Friday, January 31, 2020

Membaca Perjuangan Bangsa Banjar Melawan Pengkhianat dan Penjajah dalam Syair Pangeran Antasari


Baru-baru ini saya mendapatkan sebuah buku berjudul "Syair Pangeran Antasari" dari penyairnya langsung. Adalah Selamat Bakumpai yang sejak 2014--2015 menuliskannya dengan sangat apik.

Jujur saja, saya begitu menikmati syair-syair yang dituliskannya dalam buku yang terbit tahun 2017 lalu ini. Membacanya seperti sedang menyaksikan bagian dari sejarah Kesultanan Banjar. Saya sebut sebagian karena memang di dalamnya berkisar pada perjuangan Pangeran Antasari, sebagian keluarga istana, dan rakyat Banjar dalam melawan penjajah Belanda yang dibantu pengkhianat bangsa (Banjar). Dengan kata lain, tidak berupa sejarah Kesultanan Banjar secara keseluruhan.

Perjuangan sang pangeran yang telah menjadi Pahlawan Nasional Indonesia itu memang sangat heroik. Kepahlawanannya sejak dulu dikisahkan secara turun-temurun secara lisan. Sudah pula dituliskan dalam aneka tulisan. Saya sendiri pernah menulis sebuah buku berjudul "Pelajaran Penting dari Para Pahlawan Nasional Indonesia Asal Kalimantan" yang di dalamnya ada sejarah hidup dan perjuangan Pangeran Antasari itu.

Baca Juga: Kalimantan, Siapa Sajakah Tokoh-Tokoh dari Pulau Ini yang Menjadi Pahlawan Nasional Indonesia?

Bahkan, film kisah Perang Banjar yang berjudul "Pangeran Antasari, Haram Manyarah Wajah sampai Kaputing" sudah tayang di Bioskop Duta Mall Banjarmasin pada awal Januari tahun 2018.

Baik yang dituturkan secara turun-temurun, dalam wujud tulisan, dan film ada satu hal mencolok yang saya tangkap. Apa itu?

Ada pahlawan dan pengkhianat bangsa. Ya, dua hal yang saling bertolak belakang.

Baca Juga: Virus Corona dan Industri Hiburan China

Ketika sebuah bangsa melawan bangsa lain, agaknya hal itu terkesan bersih. Keduanya saling adu kekuatan, baik fisik, maupun mental. Akan tetapi, ceritanya akan berbeda jika telah terjadi pengkhianatan oleh seseorang atau lebih dari salah satu bangsa tersebut. Benar, yang semestinya menjadi pejuang dan pahlawan, malah berteman akrab dan membantu bangsa lain untuk menghancurkan bangsanya sendiri. Sungguh menyakitkan rasanya.

Semua rahasia dan segala kelemahan bangsanya ia atau mereka berikan kepada bangsa lainnya. Demi apa? Kepentingan pribadi dan atau golongan.

Maka, terjadilah peperangan yang tidak murni lagi. Akhirnya, ada bangsa yang menang karena mendapatkan bantuan dari pengkhianat rakus. Nah, peristiwa semacam ini tidak hanya terjadi pada masa lalu dan tidak juga berlaku surut.

Buku "Syair Pangeran Antasari" karya Selamat Bakumpai ini mengingatkan kita akan hal itu. Bahwasanya sebuah bangsa, idealnya ibarat sapu lidi atau bisa juga bak sebuah buku. Harus bersatu padu dalam mengusung cita-cita bersama. Tidak ada lagi yang namanya kepentingan pribadi atau golongan.

Jadilah pahlawan untuk bangsamu!


0 comments: