Unjuk Rasa Februari, Menyehatkan Indonesia

Sumber foto: Pixabay


Unjuk rasa sedang digelar di Indonesia. Bulan ini agaknya menjadi awal dari proses penyehatan kembali Negeri Jamrud Khatulistiwa kita. Ya, meski tak sehijau dulu, alam Indonesia masih ada harapan untuk disembuhkan atau diperbaiki. Kehijauan alam tersebut hanyalah satu dari banyak persoalan yang melanda Indonesia. 

Pasca sepuluh tahun masa kepimpinan Jokowi, secara nyata Indonesia memang dalam kondisi yang memperihatinkan. Ibarat orang sakit, tubuhnya kurus kering. Itulah sebabnya, bagi rakyat yang masih peduli, penyehatan kembali harus dilakukan. 

Bagaimana caranya? Tentu dengan mengembalikan Indonesia sebagaimana yang dicita-citakan bersama. Benar, harapan pasti butuh realisasi. Penegakan hukum, misalnya, sesegara mungkin diwujudkan. Sebutlah tuntutan rakyat dengan gerakan "Adili Jokowi" yang kian meluas. Itu perlu realisasi sebagai bagian dari upaya mewujudkan Indonesia yang diimpikan. 

Nah, sebagai bagian dari upaya itu, unjuk rasa dipilih guna memperdengarkan suara rakyat kepada pemimpin negeri. Presiden Prabowo Subianto dan DPRRI harus merespon positif demonstrasi ini. 

Mereka perlu belajar dari sejarah politik dunia. Contohnya unjuk rasa di Korea Selatan tahun 1987 silam. Pemimpin di Negeri Ginseng itu menyetujui tuntutan para pengunjuk rasa terkait pemilihan presiden dan pemulihan kebebasan sipil. 

Jika Indonesia tidak mencontoh Korea Selatan, yang terjadi mungkin akan seperti tragedi Tiananmen tahun 1989 di China Daratan. 

Pertanyaan, pilih mana? Pro kepada rakyat? Ataukah, malah sebaliknya seperti di Negeri Tirai Bambu?