Friday, July 31, 2020

Inggris Sambut Keputusan Uni Eropa Menjatuhkan Sanksi kepada Korea Utara, Cina, dan Rusia



Baru-baru ini, Uni Eropa mengeluarkan keputusan untuk menjatuhkan sanksi kepada tiga negara, yakni Korea Utara, Cina, dan Rusia.

Itu terkait dengan aktivitas siber berbahaya oleh aktor negara dan nonnegara. Diharapkan dengan sanksi tersebut, akan membantu melawan aktivitas permusuhan dunia maya di masa depan.

Inggris menyambutnya dan berada di garis depan dalam upaya sanksi siber Uni Eropa dan bertekad akan terus menerapkannya. Begitullah yang disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, yang dikutip Anadolu Agency. 

Dalam sebuah pernyataan, Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan sanksi siber akan diterapkan bagi negara dan non-negara yang berperilaku ceroboh melalui pembekuan aset dan larangan bepergian ke negara-negara UE, termasuk Inggris.

Selain itu, Raab juga mengomentari diskualifikasi 12 kandidat oposisi dari pemilihan Dewan Legislatif Hong Kong mendatang.

"Saya mengecam keputusan untuk mendiskualifikasi kandidat oposisi agar tidak ikut dalam pemilihan Dewan Legislatif Hong Kong," ujarnya.

Mengutip media itu, Raab menegaskan bahwa para kandidat didiskualifikasi karena pandangan politik mereka dan tindakan itu merusak integritas 'Satu Negara, Dua Sistem' serta hak-hak dan kebebasan yang dijamin dalam Deklarasi Bersama dan Hukum Dasar Hong Kong.

"Otoritas Hong Kong harus menjunjung tinggi komitmen mereka kepada rakyat Hong Kong!" tambahnya.

Hong Kong Menunda Pemilu dengan Alasan COVID-19, Bagaimana dengan di Indonesia?


Aksi unjuk rasa di Hong Kong - DW

Wabah COVID-19 belum reda. Virus yang diduga kuat dari laboratorium di Wuhan ini masih menghantui negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Risiko penularannya terus berlanjut. Area yang semula aman pun bisa menjadi zona berbahaya. Bahkan, vaksinnya diperkirakan baru bisa digunakan pada tahun depan.

Dengan alasan itu, Kepala Eksekutif Hong Kong-- Carrie Lam--pada hari Jumat (31/7/2020) mengumumkan bahwa ia menunda pemilihan legislatif yang direncanakan 6 September tahun ini menjadi 5 September 2021.

Keputusan itu muncul setelah 12 kandidat pro-demokrasi dilarang maju. Sebuah keputusan yang dianggap berbau kecurangan oleh banyak pihak, khususnya oposisi.

Menyusul penundaan ini, seperti terlansir DW,  22 anggota parlemen mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah Hong Kong menggunakan wabah Covid-19 sebagai alasan untuk menunda pemungutan suara.

"Perlawanan kami akan terus berlanjut dan kami berharap dunia dapat berdiri bersama kami dalam pertempuran yang akan datang," Joshua Wong, salah satu tokoh pro-demokrasi paling terkemuka di kota itu, "Mereka tidak bisa membunuh kita semua!"  tambahnya dikutip media itu.

Sudah menjadi rahasia umum, pihak oposisi pro-demokrasi di Hong Kong mencetak kemenangan luar biasa dalam pemilihan tingkat rendah tahun lalu dan berharap memanfaatkan momentum itu untuk memenangkan mayoritas di bagian legislatif yang dipilih langsung.

Oposisi telah berharap untuk memperoleh keuntungan suara di balik rasa tidak terima masyarakat luas yang masih hangat terhadap undang-undang keamanan baru di kota tersebut. 

Para kritikus mengatakan undang-undang baru itu tidak konsisten dengan kebebasan selama 50 tahun yang dijanjikan kepada bekas jajahan Inggris ketika kembali ke pemerintahan Cina pada tahun 1997. Para pendukung mengatakan akan mengembalikan stabilitas ke Hong Kong setelah setahun protes.

Lantas, bagaimana dengan pemilihan umum kepala dan wakil kepala-kepala daerah di Indonesia yang akan diadakan akhir tahun ini?

Jika mengingat alasan Carrie Lam, agaknya penundaan Pemilukada di Indonesia juga akan ditunda. Akan tetapi, kalau memang tidak ada alasan politis apa pun, kemungkinan akan tetap diadakan akhir tahun ini.

Tentunya bagian terkahir tadi harus dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Waspada! Sepertiga Anak-Anak di Dunia Keracunan Timbal


Ilustrasi - Pixabay

"Waspada! Waspadalah!"

Begitu yang sering diulang-ulang dalam sebuah acara di sebuah televisi swasta nasional zaman dulu. Meski acaranya sudah berlalu, tapi kata peringatan tersebut tidak lantas ditinggalkan.

Kewaspadaan menjadi wujud benteng pertahanan pertama dalam segala upaya pencegahan. Sebelum peristiwa buruk terjadi, maka lebih baik kita harus waspada, terutama di masa-masa seperti ini.

Bukan hanya perkara virus asal Cina yang dikenal dengan COVID-19, manusia modern perlu waspada akan bahaya keracunan zat berbahaya.

Belakangan, laporan yang baru diluncurkan oleh Unicef dan Pure Earth, Kamis (30/7/2020) menyatakan bahwa anak-anak di dunia mengalami keracunan timbal dalam kadar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Henrietta Fore, Direktur Eksekutif Unicef, seperti terlansir Anadolu Agency, mengatakan ditemukan sekitar 1 dari 3 anak, atau sekitar 800 juta anak di dunia memiliki kadar timbal dalam darah 5 mikrogram per desiliter (µg/dL) atau lebih.

“Kadar ini akan menyebabkan seseorang membutuhkan perawatan, menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat,” ujar dia dalam siaran pers yang dikutip sumber itu.

Menurut Henrietta keracunan timbal pada awalnya tidak menimbulkan banyak gejala, sehingga justru menjadi bahaya laten pada kesehatan dan tumbuh kembangnya.

Anak-anak yang terpapar timbal menghadapi konsekuensi berat, antara lain peningkatan risiko mengalami kerusakan ginjal dan penyakit kardiovaskuler saat dewasa kelak.

Masih dari sumber yang sama, penyebab keracunan ini menurut dia adalah aktivitas daur ulang baterai kendaraan atau aki yang tidak memiliki standar lingkungan.

“Peningkatan kepemilikan kendaraan, dan kurangnya peraturan dan sarana daur ulang aki, mengakibatkan volume baterai kendaraan yang didaur ulang tanpa prosedur aman oleh pelaku ekonomi informal naik 50 persen,” ujar dia.

Mengutip media itu, pada proses daur ulang sering kali para pekerja membongkar wadah aki, menumpahkan debu asam dan timbal ke tanah, kemudian melebur sisa timbal menggunakan tungku pembakaran model sederhana yang terbuka.

“Pembakaran mengeluarkan asap beracun yang mencemari lingkungan sekitar,” ujarnya.

Thursday, July 30, 2020

Pejabat Ini Telah Dinominasikan oleh Kantor PBB Atas Upayanya Meningkatkan Kesadaran Terhadap Perdagangan Manusia


Sarah Al-Tamimi - Arab News

Menjadi pejabat bukanlah sebuah alasan untuk bermanja-manja. Apalagi hanya sekadar memperkaya diri sendiri dan keluarga. Akan tetapi, jauh lebih penting daripada semua itu adalah, bahwa jabatan menjadikan api semangat bagi pemelangkunya untuk meningkatkan kinerjanya.

Belakangan, seperti terlansir Arab News, 29 Juli 2020, seorang pejabat, yakni Wakil Ketua Komite Nasional Arab Saudi untuk Memerangi Perdagangan Manusia, Sarah Al-Tamimi, telah dinominasikan oleh Kantor PBB untuk Obat-obatan dan Kejahatan (UNODC) karena upayanya dalam meningkatkan kesadaran terhadap perdagangan manusia di Kerajaan.

Tahun ini, kampanye UNODC berfokus untuk pertama kalinya pada profil orang-orang yang bekerja dalam perdagangan manusia. Nominasi datang dari berbagai kantor di seluruh dunia dan Al-Tamimi adalah satu-satunya orang dari negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang akan dipilih.

“Meningkatkan kualitas hidup untuk semua adalah pilar utama Visi 2030, yang merupakan tujuan yang juga kami perjuangkan di panitia,” katanya yang dilaporkan media itu.

Departemen Luar Negeri AS meningkatkan peringkat Arab Saudi dalam Laporan Perdagangan Orang tahunan terbaru.

Laporan tersebut, meningkatkan status Arab Saudi dari “tingkat 3” menjadi “daftar pengawasan tingkat 2”.

Masih dari sumber yang sama, Al-Tamimi mengatakan bahwa ini adalah "sebuah prestasi yang kami banggakan. Tujuan kami adalah mencapai tingkat 1. ”

Ia bergabung dengan perang melawan perdagangan manusia ketika dia bergabung dengan komite pada Oktober 2019. Salah satu tanggung jawabnya adalah mengembangkan strategi.

Menurutnya, "Mengawasi Mekanisme Rujukan Nasional adalah praktik terbaik untuk mengatasi kejahatan ini."

Mengutip Arab News, pada bulan Februari, ia diangkat sebagai wakil ketua komite. Pekerjaannya meliputi koordinasi dengan berbagai kementerian dan otoritas yang bekerja bersama sebagai tim nasional.

Ia mengawasi program pelatihan di komite dengan mitra di Kantor UNODC untuk wilayah GCC dan Organisasi Internasional untuk Migrasi sebagai bagian dari strategi pengembangan kapasitasnya, bersama dengan mengoordinasikan respons perlindungan untuk para korban dan calon korban perdagangan.

Wednesday, July 29, 2020

Presiden Bertekad Perketat Kendali Pemerintah atas Media Sosial Setelah Banyaknya Komentar Hinaan ke Anggota Keluarganya


Ilustrasi - Pixabay

Jika Anda tidak bisa berkata-kata baik, lebih baik diam. Agaknya kalimat itulah yang paling ideal saat Anda bermedia sosial. Mudahnya akses internet tidak serta merta membuat kita lupa akan adab terhadap sesama

Jika hal itu terlalu susah dipraktikkan, diperlukan undang-undang yang mengatur media sosial oleh pemerintah agar ketertiban tetap terjaga.

Seperti terlansir Anadolu Agency (29/7/2020) RUU Media Sosial disahkan oleh anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) yang berkuasa dan oposisi Partai Gerakan Nasionalis (MHP).

Parlemen Turki juga menyetujui mosi untuk masa reses parlemen hingga 1 Oktober.

Dilaporkan media itu, di bawah UU baru, media sosial seperti Facebook dan Twitter harus memastikan mereka memiliki perwakilan lokal di Turki dan mematuhi perintah pengadilan atas penghapusan konten tertentu.

UU Media Sosial menargetkan jejaring sosial yang memiliki lebih daripada satu juta kunjungan setiap harinya.

Undang-undang ini juga mengatur server dengan data pengguna media sosial di Turki yang harus disimpan di negara tersebut.

Mengutip sumber yang sama, denda administratif akan dikenakan ke penyedia media sosial yang gagal memenuhi kewajiban yaitu 1 hingga 10 juta lira (USD146.165 - USD1.461.650). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertekad memperketat kendali pemerintah atas media sosial sejak awal bulan ini, setelah banyaknya komentar hinaan ke anggota keluarganya.

Habib Rizieq Shihab's Billboard Video that Cannot be Burned by Viral Demonstrators on Social Media


Efforts to Burn Billboards Habib Rizieq Shihab - Arrahmah

Since Monday (27-7-2020) Habib Rizieq Shihab's billboard video cannot be burned by viral demonstrators on social media. Allegedly, the demonstrators were a group of pro-communist Neo Marxists.

Previously, they trampled billboards with a picture of Habib Rizieq Sihab and threw tomatoes at him.

After failing to burn, the demonstrators ripped through the billboard Habib Rizieq accompanied by defamation and verbal abuse.

This anarchist action took place on Monday (27-7-2020) in front of the People's Consultative Assembly Building / the House of Representatives of the Republic of Indonesia, Jakarta.

What lessons can we take from actions that damage Indonesia's reputation?

As a democratic country, it is certainly an obligation for all Indonesians to always maintain tolerance towards their fellow human beings. Ethnic, racial, class and religious diversity must not be sources of hostility. Moreover, Habib Rizieq Shihab is a religious figure who is respected by millions of Muslims in Indonesia. In fact, he is a descendant of the Prophet Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

The demonstrators' actions clearly did not reflect Pancasila, especially the third principle, namely the Indonesian Unity. What they do includes damaging unity relations among the nation's children in this country.

So what needs to be done?

Now, two days have passed. Habib Rizieq Shihab's billboard, which the mass failed to burn, was confiscated by Muslims. On Tuesday (28-7-2020) afternoon, the dashing figure of Habib Rizieq was placed in front of the LPI MS Headquarters FPI Headquarters in Petamburan, Tanah Abang, Central Jakarta.

Then, Muslims in various regions also put up thousands of Habib Rizieq Shihab billboards and banners.

So, the most important thing now is to continue to strengthen the unity of Indonesia. And, in connection with a failed burning effort, it must be processed in strict accordance with applicable law in Indonesia.

We all wish the best for this beloved homeland. The latent danger of communism must always be watched out for the sake of the sustainability of Indonesia which is guided by Pancasila.

Ini Kata Ahli tentang Alat Ukur Suhu Tubuh Tembak atau Thermogun terhadap Jaringan Otak!


Penggunaan Thermogun - Pixabay

Seiring mewabahnya virus Corona asal Cina  (Covid-19) hingga menjadi pandemi global, alat ukur suhu tubuh tembak atau thermogun pun naik daun. Dari anak-anak hingga orang tua sudah tidak asing dengan alat itu. Setidaknya pernah melihat atau mendengar.

Dan belakangan, ada informasi bahwa alat ukur suhu tubuh tembak (thermogun) ini memiliki dampak samping terhadap jaringan otak. Pertanyaannya, benarkah demikian?

Menjawab isu tersebut, seperti terlansir Persyarikatan Muhammadiyah, dokter spesialis syaraf RS PKU Yogyakarta, Zamroni, menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar dan berlebihan.

“Allah menciptakan otak di dalam lapisan yang memiliki banyak lapisan, alangkah lengkapnya proteksi yang ada di situ. Dari segi anatomis (kepala manusia), alat ini masih cukup aman untuk digunakan,” jelas Zamroni dalam Healthy Corner yang disiarkan secara live melalui youtube Muhammadiyah Channel, Selasa (28/7) yang dikutip media itu.

Selain itu, Zamroni menilai informasi tersebut berlebihan sebab semua alat detector selain thermogun yang digunakan di bandara, hotel, dan lainnya juga memakai infrared.

“Thermogun sudah lama dipakai untuk anak kecil. Dulu (sebelum pakai termo tempel di tempat yang banyak pembuluh darah seperti anus, ketiak, bawah lidah. Tapi kan tidak mungkin mengukur di tiga area itu,” imbuhnya.

Sementara ahli Kesehatan Masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Semarang, Didi Sumanto, menilai berkembangnya disinformasi mengenai isu bahaya thermogun tidak lepas dari kesehatan mental masyarakat.

Mengutip sumber yang sama, Didi menghimbau agar masyarakat tidak takut secara berlebihan sepanjang mentaati dan menjalankan protokol kesehatan yang telah disampaikan oleh para ahli terkait pandemic Covid-19.

Tuesday, July 28, 2020

Benarkah Ibadah Haji Tidak Pernah Ditangguhkan Sepanjang Sejarah Islam?


Sumber Saudi Gazette

Seringkali kita dihadapkan pada gambar atau tulisan tentang bencana semisal banjir atau adanya wabah terkait ibadah haji. Akan tetapi, benarkah ibadah haji pernah ditangguhkan dalam sejarah Islam?

Pertanyaan ini agaknya dapat dijawab dengan hasil penelitian ilmiah baru-baru ini. Dalam penelitian ini, seperti terlansir Saudi Gazette, menunjukkan bahwa ibadah tahunan haji tidak pernah terganggu atau ditangguhkan sepanjang sejarah Islam.

Studi yang dilakukan oleh Penjaga Institut Dua Masjid Suci untuk Penelitian Haji dan Umrah di Universitas Umm Al-Qura, sampai pada kesimpulan ini setelah mengekstrapolasi lebih daripada 40 referensi ilmiah dan sumber dari seluruh sejarah Islam yang ada.

Dengan demikian, jelaslah bahwa tidak ada satu pun ibadah haji yang terhenti atau terputus sama sekali dalam periode waktu mana pun.

Meski begitu, tidak selamanya situasi dan kondisinya sama. Hal itu disebabkan ada beberapa gangguan parsial di sebagian negara, atau masalah epidemi dan kesehatan atau
keamanan mencegah beberapa calon jemaah
melakukan ritual wajib haji. Sementara jemaah yang lain melakukan ritual wajib haji mereka tanpa gangguan.

Studi ilmiah yang dilakukan oleh Dr. Aiman Al-Safri ini menekankan bahwa haji merupakan salah satu ritual wajib yang kelancarannya adalah kewajiban sosial umum umat Islam. Dan karenanya, maka kinerjanya oleh sebagian umat akan cukup atau terpenuhi.

Masih dari sumber yang sama, dia mengambil perhatian pada peristiwa-peristiwa yang dicatat oleh para sejarawan selama berabad-abad tentang kesulitan dan hambatan yang dihadapi oleh para calon jemaah selama haji ke Mekah. Yaitu, termasuk epidemi, perang, hujan lebat, banjir, kelaparan, dan ketidakamanan sosial. Kesulitan seperti itu menghambat calon jemaah dari beberapa negara mencapai Mekah. Namun, semua kemalangan dan tragedi ini tidak pernah menghentikan ibadah haji setiap tahun dalam sejarah.

Studi ini mengambil perhatian pula pada peran penting yang dimainkan orang Mekah dalam memastikan kelanjutan haji di tahun-tahun di mana jemaah dari beberapa negara tidak dapat mencapai Mekah untuk melakukan ritual.

Mengutip media itu, studi ilmiah ini jugamelekat sangat penting pada keputusan Pemerintah Saudi untuk mengadakan ibadah haji di tengah pecahnya pandemi coronavirus jenis.baru (COVID-19). Keputusan tersebut menunjukkan tekad pemerintah untuk tidak melakukan penangguhan dalam kelancaran ibadah haji, dengan cara memenuhi dua kepentingan besar syariah - mengadakan ibadah haji tanpa gangguan dan memastikan keselamatan dan kesehatan para jemaah.

Apa Tanggapan Erdogan terhadap Orang-Orang Turki Uyghur yang Tinggal di Istanbul dan Memprotes Cina?



Bagaimanapun orang-orang Uyghur adalah bagian dari keluarga besar Bangsa Turk atau Turki. Aliran darah Turk di dalam tubuh mereka tidak akan bisa dibuang begitu saja. Dengan kata lain, orang-orang Uyghur dan orang-orang Republik Turki adalah satu keluarga.

Negara Turki pun menjadi salah satu tujuan orang-orang Uyghur yang berhasil menghindari kekejaman Pemerintah Komunis Republik Rakyat Cina (Cina daratan/Cina).

Dilaporkan Anadolu Agency, orang-orang Turki Uyghur, yang datang bersama di Istanbul, mengambil tindakan dengan menyatakan bahwa mereka tidak dapat bertemu keluarga mereka, yang secara paksa ditahan di kamp-kamp oleh Pemerintah Cina.

Sementara beberapa kelompok yang datang bersama-sama di Alun-alun Beyazıt, mereka mengikat tangan dan kaki mereka dengan rantai untuk menarik perhatian pada tekanan, beberapa dari mereka membawa poster dengan foto-foto kerabat mereka yang menurut mereka tidak dapat dijangkau.

Berbicara atas nama kelompok di sini, Mirza Ahmet İlyasoğlu mengatakan bahwa banyak orang mengalami perlakuan buruk di kamp-kamp konsentrasi yang dibangun oleh pemerintah Cina.

Mengatakan bahwa praktik-praktik Cina ini bertentangan dengan hukum internasional, İlyasoğlu berkata, "Mereka yang berkumpul di sini adalah bukti nyata dari kamp-kamp itu," katanya.

Mengutip media itu, İlyasoğlu berkata:

"Mereka yang kembali ke negara mereka dibawa ke kamp konsentrasi segera setelah mereka turun dari pesawat setelah 2017. Setelah itu, bahkan mereka yang orang tuanya meninggal tidak berani kembali. Para Uyghur yang berada di luar negeri bahkan tidak mendengar suara keluarga mereka melalui telepon. Jika kamp konsentrasi benar-benar sekolah kejuruan, mereka (yang ditahan itu) adalah dokter, profesor, seniman. Aku harus keluar dari bisnis. Aku ingin tahu profesi apa yang diajarkan pemerintah Cina kepada mereka. Ada kakakku, pamanku dan teman-temanku di kamp konsentrasi."

Singkatnya, bangunan besar milik Pemerintah Cina di Xinjiang bukanlah sekolah kejuruan, melainkan kamp-kamp interniran sebagai penjara bagi orang-orang Uyghur.

Lantas, apa tanggapan Presiden Recep Tayyip Erdogan menyikapi penderitaan orang-orang Uyghur di Cina daratan?

Suara Erdogan memang sangat lantang dan tindakannya nyata jika menyangkut Irak, Libya, dan Suriah. Tapi, sampai detik ini, Erdogan belum menunjukkan keperkasaannya saat menghadapi  Republik Rakyat Cina.

Dunia Islam, khususnya muslim di Turkistan Timur (Xinjiang) tentu berharap ke depannya, Turki di bawah Presiden Erdogan mampu membebaskan Turkistan Timur dari penjajahan Cina daratan. Aamiin.

Monday, July 27, 2020

Apa Kata Ulama Islam Sedunia tentang Pengalihfungsian Hagia Sophia bagi Dunia?



Hingga saat ini pengalihfungsian Hagia Sophia menjadi masjid kembali, masih hangat diperbincangkan. Bahkan, masih banyak pihak yang tidak menyetujuinya malah berbuat hal buruk. Sebutlah contohnya Otoritas Yunani yang "memprovokasi publik dan mengizinkan pembakaran bendera Turki" sebagai protes atas Hagia Sophia menjadi masjid kembali.

Tentu saja semua perbuatan negatif itu sangat disayangkan karena sungguh tidak manusiawi dan di luar nalar.

Menyikapi hal-hal yang berkembang seiring pengalihfungsian ini, Ketua Pesatuan Ulama Islam Sedunia Ahmad al-Raisuni mengungkapkan mereka yang terganggu dengan pengalihfungsian Hagia Sophia sebagai tempat ibadah merupakan pihak yang tak suka dengan peran penting Turki di global.

Demikian yang disampaikan beliau seperti terlansir Anadolu Agency, Selasa (28/7/2020.

Dalam sebuah pernyataan tertulis di akun sosial media, al-Raisuni menuturkan bahwa Turki telah melakukan langkah yang menguntungkan bagi agama Islam dan Kristen dengan membuka kembali bangunan bersejarah itu sebagai tempat ibadah.

Masih dari sumber yang sama, Al-Raisuni menyebut ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari pembukaan Hagia Sophia, di antaranya; Turki mulai terlepas dari konsekuensi Perang Dunia I yang menyeret umat Islam ke dalam masa-masa keterpurukan, di mana banyak masjid ditutup.

Sekarang debu yang mengguncang Turki itu sudah terhempas, warisan barat dan kekalahan itu telah berakhir, ujar al-Raisuni.

Situasi ini juga menunjukkan Turki telah mengambil alih kedaulatan penuh atas tanah dan institusinya.

Dia mengatakan bahwa langkah ini dianggap sebagai "tanda transformasi dominasi agama di seluruh dunia".

"Beberapa pihak tak nyamanan atas pembukaan Hagia Sophia karena faktor politik dan ideologis. Secara khusus, mereka juga khawatir dengan peningkatan peran Turki," tekan dia.

Mengutip media itu, ketua asosiasi itu juga menyatakan kebahagiaannya atas langkah ini, yang menjadi indikator dari beberapa perkembangan positif, seperti pembebasan Masjid al-Aqsa pada masa yang akan datang.

Bagaimana Nasib Falun Gong Setelah Tangan-Tangan Komunis Merangsek Hong Kong?


Praktisi Falun Gong atau Falun Dafa - Minghui


Banyak orang mengingatkan bahwa musuh kaum komunis bukan hanya umat Islam, tetapi juga semua penganut agama di dunia.

Mengapa demikian? Sebab, sebenarnya orang-orang komunis "sedang" berperang melawan iman. Dan, jika ada paham yang membebaskan agama-agama itu tumbuh dan berkembang, maka secara otomatis paham itu pun harus berhadapan langsung dengan komunisme yang kejam.

Sebutlah demokrasi. Anak-anak di Cina, misalnya, sudah ditanamkan bahwa demokrasi adalah sesuatu yang buruk. Sedang satu-satunya yang dipandang baik hanyalah komunisme. Titik!

Belakangan, Partai Komunis Cina (PKC) yang berkuasa di daratan Cina berhasil merangsek Hong Kong melalui Undang-Undang Keamanan Nasional Kota di sana. Dengan itu, di bawah kepemimpinan Carrie Lam, Hong Kong telah kehilangan kedemokratisannya.

Itulah sebabnya, beberapa pengikut Falun Gong takut akan hukum keamanan nasional Hong Kong yang baru

Sebagaimana diketahui bahwa Falun Gong atau Falun Dafa didirikan di daratan Cina pada tahun 1992, menggabungkan meditasi, latihan gerak lambat, ajaran moral yang secara luas didasarkan pada agama Buddha dan Taoisme dan kadang-kadang dengan teori-teori Pemimpin Li Hongzhi yang terkadang tidak ortodoks.

Partai Komunis Cina melihat popularitas kelompok itu sebagai tantangan terhadap aturannya dan melarangnya setelah 10.000 praktisi Falun Gong diam-diam memprotes di Beijing. PKC menyebut Falun Gong sebagai "kultus jahat" yang mengancam stabilitas nasional, dan memenjarakan banyak anggotanya. Padahal tidaklah demikian.

Ini bukan sesuatu yang baru. Setiap yang tidak disukai PKC akan disebut jahat meskipun baik. Selain kata "jahat", kata-kata seperti anarkis, teroris, intoleran, dan yang bermakna negatif lainnya juga sering digunakan untuk menyebut musuh-musuh mereka.

"Tentu saja kami khawatir," kata Sarah Liang, seorang jurnalis untuk The Epoch Times, sebuah surat kabar yang dipelopori oleh anggota Falun Gong yang sangat kritis terhadap Partai Komunis Tiongkok dan mendukung Presiden AS Donald Trump seperti terlansir Reuters.

Ingrid Wu, juru bicara Asosiasi Falun Gong Hong Kong, mengatakan dua anggota kelompok ini telah meninggalkan Hong Kong karena khawatir akan keselamatan mereka. Dia mengidentifikasi salah satu dari orang-orang itu hanya sebagai Susan, dan meminta yang lain tidak disebutkan namanya.

"Itu (Undang-Undang Kemananan Kota) adalah pisau gantung di atas kepala kita," kata Wu.

Pada hari Minggu 5 Juli, lima hari setelah Cina memberlakukan undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong, Yang Xiaolan dan tiga lusin anggota Falun Gong berdiri tegak di taman umum, lengan mereka terentang di atas mata tertutup ketika soundtrack meditasi mereka dicampur dengan kicau burung.

"Di daratan, hati saya selalu bergetar ketika saya berlatih Falun Gong. Saya terus-menerus mencemaskan hidup saya," kata Yang, yang melarikan diri dari daratan Cina pada tahun 2009.

"Sama seperti otoritas keamanan publik daratan, mereka dapat menginjak-injak hukum dan berkata semuanya ilegal," katanya, berbicara tentang undang-undang keamanan yang baru.

Sementara itu, Pemerintah Hong Kong menolak berkomentar tentang bagaimana undang-undang baru itu akan berdampak pada Falun Gong,

Akan tetapi, Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan undang-undang Hong Kong yang baru akan menjatuhkan sanksi terhadap perilaku apa pun yang membahayakan keamanan nasional.

Mengutip Reuters, mengenai Falun Gong secara umum, kementerian itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Falun Gong adalah organisasi sesat yang dilarang oleh Pemerintah Cina sesuai dengan hukum, yang juga telah ditolak oleh orang-orang Cina sejak lama. Melarang organisasi sesat ini adalah sebuah tindakan keadilan oleh pemerintah Cina, dilakukan sebagai tanggapan atas permintaan rakyat dan upaya untuk menjaga stabilitas sosial dan untuk melindungi hak asasi manusia. Penindasan yang dituduhkan adalah omong kosong. "

Memperhatikan perkataan kementerian tersebut di atas, nasib Falun Gong terancam di Hong Kong. Kebebasan dalam berdemokrasi sudah tidak ada lagi bagi mereka di sana. Agaknya, cara paling aman bagi mereka untuk tinggal di sana adalah dengan tidak menunjukkan identitas diri sebagai pengikut Falun Gong Hong Kong.

Sunday, July 26, 2020

Bukan karena Hagia Sophia Menjadi Masjid Kembali, tetapi Mereka Tidak Menyukai Islam




Apa pun yang Anda lakukan pasti buruk di mata setiap orang yang membenci Anda, ayah Anda, atau yang berkaitan dengan Anda. Rasa benci atau "tidak suka yang berlebihan" menjadi ganjalan dasar dalam setiap hubungan sosial. Rasa itu pulalah yang idealnya dihapus dari jiwa manusia. Jika tidak, dapat menyebabkan konflik, perkelahian, bahkan peperangan. Dan, selemah-lemahnya benci tetap merupakan duri yang menjadikan kebaikan hanya sebatas fatamorgana.

Ini pulalah yang terjadi di Yunani. Pascakembalinya Hagia Sophia menjadi masjid setelah 86 tahun berfungsi sebagai museum, Otoritas Yunani "memprovokasi publik dan mengizinkan pembakaran bendera Turki" sebagai protes atas Hagia Sophia.

Seperti terlansir Anadolu Agency, Turki mengecam pembakaran benderanya di Yunani tersebut.

"Kami sangat mengutuk bahwa pemerintah Yunani dan anggota parlemen memprovokasi publik melalui pernyataan bermusuhan mereka,“ kata Hami Aksoy, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, dalam sebuah pernyataan tertulis.

“Mereka secara terbuka membiarkan pembakaran bendera kami yang mulia di Thessaloniki," lanjutnya.

Aksoy mengatakan Yunani sekali lagi menunjukkan permusuhan terhadap Islam dan Turki dengan dalih reaksi pada pembukaan kembali Masjid Hagia Sophia untuk beribadah.

Dia mengatakan "anak-anak Eropa yang manja", yang tidak dapat menerima pembukaan kembali arsitektur ikonik sebagai masjid, berada dalam khayalan lagi.

"Para pemimpin rasis ini, yang tidak belajar dari sejarah dan tidak menghormati bendera kita yang mulia, harus mengingat nasib mereka di Laut Aegea," Aksoy menekankan.

"Yunani harus bangun dari mimpi Bizantium, yang telah gagal selama 567 tahun, dan menyingkirkan frustrasinya," katanya lagi.

Rasa benci itu tidak hanya ditunjukkan Yunani kali ini saja, Aksoy mencatat penindasan Yunani terhadap minoritas Muslim Turki di negara itu sudah diajukan ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa.

Yunani juga satu-satunya negara Eropa yang tidak memiliki masjid di ibukotanya dan telah mengabaikan pembongkaran masjid bersejarah di wilayahnya.

Aksoy mengatakan bahwa pembukaan Masjid Hagia Sophia sebagai tempat peribadatan sudah sesuai keinginan bangsa Turki.

Masih dari sumber yang sama, Aksoy menegaskan, "Masjid Hagia Sophia, seperti aset budaya lainnya di tanah kami, milik Turki, dan itu akan selamanya menjadi milik kami dan dalam perlindungan kami."

Dia juga menekankan bahwa pembukaan Masjid Hagia Sophia untuk ibadah sesuai dengan persyaratan dan esensi dari Konvensi UNESCO 1972 tentang Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia.

Saturday, July 25, 2020

Hebat! FBI Menangkap Peneliti Militer Cina yang Dilindungi di Konsulat San Francisco



Sumber Taiwan News


Dunia intelijen beraksi. Agaknya demikianlah kalimat yang tepat untuk kinerja penangkapan ini.

Dilaporkan Taiwan News, Sabtu (25/7/2020) Tang Juan (唐 娟), seorang peneliti biologi yang telah menyembunyikan afiliasinya dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) ketika bekerja sebagai peneliti di University of California Davis, telah ditahan, menurut Departemen Kehakiman AS.

Dia diperkirakan akan muncul di pengadilan federal pada Senin (27 Juli) mendatang.

Semula dirinya dicari dengan tuduhan penipuan visa dan ditangkap oleh FBI pada hari Jumat (24 Juli) setelah mengungsi ke konsulat Cina di San Francisco.

Kemudian, para penyelidik menemukan foto-foto internet yang memperlihatkan Tang dengan seragam militer dan mendapati bahwa ia telah bekerja sebagai peneliti di Universitas Kedokteran Militer Angkatan Udara Cina dan masih dianggap sebagai personil militer aktif.

Jika dinyatakan bersalah, Tang akan menerima hukuman maksimal 10 tahun penjara dan denda US $ 250.000, menurut CNA seperti terlansir media itu .

Masih dari sumber yang sama, penangkapan tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Cina. Awal pekan ini, pemerintah AS memerintahkan penutupan konsulat Cina di Houston, Texas, karena masalah keamanan. Beijing membalas pada hari Jumat (24 Juli) dengan memerintahkan AS untuk menutup konsulatnya di kota Chengdu.

Friday, July 24, 2020

Berikut Bagian-Bagian Penting dalam Khotbah Pertama Salat Jumat di Hagia Sophia


Salat Jumat di Masjid Hagia Sophia - Anadolu Agency


Kemarin, 24 Juli 2020 adalah Jumat pertama yang bersejarah di Turki. Betapa tidak? Setelah hampir 90 tahun umat Islam Turki tidak menggunakan Hagia Sophia sebagai masjid, kemarin muslim di sana menunaikan salah Jumat di tempat itu.

Ya, Hagia Sophia telah berfungsi kembali sebagai masjid bagi umat Islam, bukan hanya di Turki, tetapi juga bagi muslim di seluruh dunia. Umat Islam dari mana pun boleh beribadah di sana.

Dan, salat Jumat pertama di Masjid Hagia Sophia dihadiri ribuan jemaah, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Adapun yang bertindak sebagai Khotib Jumat di Masjid Hagia Sophia kemarin adalah Ali Erbas, Kepala Direktorat Keagamaan Turki.

Mengutip Anadolu Agency, Jumat 24.07.2020, berikut adalah bagian-bagian penting khutbah Jumat yang disampaikan Ali Erbas di Masjid Hagia Sophia.

Dalam khotbahnya, Erbas mengatakan bahwa hari Jumat ini persis seperti 60 tahun lalu, saat 16 muazin menara Masjid Sultan Ahmet, yang terletak tepat di seberang Hagia Sophia, mengelilingi tempat itu dengan azan, setelah jeda 18 tahun.

“Hari ini adalah hari ketika Muslim berdiri melaksanakan salat dengan air mata sukacita, sujud dengan penuh rasa tunduk dan syukur. Hari ini juga adalah hari kehormatan dan kerendahan hati,” ucap Erbas.

Dia mengatakan sesungguhnya kota Konstantinopel pasti akan ditaklukkan oleh tentara Islam. Dan pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.

Erbas menekankan bahwa penaklukan itu adalah kebangkitan, bukan penganiayaan, dan itu adalah rekonstruksi, bukan kehancuran.

“Dalam peradaban kita, penaklukan merupakan pembuka pintu sebuah kota bagi Islam, perdamaian, dan keadilan,” kata dia lagi menambahkan bahwa hal tersebut sudah disampaikan di Quran surat Ali Imran ayat 159 yang isinya dan ketika kamu telah bertekad bulat, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bersandar [kepada-Nya].

Erbas juga menyampaikan bahwa Sultan Ottoman Muhammad al-Fatih menaklukkan Istanbul dengan izin dan rahmat Allah, dan Sultan tidak mengizinkan perusakan satu batu pun dari kota yang sangat berharga ini.

Dalam khotbah itu, Erbas mengucapkan salam hormat untuk arsitek terkenal Mimar Sinan, yang menghiasi Hagia Sophia dengan menara, yang telah memperkuat konstruksi dan membuatnya tetap berdiri selama berabad-abad.

“Salam kepada semua saudara dan saudari kita dari penjuru dunia yang menunggu Hagia Sophia dibuka kembali untuk ibadah, dan merayakan pembukaannya dengan sukacita,” kata Erbas.

Selama 15 abad, Hagia Sophia adalah salah satu tempat paling berharga dalam ilmu pengetahuan, peradaban dan peribadatan dalam sejarah manusia. Al-Fatih mengamanahkan bangunan yang luar biasa ini kepada para mukmin agar tetap terjaga sebagai masjid sampai hari kiamat.

“Dalam keyakinan kami, wakaf, atau properti yayasan, tidak dapat diganggu gugat, dan yang melanggarnya didoakan agar dilaknat,” kata Erbas.

Erbas juga menyampaikan bahwa setelah penaklukan, Sultan al-Fatih meminta warga yang berlindung di Hagia Sophia untuk tidak takut akan kedatangan Islam.

Erbas menirukan ucapan Sultan al-Fatih yang mengatakan pada warga bahwa mulai sekarang, jangan takut dengan kebebasan dan hidupmu. Harta benda kalian tidak akan dijarah, tidak ada yang akan dianiaya, tidak ada yang akan dihukum karena agama mereka.

“Itulah sebabnya Hagia Sophia adalah simbol penghormatan terhadap semua kepercayaan dan keberagaman,” kata Erbas.

Menurut dia pembukaan Hagia Sophia sebagai tempat ibadah adalah tanggung jawab kesetiaan kepada alur sejarah.

“Ini adalah transformasi tempat suci, yang digunakan sebagai masjid selama lima abad, ke asalnya,” ujar dia.

Erbas juga mengingatkan bahwa peradaban Turki adalah peradaban yang berpusat pada masjid.

“Masjid-masjid kami adalah sumber persatuan, keimanan, dan ketenangan kami,” tekan Erbas.

Erbas mengingatkan bahwa saat ini, Muslim di berbagai belahan dunia masih mengalami penganiayaan, masjid-masjid terkena serangan Islamofobia, pintunya dikunci, bahkan dibom dan dihancurkan.

“Saya menyampaikan perilaku luar biasa Sultan Fatih di Hagia Sophia kepada dunia, dan mengajak semua umat manusia untuk mengatakan ‘setop’ terhadap retorika, aksi teror dan tindakan penganiayaan anti-Islam,” ujar Erbas.

Dalam khotbahnya, Erbas mengingatkan bahwa sebagai umat Muslim, tugas terbesar adalah bersama-sama mengadopsi rasa kasih sayang sesama dan toleransi, kedamaian, ketenangan, dan kebaikan di seluruh dunia.

“Tugas kita adalah bekerja agar kebaikan dan keadilan selalu ada di bumi siang dan malam. Tugas kita adalah menjadi penjamin keadilan di wilayah yang dikelilingi oleh kekejaman dan ketidakadilan, air mata, dan ketidakberdayaan,” kata dia.

Dia juga menambahkan bahwa Turki percaya bahwa bumi adalah rumah bersama. Setiap orang di rumah ini, terlepas dari kepercayaan, ras, dan warna kulit, memiliki hak untuk hidup dengan aman, bermartabat, kebebasan, dan kemanusiaan.

“Di bawah kubah Hagia Sophia, saya mengundang semua umat manusia untuk menegakkan keadilan, perdamaian, kasih sayang, dan kesetaraan. Saya mendesak Anda untuk mempertahankan nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip moral yang melindungi kehormatan manusia,” ucap Erbas.

“Saya menyerukan kepada seluruh dunia bahwa saya ingin mengatakan pintu-pintu Masjid Hagia Sophia akan terbuka untuk semua hamba Allah, seperti masjid-masjid Suleymaniye, Selimiye, Sultan Ahmet (Blue Mosque) dan lainnya,” kata dia sambil menambahkan Masjid Hagia Sophia selamanya akan terus menjadi tempat yang menaungi kepercayaan, ibadah, sejarah dan tafakur.

Semoga khutbah Jumat tersebut menjadi spirit bagi umat Islam di seluruh dunia.

Lebih Baik Program POP Tahun Ini Ditunda Dulu? Apa Pertimbangannya?

Ilustrasi - Pixabay

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Unifah Rosyidi, berharap bahwa  kiranya program POP untuk tahun ini ditunda dulu.

Harapan itu seiring dengan mundurnya PGRI dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). PGRI sebelumnya termasuk dalam daftar organisasi yang lolos seleksi POP dan bisa bekerjasama dengan Kemendikbud.

Lantas pertimbangan apa yang mendasari harapan itu?

Hal yang paling menonjol terkait POP adalah kondisi saat ini. Seperti terlansir Republika, PGRI menilai anggaran negara sekitar Rp500 miliar yang dialokasikan untuk POP, lebih baik digunakan untuk menangani permasalahan pendidikan yang terdampak Covid-19.

PGRI memandang bahwa dana yang dialokasikan untuk POP akan sangat bermanfaat apabila digunakan untuk membantu siswa, guru/honorer, penyediaan infrastruktur di daerah khususnya 3T demi menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Hal lainnya yang menjadi pertimbangan tersebut adalah, PGRI memandang pemerintah perlu berhati-hati dalam menggunakan anggaran POP. Mengingat waktu pelaksanaan yang sangat singkat, PGRI berpendapat program tersebut tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Masih dari sumber yang sama, Unifah menambahkan, kriteria pemilihan dan penetapan peserta program organisasi penggerak tidak jelas. PGRI memandang, perlunya prioritas program yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja guru melalui penataan pengembangan dan mekanisme keprofesian guru berkelanjutan.

Selanjutnya, ada hal yang semestinya lebih diutamakan, yakni adanya permasalahan mendesak, antara lain adalah kekosongan guru akibat tidak ada rekrutmen selama 10 tahun terakhir.

Mengutip media itu, Unifah pun berkesimpulan, "Dengan pertimbangan di atas, kami (PGRI) mengharapkan kiranya program POP untuk tahun ini ditunda dulu."


Thursday, July 23, 2020

Keluarnya Muhammadiyah dan NU dari POP Kemendikbud Menandakan Mendikbud Melecehkan Organisasi Besar Penggerak Pendidikan?

Ilustrasi - Pixabay


Sebagian kalangan turut prihatin terhadap berbagai polemik seputar kebijakan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.

Hal itu dapat dilihat dengan ramainya polemik Program Organisasi Penggerak (POP) hingga keterlibatan organisasi CSR milik perusahaan swasta sekelas Tanoto Foundatian Sampoerna untuk pelatihan guru.

Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Jejaring Nasional Aktivis 98 (PPJNA 98), Anto Kusumayuda dalam keterangan tertulisnya, Kamis (23/7) seperti terlansir RMOL, mengatakan, "Di tengah pandemik Covid 19 anggaran pendidikan dipangkas, kondisi dunia pendidikan masih memprihatinkan, nasib guru (honorer) Indonesia masih jauh dari sejahtera, tunjangan guru distop, tiba-tiba ada kabar yang memprihatinkan, berkabungnya dunia pendidikan Indonesia."

Dalam kaitannya dengan hal itu, dirinya juga prihatin dengan kondisi bahwa organisasi besar sekelas Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)  yang menarik lembaga pendidikannya dari POP Kemendikbud.

"Keluarnya Muhammadiyah dan NU dari POP Kemendikbud menandakan bahwa Mendikbud, Nadiem Makarim tidak layak menjadi seorang menteri, gagal merangkul dan tidak menghargai, melecehkan dua organisasi besar sebagai motor penggerak pendidikan di Tanah Air!"  tegasnya.

Itulah sebabnya, PPJNA 98 menyampaikan beberapa sikap. Salah satunya, meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim minta maaf kepada keluarga besar Muhamadiyah dan NU.

Mengutip media tersebut, PPJNA 98 juga menilai Nadiem Makarim gagal memimpin Kemendikbud, mengkhianati marwah dan jati diri dunia pendidikan karena memposisikan sebagai wakil kepentingan kapitalisme global dan kepanjangan tangan konglomerat. "Kemudian, kami juga meminta sebaiknya Bapak Presiden Jokowi mencopot Nadiem Makarim dari jabatannya untuk selamatkan dunia pendidikan Indonesia," tandas Anto.

Helm Terkecil di Dunia? Siapa Pemakainya?


Helm imut - Taiwan News


Fungsi utama helm adalah melindungi kepala penggunanya dari benturan keras agar tidak mengalami cidera parah. Para pengendara sepeda motor dan pekerja proyek bangunan sangat disarankan untuk menggunakannya.

Tapi, apa jadinya jika ada helm yang ukurannya tak lebih daripada kepalan tangan orang dewasa?

Apakah itu helm terkecil di dunia? Siapa yang mengenakannya?

Dilaporkan Taiwan News, Kamis (23/7/2020) seorang netizen Taiwan memublikasikan foto-foto helm lucu yang dirancang untuk melindungi ayam kakeknya dari durian yang jatuh.

Pada Selasa (21 Juli), pengguna Facebook Taiwan, Lim Sheng Chieh, memublikasikan foto helm hijau kecil dan menulis bahwa banyak ayam kakeknya di pertaniannya baru-baru ini dibunuh oleh durian yang jatuh.


Maka, salah satu solusinya adalah dengan memasangkan helm kecil di kepala ayam. Ia pun menyertakan foto salah satu unggas tersebut lengkap dengan helm imut itu.


Wednesday, July 22, 2020

Berikut Tiga Pesan Penting Emil untuk Pemerintah Indonesia Saat Ini!


Ilustrasi - Pixabay


Siapa yang belum mengenal Emil Salim. Seorang guru besar emeritus Universitas Indonesia. Juga seorang ahli ekonomi dan mantan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan Lingkungan Hidup Indonesia (1978--1993).

Nah, Profesor Emil hadir dalam Rembug Nasional Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema "pemerdaulatan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat". Acaranya sendiri digelar secara daring (dalam jaringan/online).

Dalam kesempatan itu, seperti terlansir Persyarikatan Muhammadiyah, Profesor Emil yang juga dikenal sebagai tokoh pengelolaan lingkungan hidup Indonesia ini memberikan tiga pesan penting kepada Pemerintah Indonesia saat ini.

Berikut adalah tiga pesan tersebut.

Pertama, perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan serta prasarana umum seperti listrik, air dan jaringan telekomunikasi harus maksimal. Perbaikan pada sektor pendidikan akan bertautan langsung dengan pemerataan kesejahteraan. Sedangkan perbaikan akses atas prasarana umum merupakan syarat mutlak pelayanan pada hajat hidup orang banyak.

Kedua, menurut Emil, pemerataan pembangunan harus selalu memperhatikan konteks budaya, adat, alam, dan keragaman wilayah di seluruh Indonesia. Penyeragaman agenda pemerataan pembangunan jangan sampai salah kaprah. Sebab paradigma dan potensi antar daerah berbeda-beda.

“Singkatnya Indonesia bisa maju karena kekayaan alamnya sangat subur. Pola pikir Bhineka Tunggal Ika. Jangan Jawasentris. Kembalikan penggunaan SDA sesuai dengan posisi ekosistemnya didukung SDM yang memungkinkan Indonesia mencapai kesejahteraan bangsanya. Jadi kata kunci memahami kekayaan Indonesia adalah keanekaragaman, diversity," ujar Emil.

Terakhir, Emil berpesan bahwa kedaulatan pangan hanya bisa diwujudkan dengan kebijakan yang berpihak pada petani. Baik dalam konteks kualitas teknologi pertanian maupun kesejahteraan petani. Bagi Emil, peran penting petani sangat besar bagi pertumbuhan nyata ekonomi Indonesia.

“Nilai tukar petani jika dihitung antara 105 hingga 108 dari hasil produknya, tetapi ongkos yang dikeluarkan 100. Sehingga sulit mengembangkan pendidikan anak, kesejahteraannya, kebudayaannya. Di perkebunan 130, ongkosnya 100. Berarti produsen pertanian pangan kita mendapatkan imbalan yang tidak memadai karena itu (mereka) tertinggal. Petani kita tidak bodoh. Buktinya swasembada pangan tahun 1984. Kuncinya mendidik petani. Terbesar jumlah tenaga kerja 60 persen masih petani. Naikkan kualitas petani, maka seluruh bangsa akan naik juga,” tutup Emil yang pernah menjadi penerima penghargaan bergengsi internasional Blue Planet Prize dan The J. Paul Getty Award for Conservation Leadership itu.

Tuesday, July 21, 2020

Mengusung Misi Besar, Kapankan Museum Muhammadiyah Bakal Dibuka?

Museum Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah


Sebuah kabar gembira bahwa sebuah museum terkait perjuangan sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia akan dibuka. Ya, Museum Muhammadiyah namanya. Direncanakan, jadwal peresmian museum ini pada November 2020 mendatang.

Seperti terlansir Persyarikatan Muhammadiyah, Rabu (22 Juli 2020) museum tersebut akan dibuka untuk umum dengan membawa wajah baru bagi museum modern yang edukatif, rekreatif, berbasis teknologi virtual-digital sekaligus ramah anak, perempuan dan difabel.

Sejak awal keberadaannya digagas sebagai etalase sejarah dan dinamika pergerakan dakwah pencerahan Muhammadiyah di masa lalu, masa kini dan rencana Muhammadiyah di masa yang akan datang.

Anda dapat mengunjunginya nanti di kompleks kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Dikabarkan museum setinggi 5 lantai ini
akan mengusung misi besar Muhammadiyah merebut tafsir sejarah dan juga memberikan fasilitas bagi para akademisi yang melakukan penelitian hingga kelompok kesenian yang ingin berkreasi.

“Perjalanan panjang Muhammadiyah menorehkan sejarah penuh dengan perjuangan yang luar biasa. Melahirkan karya-karya monumental yang hari ini bisa kita rasakan dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan lain-lain, termasuk dalam bidang literasi Suara Muhammadiyah (majalah tertua di Indonesia) masih hidup,” jelas Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad pada kesempatan terpisah, Senin (20/7) yang dikutip media itu.

“Museum ini menjadi bukti yang tak terbantahkan tentang perjuangan Muhammadiyah selama 100 tahun lebih dalam kiprahnya memajukan, mencerdaskan, dan mensejahterakan Indonesia yang  sampai hari ini seperti sekarang, perjuangan melawan Covid luar biasa, tidak ada tandingannya dengan organisasi lain, kita yang terdepan,” imbuhnya.

Sastrawan Eksis di YouTube, Mengingatkan Saya pada Era Blog yang Meriah Saban Hari


Video baca puisi oleh Isbedy Setiawan ZS - YouTube


Akhir-akhir ini, terkhusus saat berada pada masa pandemi virus Corona jenis baru, sastra diramaikan dengan pembacaan puisi di media sosial. YouTube menjadi pilihan sebagian sastrawan untuk tetap eksis dalam bersastra.

Sebutlah penyair Isbedy Setiawan ZS, Sang Paus Sastra Lampung, yang begitu bersemangat memublikasikan video-video dirinya saat membaca puisi, di Channel YouTube pribadinya. Itu baru satu contoh. Masih banyak penyair lainnya yang beraktivitas demikian.

Ini mengingatkan saya pada era dunia blog yang pernah ramai saban hari. Sesama blogger saling mengunjungi dan meninggalkan jejak di kotak pesan tertunda (chat box) atau langsung di bawah artikel yang dipublikasikan di sana. Bahkan, saya pribadi pernah menanyakan harga ban sepeda motor melalui kotak pesan di blog salah seorang teman yang menjalankan usaha bengkel motor.

Sejalan dengan kondisi itu, komunitas blogger pun menjamur di Indonesia. Beberapa waktu sekali diadakan kopdar (kopi darat) untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan ilmu. Nah, khusus di dunia sastra, ada blogger tertua saat itu bernama Arsyad Indradi. Penyair kelahiran 1949 tersebut tidak hanya mengelola satu blog. Seingat saya dia mengelola sekitar 60-an blog. Ada tiga puluhan blog miliknya yang khusus memuat biodata dan karya sastrawan setiap provinsi di Indonesia. Waw!

Namun sayang, dunia blog mulai mengalami kemunduran seiring ramainya Facebook sebagai jejaring sosial di negeri ini sekitar sebelas tahun yang lalu. Betapa tidak? Di Facebook, setiap orang dapat memublikasikan tulisan termasuk karya sastra dengan mudah. Selain mudah, jalur komunikasinya lebih luas. Jangkauannya pun semakin jauh sehingga berpotensi untuk dibaca oleh banyak kalangan.

Tapi, satu hal yang tak bisa diabaikan, meski bersastra melalui media Facebook terus bertahan hingga sekarang. Sebagian blogger juga memanfaatkan Facebook untuk mempromosikan blog masing-masing. Begitu pula dengan YouTubers sastra melakukan hal yang sama.

Terbukti tautan-tautan video tersebut disebar melalui akun pribadi dan grup-grup sastra di Facebook yang ada seperti, Grup Apresiasi Sastra dan Grup Pembaca Buku Tume.

Lantas, apakah dalam hal ini sastrawan bisa dikatakan latah?

Ikutan-ikutan menjadi blogger atau YouTuber selama positif adalah sebuah kemajuan dalam bersastra. Dulu, sebelum teknologi canggih, orang bersastra secara lisan, lalu mulai ditulis dalam media secara manual (tulis tangan). Kemudian, semenjak ada mesin tik, orang-orang termasuk sastrawan menggunakannya. Muncul lagi komputer, tulisan pun dicetak, baik sekadar beberapa lembar, maupun dalam wujud buku.

Kini, saat kita berada di era digital, mau tak mau, sastra perlu menyesuaikannya. Maka, semakin banyak konten pembacaan puisi atau aktivitas-aktivitas sastra lainnya yang diunggah di YouTube, misalnya, adalah sebuah langkah maju yang bermanfaat bagi kaum sastrawan dan masyarakat luas. Jadi, apa pun medianya, dapat dipakai selama untuk tujuan positif.

Dan sekali lagi, eksistensi sastrawan di YouTube mengingatkan saya pada era blog yang pernah ramai saban hari.

Monday, July 20, 2020

Kalau Delik Materiil, maka Harus Ada Peristiwanya Terlebih Dahulu, Barulah Jurnalis Nanta Bisa Dipidana





Menarik untuk mencermati penilaian Jaksa Penuntut Umum (JPU) terhadap Diananta sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Eks Pemred Banjarhits, Diananta Putra Sumedi (Nanta), dituntut 6 bulan penjara karena dinilai JPU bersalah melakukan tindak pidana dengan cara sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang menimbulkan kebencian terhadap kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas SARA.

Menurut LBH Pers ada dua unsur yang tidak terpenuhi sesuai pasal yang didakwakan tersebut.

Apa sajakah itu?

Pertama terkait "hak" penyebaran berita dan kedua mengenai terjadinya peristiwa kebencian yang "ditimbulkan" sebagai efek tulisan Nanta.

"Unsur yang tidak terpenuhi adalah Diananta melakukan penyebaran berita karena dia adalah seorang jurnalis. Sehingga unsur tanpa hak tidak terpenuhi. Jika salah satu unsur saja tidak terpenuhi, sudah tidak layak dipidana," ujar Ade Wahyudin yang merupakan Direktur Eksekutif Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers seperti terlansir detikNews, Senin (20/7/2020).

Masih dari sumber yang sama, lebih jauh Ade menambahkan, JPU pun juga tidak menghadirkan saksi yang mendukung terpenuhinya unsur Pasal 28 Ayat 2 UU ITE.

"Dia (JPU) bilang menyebarkan ujaran kebencian terhadap suku, agama, ras, dan antargolongan gitu ya. Nah, pasal ini delik materiil, kalau delik materiil dia harus ada dulu peristiwanya, baru kemudian dia bisa dipidana. Apakah peristiwa kebencian itu sudah ada? JPU tidak bisa membuktikan itu," tambah Ade.

Seperti yag sudah diberitakan banyak media, Nanta dinilai menyebarkan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) lewat berita berjudul "Tanah Dirampas Jhonlin, Dayak Mengadu ke Polda Kalsel" yang terbit 8 November 2019 lalu.

Sebenarnya permasalah ini juga telah dibawa ke Dewan Pers. Diananta dan Sukirman (pengadu) datang ke Sekrerariat Dewan Pers di Jakarta, pada Kamis, 9 Januari 2020 lalu guna menjalani proses klarifikasi. Pada 5 Februari 2020 Dewan Pers menerbitkan lembar Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) yang mewajibkan banjarhits selaku teradu melayani hak jawab dari pengadu.

Jika merujuk kepada UU Nomor 40/1999 tentang penanganan sengketa pers, maka PPR tersebut sudah menyelesaikan semua masalah.

Mengapa demikian? Sebab, hak jawab pengadu sebagai kesempatan untuk menjelaskan duduk persoalan versi pengadu sudah diberikan. Media bersangkutan (Banjarhits) juga sudah meminta maaf dan menghapus berita yang dipersoalkan.

Bagaimana kelanjutannya? Semoga permasalahannya segera dapat diselesaikan secara adil dan berkemanusiaan.

Ketika Negara-Negara Besar Unjuk Kekuatan di Laut Asia Tenggara



USS Nimitz bersama INS Vikramaditya - Akun Twitter Frontal Assault



Sebagian orang menyebut Laut Cina Selatan dengan nama Laut Asia Tenggara. Hal itu bukan sebuah kesalahan mengingat perairan luas ini memang bersentuhan langsung dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dan, di situ pulalah terjadi persengketaan antara Cina daratan dan banyak negara tersebut.

Bahkan, setelah pertempuran kecil yang mematikan melawan Cina di Ladakh, India melakukan latihan militer di Laut Asia Tenggara. Bulan lalu negeri yang terkenal dengan tariannya itu menggelar latihan militer gabungan bersama Jepang di dekat Selat Malaka. Belakangan, mereka pun kembali unjuk kekuatan bersama negeri Paman Sam di perairan yang sama.

Kapal perang Angkatan Laut India bergabung dengan USS Nimitz, kapal perang Amerika terbesar, untuk melakukan The PASSEX (latihan yang lewat) di antara kedua angkatan laut.

India juga berencana menggandeng Australia dalam latihan serupa pada waktu yang belum diputuskan. Tentu saja latihan-latihan tersebut bukan tanpa maksud. Sangat terlihat jelas bahwa mereka semua secara nonverbal sedang mengatakan bahwa Cina adalah musuh bersama dan wajib untuk dilawan agar dunia aman dan terkendali

Seperti yang sudah diketahui publik, semenjak dipimpin Xi Jinping, Republik Rakyat Cina memang sangat berambisi untuk mendapatkan hegemoni internasional. Banyak orang mengatakan Presiden Xi layaknya Mao Zedong yang akan membawa Cina ke arah kemajuan dalam lompatan jauh ke depan.

Perkataan itu bukan isapan jempol belaka. Bukan hanya omong kosong. Terbukti di tangannya, Cina kian menampakkan harapan baru itu. Jika pada masa awal berdirinya Cina daratan berhasil menguasai Negara Manchukuo, Tibetan, Mongolia Dalam, dan Turkistan Timur, kini Cina menjelma raksasa Asia terbesar dan menjadi saingan terberat Amerika Serikat di bidang militer dan ekonomi. Perang dagang antara Cina dan Amerika pun berlangsung dan berlanjut hingga saat ini.

Mungkin, sekilas kemajuan yang dicapai Cina merupakan angin segar bagi Asia. Akan tetapi, sebenarnya menjadi ancaman berbahaya mengingat jeratan Cina di bidang ekonomi melalui utang dapat membuat negara-negara lain di Asia tunduk kepada negeri tirai bambu itu. Kedaulatan pun bisa kandas sebagai dampaknya, meskipun negara bersangkutan memiliki kekuatan militer yang cukup kuat.

Hal itu pula yang menjadi pertimbangan bagi negara-negara maju lainnya menjadi waspada terhadap ancaman nyata Cina. Terlebih lagi, Cina daratan mulai berani blak-blakan mengklaim wilayah-wilayah yang sedang diperselisihkan, misalnya di kawasan Laut Cina Selatan atau Laut Asia Tenggara.

Jadi, jangan heran ketika India, Amerika, Jepang, dan mungkin Australia bereaksi keras semisal dalam bentuk latihan militer di kawasan tersebut. 

Sunday, July 19, 2020

Xi Jinping Panik? Dia Telah Memulai Kampanye Penyelamatkan Ekonomi Cina? Bahkan Terkesan Memohon Dunia?


Ilustrasi: Seduhan pereda panik - Pixabay


Cina memang sedang dalam masa perang dagang melawan Amerika Serikat. Kian hari, ketegangan antara Washington dan Beijing semakin meningkat karena berbagai masalah termasuk Coronavirus, pengenaan UU Keamanan Nasional di Hong Kong, pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, dan perdagangan itu sendiri. Tapi benarkah karena hal tersebut, Xi Jinping panik?

Menjawab pertanyaan ini, tentu memerlukan perhatian lebih terhadap rekam jejak presiden negeri tirai bambu itu.

Diketahui bahwa kedua negara saling mengancam sanksi satu sama lain. Dan, Trump melangkah maju, menandatangani perintah eksekutif yang memberikan kekuasaan administrasi Trump untuk melarang Pejabat Partai Komunis Cina yang membantu dalam penerapan hukum Keamanan di Hong Kong.

Kondisi yang demikian membuat bisnis Amerika Serikat khawatir berinvestasi di Cina. Banyak perusahaan juga memindahkan unit manufaktur mereka dari kota-kota Cina dan menarik investasi yang ada. Tentu saja keadaan ini adalah kekhawatiran besar bagi otoritas Cina mengingat ketergantungan ekonomi Cina pada ekspor ke AS dan investasi dari perusahaan-perusahaan Amerika.

Contoh yang jelas terlihat adalah, ketika raksasa Amerika seperti Facebook, Walmart, dan Google menginvestasikan miliaran dolar di India dalam beberapa minggu terakhir.

Lalu, Presiden Cina Xi Jinping menjanjikan reformasi perusahaan asing di pasar Cina untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih baik. Seperti terlansir TFIPost disebutkan dalam sebuah surat kepada Dewan CEO Global, Xi Jinping berkata, "(Cina) akan menyediakan lingkungan bisnis yang lebih baik bagi perusahaan Cina dan asing (untuk membantu mereka) mengeksplorasi peluang baru dan prospek baru."

Xi juga berkata, "Anda telah membuat pilihan yang benar untuk meletakkan akar bisnis Anda di Cina untuk mencari pengembangan."

Dengan kata lain, Cina siap berbisnis dengan mereka meskipun ada hambatan yang dibuat oleh pemerintah Amerika Serikat.

Dewan CEO Global sendiri merupakan sekelompok eksekutif senior dari 39 perusahaan multinasional besar. Dewan ini didirikan pada 2013 oleh Asosiasi Rakyat Cina untuk Persahabatan dengan Negara-negara Asing dan menjadi salah satu senjata diplomatik Beijing untuk meningkatkan hubungan Beijing dengan perusahaan multinasional.

Beberapa minggu yang lalu, perwakilan 18 dari 39 perusahaan ini menulis surat kepada Xi Jinping, memuji upaya Cina untuk mengendalikan Coronavirus. Pujian itu bertujuan untuk meningkatkan citra Cina sebagai tujuan investasi yang menarik di tengah reaksi global.

Agaknya pertanyaan tersebut di atas sudah terjawab dengan memperhatikan kondisi Cina itu.

Saturday, July 18, 2020

Libya Kecam Intervensi Mesir, Beruntunglah saat Muslim Saling Berperang


Ilustrasi: Tentara Libya menahan tank dari anggota milisi panglima perang Khalifa Haftar di Tripoli, Libya pada tanggal 4 Juni 2020. Sumber Anadolu Agency.


Dua negara yang disebutkan dalam judul di atas hanyalah dua contoh sederhana dari umat Islam yang saling berseteru dan menumpahkan darah. Meski demikian, keadaan itu membuat banyak pihak bertepuk tangan.

Betapa tidak?

Hal tersebut adalah keberuntungan mereka. Semakin dahsyat umat Islam saling membenci dan berperang, kian amanlah posisi mereka yang berada di barisan musuh-musuh Islam.

Kekuatan muslim habis hanya untuk saling tembak dan unjuk kekuatan. Sebagai contoh dua negara di atas. Otoritas Libya pada Jumat mengecam Presiden Mesir atas ancamannya baru-baru ini untuk mengintervensi militer dan mempersenjatai suku-suku di Libya.

Seperti terlansir Anadolu Agency, Sabtu (18/7/2020) Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi pada Kamis bertemu dengan para kepala suku Libya di ibu kota negaranya, Kairo.

Dalam hal itu Mesir memperingatkan bahwa mereka tidak akan tinggal diam menghadapi peningkatan kekuatan militer Libya yang didukung Turki di dekat Kota Sirte di utara Libya yang saat ini dipegang oleh jenderal pemberontak Khalifa Haftar yang didukung Mesir.

Sejak April 2019, pasukan ilegal Haftar melancarkan serangan di Ibukota Libya, Tripoli, dan bagian lain dari barat laut Libya, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 kematian, termasuk perempuan dan anak-anak sipil.

Lantas, akan sampai kapan situasi dan kondisi demikian terus berlanjut?


Ketika Hagia Sophia Ramai, OKI, Pakistan, dan Turki Terkesan Diam Terkait Uighur dan Etnis Minoritas Muslim lainnya


Ilustrasi - Pixabay


Di mata dunia, Partai  Komunis Cina (PKC) yang berkuasa di Cina daratan sangat rapi dalam menyembunyikan tindakannya terhadap muslim Uighur dan muslim lainnya di Xinjiang.

Itu realitas empiris. Tapi, dengan manisnya, kamp konsentrasi yang menahan muslim-muslim itu, disebut Cina sebagai "Pusat Pelatihan Kejuruan". Pemerintah Cina mengklaim bahwa di pusat-pusat ini, mereka memerangi terorisme dan menghilangkan radikalisasi para ekstremis.

Pertanyaan awalnya adalah, apakah benar muslim di Xinjiang adalah kaum teroris, radikalis, dan ekstrimis?

Dengan mudah dapat dikatakan mereka bukan teroris, radikalis, dan ekstremis. Orang-orang itu berbangsa Turk yang bukan Cina Han.

Lalu, mengapa mereka dipenjara? Bahkan sampai dihukum mati?

Sangat sederhana alasannya. Apa? Karena, mereka muslim dan Indo-Eropa. Itulah sebabnya, Pemerintah Cina memaksa mereka untuk meninggalkan bahasa Turki, budaya, dan agama Islam yang mereka imani.

Dan, tahukah Anda apa propaganda PKC di sana?

Propaganda negara Cina adalah bahwa Xinjiang beragama Budha dan Islam dipaksakan oleh Turki dan Arab. Maka, Cina memastikan untuk mengembalikan Xinjiang kembali ke peradaban Buddha.

Ya, segala yang dapat melemahkan iman para muslim akan ditonjolkan, termasuk agama lama yang secara akal sehat hal itu sudah bukan zamannya lagi bagi orang-orang Islam di sana. Lalu, negeri Arab atau pemerintahan Islami semisal Turki Utsmani lah yang PKC salahkan agar terkesankan buruk.

Lantas, bagaimana reaksi dan aksi negeri-negeri yang berhaluan Islam semisal Turki, Pakistan, dan yang tergabung dalam OKI menyikapi penderitaan muslim yang non-Hui di Cina daratan?

Ini memang menyakitkan. Lagi-lagi realitas yang tak terbantahkan hadir, yakni hingga saat ini dunia Islam masih diam dalam gerakan nyata menolong mereka.

Apa alasannya?

Apakah karena Pakistan berdiri di antara dua seteru? Di satu sisi negeri itu menghadapi India yang kuat. Di sisi lain Pakistan harus mencium tangan Cina karena sangat membutuhkan uang dan senjata negeri tirai bambu untuk mempertahankan diri dari India.

Kemudian OKI? Ada desas-desus mengenai OKI bahwa sebagian besar kediktatoran Arab tahu apa yang Cina lakukan dengan muslim Uighurnya, tetapi mereka tidak peduli. Tidak ada yang dilaporkan di Negara-negara Teluk tentang kekejaman PKC terhadap muslim non-Hui di Cina.

Suka tidak suka, Arab memang membutuhkan Cina dalam hal senjata, teknologi tinggi, dan uang. Begitu pula Republik Turki. Meski saat ini Turki terlihat kuat, untuk memperkuat ekonominya, negara yang dipimpin Presiden Erdogan itu dikabarkan juga terlilit utang dari Cina. Bahkan, tersiar berita tentang pengembalian orang-orang Uighur ke Cina daratan oleh Turki secara diam-diam.

Pertanyaan selanjutnya, apakah kelak negara-negara berhaluan Islam seperti di atas itu dapat mandiri dan membantu muslim Uighur dan muslim-muslim lainnya di Turkistan Timur atau Xinjiang?

Mungkin dapat terwujud asalkan ada persatuan umat Islam sedunia yang setiap muslim di dalamnya secara tertib menjalankan ajaran Islam dengan baik dan benar.

Sebagai penutup, kapankah persatuan dan penerapan ajaran Islam itu mulai berlangsung?

Silakan Anda renungkan.

Friday, July 17, 2020

Antologi Puisi Arus Puisi Sungai Lengkap


Arus Puisi Sungai
DAFTAR ISI
(Klik Bagian yang Ingin Anda Baca)

Thursday, July 16, 2020

Lebih daripada 3.000 Warga Telah Meninggalkan Desa-Desa, Apa Alasannya?


Sumber RFA


Dengan tidak mau menyebut sebagai kabar baik atau  buruk, ini jelas sebuah realitas yang cukup mencengangkan. Angka 3.000 bukanlah jumlah yang sedikit. Lantas apa alasannya?

Lebih menukik ke dalam, warga desa mengatakan bahwa mereka pergi karena takut akan kekejaman tentara pemerintah.

Seperti terlansir RFA, Kamis (16/7/2020) penduduk desa yang melarikan diri dari komunitas mereka di tengah konflik bersenjata di kota Maungdaw turun dari kapal di Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine Myanmar barat, 15 Juli 2020.

Lebih daripada 3.000 warga sipil telah meninggalkan desa-desa di ujung utara negara bagian Rakhine yang dilanda konflik Myanmar setelah tiga hari pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan tentara Arakan yang menewaskan satu warga desa dan melukai tiga lainnya.

Dilaporkan media itu, menurut Kongres Etnis Rakhine (sebuah LSM Myanmar) para pengungsi dari kota Rathedaung dan Maungdaw bergabung dengan gelombang lebih daripada 200.000 warga sipil yang tinggal di biara-biara Buddha dan kamp-kamp yang ramai setelah diungsikan oleh konflik bersenjata di negara bagian Rakhine sejak akhir 2018.

Pertempuran baru antara kedua pasukan dimulai pada 12 Juli di dekat desa Koe Tan Kauk di Rathedaung dan desa Chain Khar Lain, dan di Desa Sar Ngan Chaung di Maungdaw. Combat mengamuk hingga 14 Juli, hari di mana warga sipil tewas dan terluka, kata pekerja bantuan setempat.

“Beberapa orang melarikan diri ke Maungdaw, dan beberapa penduduk desa melarikan diri ke Rathedaung dan Buthidaung. Beberapa melarikan diri ke Sittwe. Secara total, ada sekitar 3.000 orang, ”kata Kyaw Min Khaing, seorang sukarelawan yang membantu warga sipil yang terlantar di Sittwe.

Pada 13 Juli saja, lebih dari 2.000 warga sipil dari empat komunitas Rathedaung dan lebih dari 80 orang dari desa Aung Thukha di Maungdaw melarikan diri ke ibu kota Rakhine Sittwe, kata sukarelawan yang membantu warga desa yang dipindahkan itu.

Masih dari sumber yang sama, juru bicara tentara Arakan, Khine Thukha, mengatakan penembakan oleh militer Myanmar selama pertempuran menewaskan seorang warga sipil di Desa Chain Khar Lain, dan bahwa permusuhan berlanjut hingga Kamis dengan tentara pemerintah menggunakan artileri berat di dekat Desa Kyauktan.

Tentara Arakan mencari otonomi bagi etnis Rakhines di negara bagian itu. Dibentuk pada tahun 2009 dengan perkiraan 8.000 pejuang tahun lalu.

Aye Hlaing Chey yang meninggalkan rumahnya di desa Aung Thukha, mengatakan pasukan Myanmar melewati dekat desanya setiap dua atau tiga hari.

"Mereka sangat tidak manusiawi," katanya kepada RFA. "Ketika mereka memasuki desa, mereka menembakkan senjata mereka, dan kami tidak punya senjata untuk melawan mereka."

“Kami hampir tidak bisa menemukan makanan untuk menghidupi diri kami sendiri, jadi pada akhirnya, kami memutuskan untuk meninggalkan rumah kami,” tambahnya.

Mengutip RFA, Warga mengatakan beberapa orang meninggalkan Desa Aung Thukha karena polisi perbatasan mengancam akan membakar rumah-rumah mereka yang mencoba kembali setelah melarikan diri.

Sementara warga Desa Khine Win, yang memiliki putra dan putri remaja, mengatakan dia meninggalkan rumahnya karena dia takut tentara Myanmar akan menyiksa warga sipil yang tinggal di sana.