Monday, January 31, 2022
Sunday, January 30, 2022
Saturday, January 29, 2022
Friday, January 28, 2022
Utuh Bakencong Memancing Toman
Serial Santuy Utuh Bakencong
Sejak tadi malam Utuh Bakencong berniat memancing ikan Toman di samping rumahnya. Secara geografis, rumahnya memang tak jauh dari aliran sungai besar. Terkadang ada saja ikan gabus terbesar dan terbuas itu mondar-mandir di samping rumahnya tersebut. Terlebih saat air pasang beberapa hari lalu.
Untuk menunaikan niatnya itulah, sejak bakda salat Subuh tadi ia sudah menyiapkan peralatan memancing. Mulai dari mengikat kail dengan kenur atau senar pancing yang sudah dipasang di ujung joran hingga ember timba untuk wadah ikan.
Semula ia memancing dalam posisi berdiri. Lantaran kakinya penat, dirinya pun duduk di kursi kecil. Tentunya tak lupa ia menikmati seduhan kopi hangat agar matanya tidak mengantuk sekaligus menghindari kejenuhan. Segelas demi segelas air kopi ia habiskan.
"Ini gelas kopiku yang keenam, tapi sampai detik ini belum ada juga ikan toman yang menyambar umpan pancingku!" gumamnya kesal.
Ia pun kembali menyeruput kopi di tangannya. Dan, saat dirinya menikmati kopi tersebut, seekor toman besar menyambar umpan pancingnya.
Bergegas ia meletakkan gelas kopi di lantai dan langsung mengambil posisi siap menarik ikan yang menyambar itu. Tanpa ragu, ia langsung menarik dengan kuat. Dan, ia terjengkang. Sementara senar pancingnya putus. Hatinya sangat jengkel. Ia banting joran miliknya ke permukaan air dengan sangat keras. Sedang wajahnya terlihat benar-benar menunjukkan kekesalan yang besar. Lalu dengan langkah tergopoh, ia meninggalkan tempat tersebut. (MJA).
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Thursday, January 27, 2022
Wednesday, January 26, 2022
Utuh Bakencong Menemani Utuh Humbut Bertukang
Serial Santuy Utuh Bakencong
Rumah kedua pemuda itu tidaklah berjauhan. Jika berjalan kaki, jarak kedua rumah mereka dapat ditempuh dua menit saja. Maka, tak mengherankan keduanya sering sekali saling mengunjungi. Seperti pagi ini, saat Utuh Humbut memperbaiki plafon, Utuh Bakencong mendatanginya.
Dan sudah menjadi kebiasaan Utuh Humbut kalau ada yang dikerjakannya, ia selalu menyediakan kue-kue lezat dan minuman di teras rumah. Alasannya sederhana, untuk membuatnya semangat saat pengerjaan berlangsung. Hal itu pulalah yang membuat Utuh Bakencong selalu tertarik turut serta memakan dan meminumnya.
Tak terkecuali pagi ini, ia langsung menoleh ke arah kue-kue lezat di atas meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Setelah melihat temannya sedang menggergaji tripleks di dalam rumah, dirinya langsung memakan kue secara diam-diam. Selain itu, ia juga memasukkan dua buah kue ke dalam saku celananya.
Tak lama kemudian, ia pun menyapa Utuh Humbut.
"Sedang mengerjakan apa?"
"Ini lagi memotong tripleks untuk mengganti plafon yang rusak."
"Rusak karena apa?"
"Kena air hujan."
"Berarti atapnya bocor."
"Betul."
Utuh Bakencong pun turut menemani dan membantu Utuh Humbut mengganti plafon hingga selesai.
"Setelah ini apalagi angendamu?" Utuh Bakencong membuka percakapan kembali.
"Ada pekerjaan di Sungai Lulut."
"Wah jauh juga. Naik apa ke sana?"
"Naik sepeda motor saja agar lebih cepat sampai."
Mereka pun terus berbincang beberapa waktu. Tak lama kemudian, keduanya berpisah menuju tempat masing-masing. (MJA).
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Monday, January 24, 2022
Utuh Bakencong sedang Kelaparan
Serial Santuy Utuh Bakencong
Siang itu matahari begitu semangat menguapkan air dari permukaan bumi. Suhu pun meningkat daripada biasanya hingga semuanya terasa panas. Itulah sebabnya, Utuh Bakencong sudah meminum dua botol air mineral yang dibelinya.
Meski demikian, air tak serta-merta membuat perutnya kenyang. Sesampainya di rumah, ia langsung mengambil piring dan membayangkan betapa nikmatnya nasi dengan lauk kesukaannya. Tapi apa yang terjadi? Ia mendapati panci yang kosong. Begitu pula dengan wadah beras yang tak ada isinya lagi.
Kini, ia merasakan perutnya menghangat dan tubuhnya mulai lemas. Dilihatnya lemari es dan berharap ada sesuatu yang masih bisa dimakan. Dan, kali ini keberuntungan memihak padanya. Ya, ada sebungkus otak-otak.
Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung mengambil kompor portabel, wajan, dan peralatan masak lainnya. Tak lama kemudian otak-otak segera meluncur ke dalam wajan penggorengan.
Karena sudah terlalu lapar, saat otak-otak itu masih panas sudah gigitnya dan mulutnya pun kepanasan. Setelah ia angin-anginkan, barulah dapat dinikmatinya dengan sukacita. (MJA).
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Sunday, January 23, 2022
Friday, January 21, 2022
Thursday, January 20, 2022
Daun Pintu Rumah Utuh Bakencong Dicuri
Serial Santuy Utuh Bakencong
Rerumputan masih basah ketika Utuh Bakencong berolahraga seadanya. Ya, sekadar menggerak-gerakkan tubuhnya sebentar di bawah pohon asoka. Dan, betapa terkejutnya ia saat melihat pintu depan rumahnya seperti sebuah terowongan yang lengang.
"Waduh! Di mana daun pintu rumahku?" tanyanya heran.
Beberapa waktu ia memeriksa sekeliling pintu tersebut. Tapi, daun pintu yang dicarinya memang sudah tidak ada di sana.
"Waaaaah perbuatan maling ini. Ada-ada saja! Daun pintu juga dicuri! Kalau seperti ini, aku harus minta Utuh Humbut membantuku membuat daun pintu yang baru!" gumamnya lagi.
Ia pun segera menghubungi teman akrabnya itu dan menyampaikan keinginannya. Dengan sigap Utuh Humbut langsung ke toko bangunan membeli kayu, seng, dan paku sebagai bahan membuat daun pintu. Sementara Utuh Bakencong menunggunya dengan sabar di teras rumahnya.
Tak lama kemudian yang ditunggunya tiba. Perlahan keduanya menurunkan kayu dan seng dari atas gerobak lalu meletakkan bahan-bahan tersebut di halaman depan rumah.
"Minum dulu!" Utuh Bakencong mempersilakan Utuh Humbut menikmati seduhan kopi yang masih hangat sebelum pekerjaan utama mereka lakukan.
Setelah acara minum kopi selesai, mereka berdua pun bahu-membahu membuat daun pintu hingga selesai. (MJA).
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Wednesday, January 19, 2022
Tuesday, January 18, 2022
Utuh Bakencong dan Utuh Humbut Bergosip
Serial Santuy Utuh Bakencong
Agaknya tak ada yang lebih nikmat di pagi hari daripada hangatnya secangkir kopi. Aroma wanginya yang khas berpadu dengan rasa asam pahit membuat jiwa menjadi tenang dalam kesederhanaan hidup. Begitulah yang dilakukan Utuh Humbut di beranda depan saat menunggu Utuh Bakencong pagi ini.
"Nikmat sekali!" ungkapnya dalam gumam yang jujur.
Sementara itu bunyi mesin kendaraan berlalu-lalang dalam gelombang udara dengan suara yang bising. Dan, beberapa waktu kemudian sebuah salam terdengar dari arah matahari terbit.
"Assalamu'alaikum!" seru Utuh Bakencong.
Utuh Humbut pun membalasnya penuh gembira.
"Narai kabar?" tanya Utuh Bakencong tentang kabar temannya itu dalam bahasa Bakumpai.
"Kabarku baik."
"O iya, aku dengar seorang pria muda yang tinggal di belakang sana mabuk di pasar tadi malam. Aku lupa namanya."
"Oh itu paman Otong. Nama lengkapnya Lontong Zaman. Ia mabuk berat tadi malam sampai dibawa beberapa orang dengan tandu sampai rumahnya."
"Waduh! Memangnya ada apa gerangan sehingga ia mabuk seperti itu?"
"Masalah cinta. Ia gagal menikahi wanita yang sangat dicintainya."
"Siapakah wanita tersebut?"
"Putri kesayangan paman Lamak."
Mereka terlihat begitu semangat membicarakan paman Otong. Sesekali keduanya tertawa terbahak-bahak. Sesekali pula menikmati seduhan kopi yang hangat.
"Semoga saja paman Otong akan baik-baik saja," harap Utuh Bakencong.
Utuh Humbut segera mengamininya.
Tak lama kemudian keduanya menyudahi pembicaraan santai tersebut dan beranjak ke samping rumah. Ya, sebagian dinding samping rumah itu memang harus diperbaiki setelah angin kencang menerpa wilayah tersebut tadi malam. (MJA).
Keterangan.
Narai
pron apa
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Monday, January 17, 2022
Utuh Bakencong Menggunakan Akar
Serial Santuy Utuh Bakencong
Sebuah mesin cuci sewarna langit berawan sirus baru saja dibeli Utuh Bakencong pagi ini. Bukan barang baru sebenarnya, tetapi baru sampai di rumahnya. Maka, ia pun menyebutnya mesin cuci baru.
Hatinya sangat riang dan pikirannya membayangkan betapa asyiknya mencuci pakaian dengan mesin barunya itu. Beberapa waktu ia pun berada dalam halusinasi yang seakan nyata.
Akan tetapi, alangkah kesal hatinya setelah ia tahu ternyata listrik di rumahnya sedang padam.
"Ah! Listrik padam rupanya! Kalau seperti ini, terpaksa aku harus mencuci pakaian secara manual lagi!" gerutunya.
Wajahnya terlihat sangat geram. Meski demikian, tak lantas membuatnya bermalas-malasan. Tanpa buang waktu, dirinya segera mencuci semua pakaian kotornya. Sementara hatinya masih begitu kesal. Ya, kekesalannya ia tumpahkan dengan mengucek-ngucek dan membilas pakaiannya di dalam baskom besar.
Lebih kurang setengah jam ia malakukannya hingga semua pakaian yang dicucinya bersih. Kemudian satu per satu dijemurnya dengan rapi. Untunglah matahari sedang berani tampil di depan dirinya. Jika sebaliknya, mungkin hatinya akan bertambah kesal.
"Akhirnya selesai juga. Terasa lelah, tapi tak apalah hitung-hitung sekalian olahraga pagi. Dan, aku jadi teringat perkataan pak Fatah tempo hari, 'Tak ada rotan, akar pun jadi.' Benar kata beliau, tak memakai mesin cuci, cara manual pun jadi pagi ini. Pak Fattah, pak Fattah. Mantap pak Fattah itu!" serunya. (MJA)
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Saturday, January 15, 2022
Friday, January 14, 2022
Thursday, January 13, 2022
Wednesday, January 12, 2022
Monday, January 10, 2022
Puisi Gusti Indra Setyawan dalam Meratus
Jangan Biarkan Dia Terjamah
Akankah kau diam tanpa bicara
Tanpa kata
Tak sederet pun ucap kau bahasakan
Tak ada tindak pun kau gerakkan
Kalau ini yang kau mau, maka hancurlah mahkota
Tinggal petang yang menjemput
Tanah, sungai, hutan, dan bukit adalah nyawa
Pegunungan meratus adalah sukma
Hidup dan langkahku adalah raga
Raga tanpa nyawa adalah hampa
Dan jagalah bibir sungaimu dari jejak tapak
Dan tangan yang terluka
Yang nantinya akan terbakar
Dan jagalah bukit, hutanmu dari cengkeraman tangan raksasa
Yang menggilas tanpa ampun
Maka kalian yang akan terluka
Tak merasakah kalian dihinakan
Tak merasakah kalian dikucilkan
Tak merasakah kalian dimatikan walau terlihat hidup
Dan jagalah tanahmu dari cengkeraman
Yang menggilas karena petak demi petak
Pasti berarti untuk anak cucu
Jagalah pegunungan meratus dari sihir yang menggila
Janganlah sesal itu ada, tinggal kenangan, tanpa penyesalan
Maka kau akan dikutuk
Tanjung, 7 Januari 2019
Gusti Indra Setyawan dilahirkan di Kota Barabai, Kalimantan Selatan. Selain aktif dalam Sanggar Langit Tanjung, Komunitas Sastra Indonesia (KSI), dan Dewan Kesenian Tabalong (DKT), dirinya sangat produktif dalam menghasilkan puisi. Banyak puisinya tersebar di berbagai antologi bersama, antara lain Doa Pelangidi Tahun Emas (2009), Menyampir Bumi Leluhur (2010), Seloka Bisu Batu Benawa (2011), Balian Jazirah Anak Ladang (2011), Sepercik Tangisan Rindu (2012), Sungai Kenangan (2012), Selembar Daun Sehijau Pucuk (2013), Tadarus Rembulan (2013), Merangkai Damai Penyair Nusantara (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), lje Jela - Tifa Nusantara 3 Marabahan (2016), Maumang Makna di Huma Aksara (2017), dan A Skyful of Rain - Antologi Puisi Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival (2018).
Adapun buku kumpulan puisi tunggalnya yang diterbitkan adalah Secangkir Air Mata Gusti Indra Setyawan (2012) dan Kabut di Ujung Senja Gusti Indra Setyawan (2015).
---------------------------------------------------------
Sumber tulisan: buku Meratus (Nyanyian Rindu Anak Banua)
Sumber ilustrasi: Pixabay
Sunday, January 9, 2022
Friday, January 7, 2022
Utuh Bakencong Mengganti Atap
Serial Santuy Utuh Bakencong
Tepat pukul 11 siang Utuh Bakencong terbangun dari tidurnya. Sudah dua kali ia terbangun hari ini. Sebelumnya pada pukul 4 pagi tadi. Lantaran kelelahan sehabis mencuci pakaian, ia pun tertidur pulas di dekat pintu samping rumahnya.
Nah, setelah terbangun yang kedua kalinya inilah ia segera membuka pintu samping rumahnya. Lalu meregangkan otot-ototnya, terutama di bagian tangan. Dan, betapa terkejutnya ia saat melihat atap samping rumahnya rusak parah. Entah karena angin deras atau sebab lainnya.
"Waddduuuuh! Kok bisa begini ya? Ngeri sekali!" gumamnya seraya geleng-geleng kepala.
Ia terus memperhatikan atapnya yang rusak itu beberapa saat.
"Ini harus segera diganti!" serunya dalam hati.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, bergegas dirinya langsung membawa sejumlah uang dan langsung ke toko bangunan yang tak jauh dari kediamannya itu. Untunglah matahari sedang bersembunyi di balik awan. Dengan santainya ia berjalan sambil membawa atap seng plastik terang, paku payung dan karet pelapisnya yang ia beli dengan harga terjangkau.
Tak lama setibanya ia di rumah, matahari bersinar dengan gagahnya. Suhu perlahan naik. Cuaca kian cerah. Meski demikian, dirinya tetap melanjutkan perjuangannya mengganti atapnya yang rusak dengan yang baru.
Sambil membawa kotak pertukangan, dirinya terpapar sinar matahari yang menyengat.
"Panas! Panas!" suaranya sedikit meninggi dan berulang-ulang sambil berjalan agak cepat.
Itulah sebabnya, sebelum membawa barang-barang lainnya, dirinya berpikir keras. Ia berinisiatif menggunakan payung untuk melindunginya dari teriknya matahari. Beberapa anak seketika tertawa melihat dirinya membawa dua lembar atap seng plastik sambil memegangi payung. Kemudian ia membawa termos berisi makanan hangat dan juga air teh panas dalam teko.
Barulah setelah semuanya lengkap ia mulai melepaskan satu per satu seng plastik yang sudah rusak. Lalu menggantinya dengan yang baru ia beli.
Kini, atap barunya sudah ia pasang. Hasilnya sangat rapi.
"Nah, kalau begini, 'kan mantap!" gumamnya seraya tersenyum lebar dengan hati yang gembira. (MJA).
-------------------------------
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Thursday, January 6, 2022
Utuh Bakencong dan Utuh Humbut Nobar
Serial Santuy Utuh Bakencong
Meski prediksinya salah total soal hasil leg pertama pertandingan final piala AFF 2020 lalu, Utuh Bakencong tetap semangat menonton kejuaraan bergengsi itu pada leg kedua malam ini. Bahkan, ia mengajak Utuh Humbut menonton bareng untuk mengetahui siapa juaranya, Indonesia ataukah Thailand.
Agar suasananya tambah seru, ia dan Utuh Humbut menyiapkan menu makanan yang lezat. Keluarga dan tetangga mereka juga turut serta dalam acara ini. Sorak-sorai mereka mengiringi kepulan asap beraroma ayam bakar. Ya, mereka membakar daging ayam segar dengan bumbu spesial.
Di awal pertandingan leg kedua ini mereka sangat bahagia karena Indonesia berhasil mencetak gol pada menit-menit babak pertama. Wajah-wajah sumringah terlihat jelas di sana.
"Perlu tiga gol lagi untuk menyamakan kedudukan!" seru Utuh Bakencong.
"Berat juga, tapi harus tetap semangat!" sahut Utuh Humbut.
Sementara tangan keduanya terus mengipas-kipasi arang bakar yang membara hingga aroma daging ayam bakarnya pun kian menyengat.
Di sisi lain, detik waktu tak mau diam di dalam lingkaran jam dinding yang menempel dekat televisi. Terus saja berdentang. Menit 45 babak pertama pun usai dan sebagian daging ayam sudah matang. Meski demikian, kedua pemuda itu tak lantas melahapnya. Mereka menyilakan terlebih dulu orang-orang yang dituakan dan juga anak-anak menyantap hidangan lezat tersebut. Sedang sebagian daging yang belum matang terus mereka kipas di atas bara api.
"Ini sangat lezat!" puji Haji Firdaus.
"Benar sekali. Ini memang luar biasa!" istri beliau menimpali.
Utuh Bakencong dan Utuh Humbut tersenyum-senyum sendiri.
Nah barulah setelah semua matang, mereka menikmati menu nikmat ini sambil menonton leg kedua final piala AFF antara Indonesia versus Thailand. Keduanya tampak ceria di bawah indahnya langit malam hari. (MJA).
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
Wednesday, January 5, 2022
Jagung Kebersamaan
Serial Santuy Utuh Bakencong
Suara mesin kendaraan tak henti-hentinya meraung melintasi jalanan malam ini. Seleret lampu di sebuah toko sekejap mati, sekejap menyala menemani lampu utamanya yang terang-benderang. Di bawah lampu-lampu itu Utuh Bakencong membeli sebungkus mentega, setengah kilo gula pasir, dan saus tomat. Ia berencana akan membakar jagung yang nikmat.
Tadi sore ia juga sudah mengundang keluarga besarnya untuk datang ke rumah. Di halaman rumah itulah ia akan menjalankan rencananya tersebut. Setibanya di rumah, tiga keponakannya sudah duduk di ruang tamu.
Ahya, Ikrima, dan Zakir sama memandangi bungkusan plastik yang dibawa paman mereka.
"Itu apa, Om?" tanya Ahya penasaran.
"Mentega, gula pasir, dan saus tomat," jawab Utuh Bakencong.
"Untuk bahan olesan jagung bakar ya, Om?" Zakir terlihat bersemangat.
Pamannya mengangguk, " O iya, Bagaimana kalau kalian ikut menyiapkan bahan olesan jagung bakarnya?"
Mereka bertiga sama mengiyakan ajakan Utuh Bakencong tersebut.
Tak lama kemudian, ketiganya asyik mencampurkan mentega dengan gula, mentega dengan lombok, juga lada dan garam. Sementara Utuh Bakencong mulai memisahkan jagung dari kulitnya. Karena jumlahnya banyak, butuh waktu untuk menyelesaikannya. Untunglah ketiga keponakannya sudah selesai menyiapkan bahan olesan tadi sehingga ketiganya ikut membantunya menyelesaikan pekerjaan ini.
Kemudian mereka menyiapkan arang di halaman rumah. Perlahan api mulai menyala hingga menjadi bara yang siap untuk membakar jagung-jagung yang telah bersih itu.
Keluarga besar mereka pun berdatangan termasuk Utuh Humbut dan kedua anaknya. Setelah matang, mereka menikmatinya bersama-sama. Suasana hangat kekeluargaan begitu terasa oleh mereka. (MJA).
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.