Tuesday, September 29, 2020

Ekonomi Kian Parah, Pemerintah Terus Berjuang ketika Sebagian Rakyat Tidak Percaya Keberadaan COVID-19

 


Sejak awal kemunculannya, virus yang diyakini berasal dari salah satu laboratorium di Kota Wuhan (Provinsi Hubei, Cina) terus menyebar. Pihak otoritas Cina sempat menutupi hal tersebut dengan beragam cara. Salah satunya membungkam dokter yang mengetahui adanya penyebaran virus itu. Tujuannya agar masyarakat dunia tidak mengetahuinya. 

Tetapi sia-sia saja, penyebaran virus kian merajalela. Seiring dengan itu, disebarkan pula sebuah isu dari pemerintah Cina bahwa virus berasal dari pasar basah (ikan segar, kelelawar, dll). Sebagian orang menyebutnya pengalihan isu dari yang sebenarnya, yakni virus lepas landas akibat kebocoran laboratorium di Wuhan.

Selain COVID-19, ada ribuan orang di Cina Barat Laut dinyatakan positif terjangkit bakteri pascakebocoran di sebuah laboratorium pabrik farmasi milik negara, yang memproduksi vaksin hewan sejak tahun lalu.

Dikabarkan sekitar 3.245 orang terjangkit brucellosis di kota Lanzhou. Penyakit infeksi ini diakibatkan bakteri Brucella yang umumnya terjadi pada hewan ternak, seperti sapi, domba, kambing dan menyebabkan nyeri sendi dan sakit kepala.

Komisi Kesehatan Lanzhou mengatakan wabah ini berasal dari kebocoran di pabrik farmasi biologis Zhongmu Lanzhou, yang terjadi antara akhir Juli hingga akhir Agustus tahun 2019 lalu.

Apa penyebabnya? 

Saat memproduksi vaksin Brucella untuk hewan, pabrik ini menggunakan desinfektan dan pembersih kadaluarsa, menyebabkan tidak semua bakteri dibasmi dalam limbah gas. Bakteri juga tidak dibasmi pada exhaust fan (penghisap udara) pabrik tersebut.

Limbah gas yang terkontaminasi ini membentuk aerosol yang mengandung bakteri dan bocor ke udara, terbawa angin ke Institut Penelitian Hewan Lanzhou, tempat wabah pertama kali dilaporkan.

Kembali ke COVID-19, beberapa negara maju seperti Australia dan Amerika Serikat mendesak diadakan penyelidikan independen di laboratorium yang ada di Wuhan. Akan tetapi, pihak Cina menolaknya. Ini sungguh menggambarkan bagaimana negeri tirai bambu itu menutupi kebenaran tentang virus mematikan itu. Kemungkinan penyebaran virus akibat kebocoran di laboratorium pun kian menguat.

Kemudian, virus menyebar ke seluruh negara di dunia. Maka dikenallah istilah pandemi global yang mewakili konsep bahwa virus itu bukan lagi urusan domestik, melainkan internasional termasuk Indonesia.

Pada awal penyebaran, pihak Pemerintah Indonesia begitu santai menyikapinya. Bahkan, sebagian pejabat seakan bermain-main dengan menggelontorkan kata-kata semisal, makan nasi kucing dapat mencegah COVID-19 atau virus ini bisa hilang dengan sendirinya. Akibatnya, kesalahan fatal semacam itu membuat Indonesia kian terpuruk khususnya dalam bidang ekonomi. 

Lantas?

Pemerintah daerah, khususnya DKI Jakarta, dapat dikatakan provinsi yang sangat gigih memerangi virus ini ketika pemerintah pusat meminta warga untuk berdamai dengan COVID-19. Namun, langkah-langkah pemerintah daerah pun terganjal dengan perilaku sebagian masyarakat yang tidak mau mematuhi protokol kesehatan. 

Dari pantauan di lapangan, masih banyak rakyat Indonesia yang tidak percaya dengan keberadaan virus Corona jenis baru ini. 

Padahal, seperti di atas jelas bahwa virus tersebut memang ada dan berasal dari Cina. Jika memang tidak ada, untuk apa mereka membungkam dokter yang mengetahui keberadaan COVID-19? Ini sangat mirip dengan perilaku Cina yang menutupi keberadaan kamp-kamp konsentrasi sebagai tempat penahanan jutaan muslim Uyghur di Xinjiang. Cina memang dikenal sebagai negara tirai bambu yang tertutup atau tidak transparan kepada khalayak internasional. 

Kalaupun ada ditemukan kasus oknum yang menyebutkan penyakit biasa sebagai COVID-19 untuk tujuan bisnis, kita perlu memikirkannya secara mendalam dan luas. Misalnya, apa yang sebenarnya oknum lakukan terkait kasus tersebut?

Yang bersangkutan "berbohong" dengan memvonis pasien biasa terkena COVID-19 untuk mencari keuntungan. Contoh yang lain, penyakit tifus itu memang ada. Seorang oknum bisa saja memvonis pasien sakit perut biasa dengan tifus agar obat-obatan tifus laku terjual atau ruang opname terisi dan pihaknya mendapatkan untung.

Pertanyaan selanjutnya, apakah dengan kobohongan yang demikian dapat membatalkan fakta dalam realitas kemunculan COVID-19 di Cina dan penyebarannya hingga di seluruh dunia?

Kalau dengan berbohong seperti itu dapat membatalkan sebuah realitas, akan lebih gampang untuk memusnahkan semua penyakit. Sebutlah dengan berbohong, tifus menjadi tidak ada dan orang-orang pun tidak ada yang terkena penyakit tersebut. Atau penyakit kanker langsung sirna dari tubuh para penderitanya hanya dengan berbohong.

Memperhatikan fakta, opini, kebohongan, dan lain-lain dalam realitas empiris yang nyata terkait COVID-19, agaknya kita bisa menjadi lebih dapat berpikir matang. Diharapkan, kita bisa lebih waspada terhadap virus itu sendiri dan terhadap orang-orang yang memainkan isu negatif tentangnya. 


Berikut Seruan OKI Terkait Serangan Armenia terhadap Azerbaijan

 


Pasukan Armenia menargetkan pemukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer. Ketika itu, bentrokan di perbatasan kedua negara pun meletus pada Minggu pagi dan menyebabkan korban.

Ya, itu adalah pelanggaran perbatasan oleh Armenia dengan melancarkan serangan di wilayah Nagorno-Karabakh.

Diketahui hubungan antara kedua negara bekas Soviet itu tegang sejak 1991. Tepatnya saat militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, yakni wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.

Lantas, apa seruan OKI yang merupakan organisasi internasional terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terkait serangan tersebut?

Dilaporkan Anadolu Agency melalui Daily Sabah, Selasa (29/9/2020) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada hari Senin mengutuk serangan Armenia terhadap Azerbaijan dan menyerukan solusi politik untuk konflik antara kedua negara.

Organisasi itu mengatakan sedang memantau dengan sangat prihatin atas agresi Armenia dalam menargetkan beberapa lokasi di tetangganya di timur dan melanggar gencatan senjata dan menyebabkan korban sipil.

Nah, OKI menyerukan penarikan penuh dan tanpa syarat pasukan Armenia dari wilayah Azerbaijan yang diduduki. 

Selain itu menyerukan dialog untuk mencapai solusi politik terhadap konflik antara kedua negara berdasarkan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Republik Azerbaijan, dan perbatasan yang diakui secara internasional tidak dapat diganggu gugat.

Mengutip media itu, Sekretariat Jenderal OKI menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban, serta pemerintah dan rakyat Azerbaijan, dan berharap korban luka segera sembuh.

Sumber foto melalui Daily Sabah


Monday, September 28, 2020

Apa yang Anda Ketahui tentang Kota Banjarmasin?



Pertanyaan semacam itu terkadang dijawab dengan sesuatu yang diketahui dan membekas.  Sebutlah sungai, maka jawabannya adalah kota yang banyak sungainya. Atau bisa jadi sesuatu itu jajanan khas kota tersebut sehingga disebutlah sebagai kota yang banyak dijual jajanan lezat dan murah meriah.

Jawaban-jawaban demikian tidaklah salah. Sebab, segala perkataan memang didasarkan pada pengetahuan yang ada, bukan direkayasa. 

Nah, lalu apa yang Anda ketahui tentang Banjarmasin?

Video di bawah ini sedikit banyak berisi perihal tentang kota itu. 



Semoga video di atas dapat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang salah satu kota besar di Pulau Kalimantan tersebut.


Sunday, September 27, 2020

Apa Perlunya Menonton Film G30S/PKI? Manfaatnya?



Saya suka sejarah. Apalagi dalam bentuk cerita yang mengharukan. Ya, berupa cerita nyata dalam realitas kehidupan secara apa adanya. Sebutlah bagaimana menariknya kehidupan Kaisar Hongwu sang pendiri Dinasti Ming. Termasuk puisinya yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad saw.

Lantas, bagaimana dengan beragam versi dalam sejarah? Ini agaknya susah dihindarkan, terutama jika peristiwa sejarah tersebut terjadi dalam waktu yang berkurun-kurun.

Meski demikian, idealnya diperlukan upaya maksimal untuk sedapatnya mendekati kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan masuk akal.

Nah, September pun menyimpan sejarah, termasuk di Indonesia. Bahkan, bulan ini sangat identik dengan peristiwa sejarah yang berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), baik pada tahun 1948, maupun 1965. Kedua tragedi besar tersebut menyisakan kepedihan dan juga kewaspadaan bagi seluruh Bangsa Indonesia.

Itulah sebabnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap September, bangsa kita selalu dilanda ingatan yang kuat akan kekejaman Partai Komunis Indonesia pada masa lalu.

Pertanyaannya, apakah saat ini masih perlu menonton film G30S/PKI? Apa manfaatnya? Toh semua itu sudah berlalu, 'kan?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu bahwasanya paham komunis atau komunisme masih ada di dunia. Lebih nyata lagi, paham ini masih dipertahankan dan dipraktikkan di dua negara adidaya hingga kini: Republik Rakyat Cina dan Rusia. 

Memang sempat muncul kekhawatiran kalau-kalau komunisme akan tenggelam. Sebutlah Kim Iil-sung (Kim Il Sung) yang merupakan pendiri dan presiden pertama Korea Utara. Presiden Kim tersebut sempat berpikir komunis mulai terkikis karena kurang laku. Alhasil, dirinya yang juga berpaham sosialis tidak menggunakan komunisme, melainkan menciptakan genre baru, yaitu paham Juche yang juga berakar pada sosialisme. 

Paham ciptaannya masih eksis hingga kini dan begitu pula dengan komunisme. Keduanya tumbuh subur. 

Memperhatikan hal itu, tentu saja tidak menutup kemungkinan komunisme di Indonesia bisa bangkit kembali. Ditambah lagi, pentolan PKI yang bernama D.N. Aidit pada masanya sangat akrab dengan Pemimpin Besar Komunis Cina, Mao Zedong, yang kala itu berkuasa penuh di negeri tirai bambu.

Dan, ketika mengetahui Aidit telah mati, Pemimpin Mao turut prihatin dan membuatkan puisi untuk pentolan PKI tersebut. Artinya, PKI dan Partai Komunis Cina memiliki hubungan yang sangat kuat.

Hal terakhir tadi kian memperkuat potensi yang lebih besar akan kemungkinan bangkitnya kembali komunisme di negeri ini. Maka, film G30S/PKI idealnya masih layak ditonton. Pertanyaan berikutnya, apakah apa manfaatnya?

Tentu saja manfaatnya untuk meningkatkan kewaspadaan akan datangnya pengaruh kuat dari negara-negara adidaya berpaham komunis masuk ke Indonesia. Apalagi, akhir-akhir ini khususnya semenjak Presiden Soeharto dilengserkan, gelagat-gelagat komunis mulai bermunculan sedikit demi sedikit. Keturunan eks-PKI pun sudah berani unjuk gigi. 

Dalam hal ini, sudah sepantasnya negara juga turut mencegah bahaya laten komunisme di Indonesia. Salah satunya dengan menggelar acara menonton bareng film G30S/PKI. Presiden dan para pejabat lain, idealnya menjadi contoh penonton yang baik dalam pemutaran film tersebut setiap tahunnya.

Sumber foto: Al-Jazeera



Friday, September 25, 2020

Abaikan DW Indonesia, Fokus pada Masalah Kebangsaan!

 


Kalimat tersebut seakan mencerminkan konsentrasi tingkat tinggi terhadap segala permasalahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Benar saja, ada banyak persoalan dalam realitas yang terus bergerak mengikuti alur kehidupan ini. Korupsi, kolusi, nepotisme, ancaman kebangkitan komunis, kerugian Pertamina, penanganan COVID-19 yang dinilai belum maksimal, hingga para pakar menyebutkan bahwa Indonesia di ambang kebangkrutan dengan utang yang "segunung".

Belum lagi kontroversi pilkada serentak Desember mendatang. Ya, ketika banyak pihak, sebutlah Muhammadiyah dan NU menginginkan penundaan Pilkada, Pemerintah Indonesia tetap bersikukuh untuk tetap akan menjalankannya. 

Padahal, pilkada serentak di masa pandemi, berpotensi besar meledakkan angka penyebaran virus mematikan asal Cina tersebut. Dampaknya, rakyat juga yang susah. 

Nah, di tengah berbahai-bagai permasalahan bangsa tersebut di atas, sebuah media asal Jerman yang membuka cabang di negeri ini, yakni DW ) Indonesia membuat gaduh di jagat maya, yakni Twitter. Bahan yang digunakan mereka adalah salah satu ajaran Islam, yakni jilbab. 

Apa pun maksud media cabang tersebut, idealnya kita sebagai bangsa besar tetap mampu berkonsentrasi maksimal memikirkan seabrek persoalan bangsa. Hal ini dinilai lebih berdaya guna  daripada mengurusi isu kecil seperti yang ditawarkan media yang belum membumi di Indonesia itu.

Fokuslah pada KKN, kerugian Pertamina, ancaman kebangkitan komunis di Indonesia, kerugian Pertamina, penanganan COVID-19 yang dinilai belum maksimal, dan perkara-perkara lainnya. Kita tentu berharap, jeritan rakyat atas hal-hal tersebut dapat menjadi cambuk semangat menuju Indonesia yang berkemajuan. 

Sumber foto: Media Indonesia


Bayraktar: Menggunakan Teknologi saja Tidak Cukup untuk Menjadi Negara yang Sepenuhnya Mandiri, Kuat, dan Sejahtera

 


Teringatlah dengan kata-kata B.J. Habibie saat diwawancarai perihal pesawat buatannya. Seingat saya, beliau sangat sedih saat mengisahkan ada pejabat negara di Indonesia waktu itu yang lebih memilih impor daripada membuat pesawat sendiri.

Lebih kurang, pejabat itu berujar bahwa jika kita bisa membeli pesawat, untuk apa susah-susah membuatnya. Apa yang dikatakan pejabat itu tidaklah 100% salah, akan tetapi akan terlihat lemah sekali dengan hanya satu pertanyaan, "Apakah kita akan terus tergantung kepada negara lain?" 

Lalu, bagaimana jika negara pengekspor itu tidak lagi menjual produknya ke Indonesia dengan harga yang terjangkau? Toh kita tergantung kepada mereka, 'kan?

Itulah pula yang menjadi perhatian Negara Turki. Boleh jadi, saat ini negara itu masih tergantung kepada Cina dalam hal pendanaan, tapi dengan utang tersebut mereka giat membangun Turki dengan produk-produk berkualitas. 

Seperti terlansir Anadolu Agency, Jumat (25.09.2020) festival penerbangan dan teknologi terbesar di Turki Teknofest pada Kamis dimulai di provinsi Gaziantep, bagian selatan negara itu selama empat hari.

Edisi ketiga festival yang diadakan tahun ini akan menampilkan kompetisi teknologi di banyak kategori berbeda, termasuk inovasi bioteknologi, pertanian, lingkungan dan energi, transportasi, pendidikan, desain helikopter, dan desain mesin jet.

Menteri Teknologi dan Industri Turki, Mustafa Varank, mengatakan Turki sedang bekerja untuk mengembangkan teknologi kritis dan menghasilkan barang yang kompetitif.

"Hanya dengan cara ini kita bisa memperoleh kemandirian ekonomi dan teknologi kita," tambah menteri Turki itu.

Sementara Selcuk Bayraktar, ketua penyelenggara acara Yayasan Tim Teknologi Turki, mengatakan pengembangan dan transformasi dimungkinkan melalui teknologi tinggi.

"Turki harus mengembangkan dan memproduksi teknologi, [karena] menggunakan teknologi saja tidak cukup untuk menjadi negara yang sepenuhnya mandiri, kuat, dan sejahtera," ujarnya.

Masih dari sumber yang sama, Bayraktar menambahkan Teknofest adalah platform bagi kaum muda yang akan menciptakan masa depan.


Sumber foto: Anadolu Agency


Thursday, September 24, 2020

Apakah Insan Musik Indonesia akan Terinspirasi oleh Salah Satu Boyband K-pop Mempromosikan Warisan Budaya melalui YouTube?

 


Dilaporkan Yonhap News Agency, Boyand K-pop Monsta X akan membintangi serial video daring yang bertujuan untuk mempromosikan warisan budaya Korea yang berharga di luar negeri, menurut otoritas warisan budaya Rabu (23/9/2020).

Serial YouTube, berjudul "Korean Heritage Travelog," akan tayang perdana Selasa depan dan akan menampilkan grup K-pop beranggotakan enam orang bersama Seo Kyoung-duk, seorang profesor seni liberal di Universitas Wanita Sungshin dan promotor terkenal Korea, menurut Administrasi Warisan Budaya (CHA) yang dikelola negara.

Dalam media itu disebutkan bahwa serial ini diproduksi sebagai bagian dari "Kunjungi Kampanye Warisan Korea," yang diselenggarakan bersama oleh CHA dan Yayasan Warisan Budaya Korea. Serial ini akan dirilis di saluran YouTube kampanye.

Anggota Monsta X akan memperkenalkan berbagai rute perjalanan bertema warisan di seluruh Korea Selatan dan menjelajahi serta mendiskusikan sejarah dan signifikansi budaya dari situs dan aset bersama dengan Seo. Setidaknya delapan episode rencananya akan dirilis hingga awal November.

"Merupakan kehormatan besar untuk memperkenalkan warisan budaya yang indah dari Korea Selatan. Kami berharap lebih banyak orang dapat memahami dan merasakan keindahan dan hati yang dibawanya melalui kampanye ini," kata boyband tersebut.

Mengutip Yonhap, tujuh rute tersebut termasuk "Route of Royalty," yang menghubungkan warisan kerajaan di Seoul dan kota-kota sekitarnya, dan "Route of Antiquity" di Provinsi Chungcheong Selatan, di mana ibu kota lama Baekje berada. Baekje adalah salah satu dari tiga kerajaan kuno yang hidup berdampingan di Semenanjung Korea hingga abad ketujuh.

Seo berkata bahwa Korea Selatan dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mengekspos dan mempromosikan warisan budayanya secara global dan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk mempromosikan tujuh rute warisan budaya tersebut ke dunia.

Nah, dengan usaha yang gigih di atas, apakah akan menginspirasi insan musik Indonesia untuk mempromosikan warisan budaya? Ini penting mengingat warisan budaya sangat perlu dipromosikan sebagai bagian dari upaya melestarikan khazanah bangsa. 


Menurut Din Syamsuddin Ada Problem Komunikasi dan Problem Take And Give, Apa Maksudnya?

 


Penyelenggaraan pilkada 9 Desember mendatang yang masih menjadi kontroversi turut dibahas oleh Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) dalam diskusi virtual bertajuk "Pilkada di Tengah Corona, Mengapa Harus Ditunda", Kamis (24/9). 

Dalam laporannya, RMOL (24/9/2020) menyebutkan bahwa Ketua DN-PIM, Prof. Din Syamsuddin mengatakan, penolakan penyelenggaraan Pilkada tersebut telah disampaikan banyak organisasi masyarakat, organisasi agama, dan bahkan tokoh nasional dalam bentuk usulan penundaan. 

Alasan mereka, menurut Din Syamsuddin memang terkait persoalan kesehatan dan kemanusian yang ada kaitannya langsung dengan penyebaran Covid-19 yang masih meninggi di dalam negeri, dan belum memuncak juga belum melandai. 

Dan, argumentasi tersebut sejalan dengan ketentuan yang ada.

Din mengungkapkan, "Sesungguhnya Perpu 2/2020, pada pasal penjelasan 201A ayat (3) juga ada mengatakan bahwa pilkada serentak bisa ditunda jika terjadi musibah nasional seperti covid, sesungguhnya memiliki landasan yang cukup kuat." 

Ia pun menambahkan, "Dan kalau merujuk ke atas (sebenarnya) adalah amanat imperatif di dalam UUD 45, yakni visi dan misi negara adalah melindungi segenap rakyat dan seluruh tumpah darah Indonesia."

Dari realitas yang ada tersebut, Din Syamsuddin memandang kontroversi penyelenggaran Pilkada yang akan diselenggarakan di 270 daerah itu disebabkan satu persoalan, yakni mengenai komunikasi antara pemerintah dan seluruh kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan pandangan.

Dalam hal ini, ia menjelaskan, "Ada masalah yang boleh jadi terjadi ketika pada satu sisi elemen-elemen masyarakat meminta penundaan, tapi disisi lain pemerintah bersama DPR berketetapan hati untuk melaksanakannya. Disini ada problem komunikasi, ada problem take and give."


Wednesday, September 23, 2020

Jika Memungkinkan, Bersediakah Anda Membocorkan Rahasia Negara kepada Cina dengan Imbalan Besar?



Dua kasus besar menyeruak dan mengawatirkan dunia. Betapa tidak? Ini terkait keamanan negara. Kalau dibiarkan, penguasaan Cina atas negara bersangkutan akan lebih mudah.

Apa dua kasus itu?

Pertama adalah penangkapan seorang jurnalis India. Ini terkait bagaimana dinas intelijen Cina semakin menggunakan kekuatan "media" untuk tujuan spionase dan operasi pengaruh. 

Dilaporkan The Diplomat, Pada 19 September lalu, Sel Khusus Kepolisian Delhi, yakni sebuah unit yang ditugaskan untuk penyelidikan terkait keamanan nasional, merilis pernyataan yang menyatakan telah menangkap seorang jurnalis India bersama dengan seorang warga negara Cina dan Nepal. Penangkapan itu atas tuduhan spionase di bawah Undang-Undang Rahasia Resmi India. 

Adalah wartawan Rajeev Sharma ditangkap pada 14 September berdasarkan informasi dari badan intelijen India. Diketahui, Sharma yang berusia 61 tahun dituduh memberikan informasi terkait pertahanan dan kebijakan luar negeri kepada dua orang Cina yang berbasis di Kota Kunming.

Kepolisian Delhi juga mencatat bahwa mereka telah menangkap dua warga negara asing tersebut karena bertugas sebagai front pembayaran kepada Sharma sebesar 3 juta rupee India antara Januari 2019 dan September 2020. Diduga bahwa Sharma telah terlibat dengan badan intelijen Cina sejak 2016. 

Sekadar informasi tambahan, Sharma merupakan seorang jurnalis lepas veteran yang berspesialisasi dalam keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan masalah politik India. Ia telah menulis untuk berbagai media, antara lain Quint, Rediff, Firstpost, dan dailyO

Dia juga pernah bekerja untuk surat kabar India terkemuka seperti Hindustan Times dan Times of India di masa lalu. Lalu, antara 2010 dan 2014, Sharma juga menulis kolom mingguan untuk tabloid Global Times yang berafiliasi dengan Partai Kominis Cina.

Nah, Kepolisian Delhi mengklaim bahwa pekerjaannya untuk Global Times inilah yang membuatnya menjadi perhatian badan intelijen Cina, yang menghubunginya melalui LinkedIn tentang peluang karier dengan perusahaan media Cina.

Itu sebuah langkah yang sejalan dengan apa yang kita ketahui tentang bagaimana layanan mata-mata Cina beroperasi di masa lalu. Kepolisian Delhi menyatakan bahwa Sharma, setelah periode awal kontak dengan entitas Cina antara tahun 2014 dan 2016, kembali didekati untuk memberikan informasi pada Januari 2019 melalui seseorang yang mengaku sebagai "Manajer Umum Perusahaan Media Cina".

Kemudian, yang kedua. Di seluruh daratan Eurasia, telah muncul berita bahwa penyelidikan bersama antara dinas keamanan Belgia dan Inggris menuduh Fraser Cameron menjaga hubungan dengan dua mata-mata Cina yang menyamar sebagai jurnalis. 

Fraser Cameron ialah seorang kepala Pusat Asia Uni Eropa yang berbasis di Brussel dan mantan karyawan Dinas Intelijen Rahasia Inggris, yang juga dikenal sebagai MI -6, dan Komisi Eropa 

Menurut laporan Financial Times pada 18 September, dinas keamanan Belgia telah menyatakan bahwa tindakan Cameron "merupakan ancaman yang jelas terhadap lembaga-lembaga Eropa" di Brussels.

Media itu juga mengutip Politico yang melaporkan bahwa Cameron "dicurigai oleh intelijen Belgia menerima ribuan euro karena memberikan informasi rahasia.


Berkenankah Indonesia Mendengarkan Pendapat Mahathir bahwa Dana Pemilu Lebih Baik Digunakan untuk Tangani Wabah Covid-19?

 


Muhammadiyah, NU, dan sebagian rakyat Indonesia berpendapat bahwa pemilu serentak Desember mendatang sebaiknya ditunda. Ini sama dengan yang diutarakan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang menyoroti pemilu negara bagian Sabah yang akan digelar pada akhir pekan ini.

Apa kata Mahathir?

Seperti terlansir RMOL, Rabu (23/9/2020) dalam video selama 6 menit 15 detik yang diunggah dalam berbagai akun media sosialnya, Mahathir mengatakan, "Saya tidak akan pergi ke Sabah untuk berkampanye bagi Partai Warisan. Tetapi jika diizinkan, saya ingin memberikan pendapat mengenai Pilihan Raya Negeri (PRN) ini melalui video."

Selain berpendapat bahwa PRN sepatutnya tidak diadakan, Mahathir juga mengatakan, pemerintah dan kerajaan harus fokus pada penanganan wabah Covid-19. Realitas di lapangan banyak rakyat Sabah yang merana karena bisnisnya terganggu, pemberhentian kerja, hingga meningkatnya angka kemiskinan.

Secara gamblang ia menyebutkan Kerajaan Warisan yang memerintah Sabah telah menggelontorkan banyak uang untuk membantu rakyat. Namun dengan pemilu, dana bantuan tersebut terbagi hingga sulit menolong rakyat.

"Jutaan Ringgit akan dihabiskan oleh Kerajaan untuk pilihan raya yang sepatutnya diguna untuk bantu rakyat," sambungnya dikutip media itu. 

Dirinua juga mengingatkan, di sisi lain, pemilu sendiri sebenarnya adalah aktivitas yang dapat meningkatkan penularan Covid-19, sejak kampanye hingga pemungutan suara. 

"Aktivitas pilihan raya akan memperburuk lagi wabah Covid-19. Perhimpunan orang akan memudahkan penularan virus Covid-19," terangnya.

Mengutip sumber tersebut, kampanye pemilu Sabah sendiri telah digelar sejak 12 September selama 14 hari. Pemungutan suara akan dilakukan pada Sabtu (26/9) dengan sejumlah aturan protokol kesehatan.

Pertanyaannya, apakah (Pemerintah) Indonesia berkenan mendengarkan dan juga mempertimbangkan pendapat Mahathir di atas? 


Tuesday, September 22, 2020

Apakah Ini Salah Satu yang Membuat Cina Kaya Raya? Sungguh Terlalu!



Dilaporkan Reuters, Selasa (22/9/2020) Cina mendorong semakin banyak pekerja pedesaan Tibet keluar dari tanah itu dan membangun pusat pelatihan bergaya militer yang baru-baru ini dibangun di mana mereka diubah menjadi pekerja pabrik, mencerminkan program di wilayah Xinjiang barat yang oleh kelompok hak asasi manusia dicap sebagai kerja paksa.

Beijing telah menetapkan kuota untuk pemindahan massal pekerja pedesaan di Tibet dan ke bagian lain Cina, menurut lebih dari seratus laporan media pemerintah, dokumen kebijakan dari biro pemerintah di Tibet dan permintaan pengadaan yang dirilis antara 2016--2020 dan ditinjau oleh Reuters. Upaya kuota menandai perluasan cepat dari inisiatif yang dirancang untuk menyediakan pekerja setia untuk industri Cina.

Sebuah pemberitahuan yang dipublikasikan di situs-situs (web) pemerintah daerah Tibet bulan lalu mengatakan lebih daripada setengah juta orang telah dilatih sebagai bagian dari proyek dalam tujuh bulan pertama tahun 2020, yakni sekitar 15% dari populasi di kawasan itu. Dari total ini, hampir 50.000 telah dipindahkan ke pekerjaan di Tibet, dan beberapa ribu telah dikirim ke bagian lain Cina. Banyak yang berakhir dengan pekerjaan bergaji rendah, termasuk manufaktur tekstil, konstruksi dan pertanian.

Adrian Zenz, seorang peneliti Tibet dan Xinjiang independen, mengatakan, "Sekarang ini, menurut pendapat saya, serangan terkuat, paling jelas dan terarah terhadap mata pencaharian tradisional Tibet yang telah kita saksikan hampir sejak Revolusi Kebudayaan tahun 1966 hingga 1976. Ini adalah perubahan gaya hidup yang memaksa dari nomadisme dan bertani menjadi buruh upahan." 

Reuters menguatkan temuan Zenz dan menemukan dokumen kebijakan tambahan, laporan perusahaan, pengajuan pengadaan, dan laporan media pemerintah yang menjelaskan program tersebut.

Jika diperhatikan, sebenarnya ini mirip bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, misalnya. Rakyat yang dijajah diperlakukan sewenang-wenang oleh bangsa penjajah. 

Cina menguasai Tibet setelah pasukan Cina memasuki wilayah itu pada tahun 1950, dalam apa yang disebut Beijing sebagai "pembebasan damai". Tibet telah menjadi salah satu daerah paling terlarang dan sensitif di negara itu.

Program Tibet berkembang karena tekanan internasional tumbuh atas proyek serupa di Xinjiang, beberapa di antaranya telah dikaitkan dengan pusat penahanan massal. Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang di Xinjiang, sebagian besar etnis Uighur, ditahan di kamp-kamp dan menjadi sasaran pendidikan ideologis. Cina awalnya menyangkal keberadaan kamp, ​​tetapi kemudian Beijing mengakui keberadaannya dengan mengatakan bahwa kamp-kamp itu adalah pusat kejuruan dan pendidikan, dan bahwa semua orang telah "lulus".

Artinya, negeri tirai bambu itu telah berbohong kepada masyarakat Internasional terkait kekejaman mereka terhadap orang-orang di Xinjiang.

Kini, Xinjiang sudah begitu sangat disorot mata dunia dan karena itu Cina beralih ke Tibet. Tetapi masalahnya, program kejam di Tibet ini pun bocor. Lantas, ke mana lagi Cina akan berusaha mendapatkan keuntungan dari bangsa-bangsa yang mereka jajah? Apakah Mongolia Dalam? Manchukuo? 

Siapa pun mangsa berikutnya, dunia internasional harus menghentikan langkah Cina agar tercipta perdamaian dan kemerdekaan yang hakiki.




Banyak Orang Afganistan Tahu Bagaimana Dahsyatnya Pancasila, Indonesia Harus Pertahankan Itu dan Tolak Ekasila



Pancasila adalah harga mati bagi bangsa Indonesia jika tetap menginginkan negeri ini ada. Pasalnya, tanpa sila-sila itu, tentu bangsa ini akan kacau balau. Sebutlah tanpa sila ketiga, maka terbayanglah bilah-bilah lidi yang lepas dari ikatannya. Akan tercerai-berai!

Hal itulah yang membuat orang-orang Afganistan rindu perdamaian. Hal tersebut disampaikan oleh Dubes RI di Afganistan, Arief Rachman seperti terlansir RMOL, Selasa (22/9/2020).

Sebagaimana kita ketahui, Afganistan memang terkenal sebagai negara yang dipenuhi dengan konflik dan peperangan selama bertahun-tahun. Terlebih, saat Amerika Serikat turut campur di negara mereka. 

Jadi, wajar mereka rindu perdamaian. Nah, jika orang-orang yang telah mengalami konflik demikian  mengakui kedahsyatan Pancasila, lalu untuk apa ada rencana dari pihak tertentu ingin mengubah Pancasila? 

Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempertahankan keutuhan Pancasila dan tolak segala perubahannya yang berpotensi membahayakan negeri ini.


Monday, September 21, 2020

Ada yang Menarik dari Seri Televisi Backstreet Rookie, Apakah Sule Ikut Beradu Akting di Dalamnya?



Seri televisi Korea Selatan dikenal sebagian warga Indonesia dengan akronim "drakor" yakni drama Korea (Selatan) atau K-drama. Bukan hanya di kalangan muda-mudi yang menggemari jenis tayangan televisi itu. Orang-orang dewasa juga larut dalam jalinan cerita yang memang diakui sarat dengan kualitas tinggi.

Wajar saja seperti itu karena biaya yang mereka keluarkan pun untuk memproduksi seri-seri televisi tersebut tidaklah sedikit. Nah, dari sekian drakor yang sudah tayang, ada satu yang agaknya sedikit berbeda. 

Di mana letak "beda" yang ada? 

Adalah "Backstreet Rookie". Seri televisi Korea Selatan tahun 2020 ini seperti drama lainnya dibintangi aktor dan aktris yang rupawan. Sebutlah pemeran utamanya dibintangi oleh Ji Chang-wook, Kim Yoo-jung, Han Sun-hwa, dan Do Sang-woo.

Secara garis besar drama ini mengisahkan Choi Dae-hyun, seorang pria berusia 29 tahun, yang memiliki wajah tampan, tapi ceroboh. Setelah mengundurkan diri dari tempat kerjanya untuk melindungi kekasihnya, ia memutuskan untuk menjalankan bisnis sebuah toko serba ada. Dalam menjalankan bisnisnya itu ia dibantu keluarga dan teman-temannya, terutama Jung Saet-byul yang telah jatuh hati padanya sejak lama. 

Meski begitu, drama yang diadaptasi dari webtoon tahun 2016–2017 berjudul "Convenience Store Saet-byul" karya Hwalhwasan dan diilustrasikan oleh Geumsagong ini menghadirkan salah seorang tokoh unik. 

Siapakah itu? 

Ia bernama Han Dal-sik yang diperankan Eum Moon-suk. Tokoh ini merupakan teman dekat Choi Dae-hyun (tokoh sentral). Dirinya seorang penulis dan ilustrator webtoon. Tokoh ini unik karena agak berbeda dari orang Korea kebanyakan. Digambarkan, kulitnya sawo matang, berkacmata, dan rambutnya bergagaya dreadlock atau gimbal khas pemusik reggae dari Jamaika. 

Selain itu, karakter yang satu ini sangat mirip dengan pelawak Indonesia, Sule. Ya, baik dari wajah, maupun tingkah lucunya.

Berikut video yang menggambarkan kemiripan Dal-sik dan Sule.



Seperti diketahui Entis Sutisna adalah pelawak, pembawa acara, penyanyi, dan aktor berkebangsaan Indonesia. Sosok ini bisa jadi menjadi inspirasi bagi pelaku seni Korea Selatan dalam proses penyajian tokoh Han Dal-sik.


Saturday, September 19, 2020

Lahan Sempit? Yuk, Bercocok Tanam!



Lahan sempit sering menjadi alasan paling mudah untuk mengatakan, "Sayang sekali lahanku sempit sehingga tidak bisa bercocok tanam." Lalu diiringi wajah sedih atau setidaknya sedikit murung.

Alasan demikian samgatlah masuk akal. Dan memang faktanya bumi sudah banyak kehilangan lahan subur. Penyebabnya bisa karena pertambangan atau sekadar untuk tempat tinggal. 

Ya, rumah-rumah kian hari semakin bertambah sejurus dengan jumlah penduduk yang terus meningkat. Perumahan dengan sistem kredit menjamur hampir di setiap daerah di Indonesia. Dan, yang paling disayangkan adalah, area yang menjadi tempat berdirinya rumah-rumah beragam dengan tipe itu sebagian merupakan lahan subur. 

Akan tetapi, agaknya hal itu masih bisa disiasati dengan berupaya memanfaatkan lahan sesempit mungkin untuk bercocok tanam. Caranya bisa dengan menggunakan poly bag atau pot plastik. Selain itu, yang paling mudah dengan menggunakan cara hidroponik.

Di bawah ini ada video pemanfaatan lahan sempit untuk bercocok tanam.


Dalam video itu terlihat di dalam rumah pun sebenarnya dapat menanam sayuran segar tanpa menggunakan tanah. Cukup sediakan bekas wadah nasi yang terbuat dari styrofoam atau botol bekas, kita sudah bisa menanam sayuran yang diinginkan. 

Terpenting, masih ada sinar matahari dan ketersediaan tempat meskipun sangat sempit. 


Bagaimana Nasib Negara-Negara yang Berutang kepada Cina jika Eksodus Manufaktur dari Negeri Tirai Bambu ke Negara Lain Terus Berlanjut?



Sebuah fakta bahwa Cina tumbuh menjadi "pabrik dunia" selama 40 tahun terakhir. Semula Republik Rakyat Cina di bawah Mao Zedong sangat menutup diri dari negara-negara kapitalis. Akan tetapi, sejak Deng Xiaoping berkuasa, keadaan berubah.

Mantan Presiden Deng Xiaoping yang memerintahkan reformasi ekonomi pada akhir tahun 1970-an dan memperkenalkan konsep pasar bebas ke Cina untuk pertama kalinya membuat perekonomian negeri itu akhirnya maju pesat.

Bagaimana tidak? Dengan peraturan negara yang dilonggarkan dan akses ke tenaga kerja terbesar, menjadikan Cina tempat yang tepat untuk melakukan outsourcing (alih daya) manufaktur. 

Maka, jadilah Cina salah satu pusat bisnis paling menguntungkan di dunia. Negara-negara lain untung dari berbisnis, Cina meraup untung dari pajak dan biaya administrasi, juga terbukanya peluang mendirikan perusahaan-perusahaan sendiri. 

Akan tetapi, dalam bulan-bulan terakhir, manufaktur Cina mulai surut oleh kumpulan masalah yang seakan menjadi satu. Tarif tinggi, COVID-19, ketegangan geopolitik menyebabkan eksodus massal dari manufaktur Cina ke negara-negara lain. Semua itu memicu dimulainya jatuhnya dominasi manufaktur negara tirai bambu tersebut.

Ketika manufaktur Cina mulai merosot, negara-negara Asia Tenggara di dekatnya mulai dengan cepat bersiap untuk mengambil alih beberapa bisnis Cina.

Vietnam, misalnya, melakukan upaya besar-besaran untuk meraih produksi pakaian sehari-hari. Merek pakaian olahraga populer seperti Nike dan Adidas dengan cepat telah mengalokasikan kembali sebagian besar pangkalan manufaktur dan alas kaki ke Vietnam, dari Cina.

Selain itu, perang perdagangan global dengan AS juga memberikan pukulan fatal bagi manufaktur Cina. 

Hal terkahir di atas menyebabkan penurunan volume ekspor ke AS dan ke negara lain yang menghadapi tekanan Amerika untuk mengurangi ketergantungan global pada manufaktur Cina.

Dalam sebuah laporan oleh Forbes, analisis menyebutkan bahwa ekspor Cina secara global diperkirakan turun $ 25 miliar sejak tarif pertama kali diterapkan.

Dan, di tengah ketidakpastian geopolitik, Covid-19 telah mendorong manufaktur Cina ke ambang penutupan. 

Lantas, ketika Cina mengalami kesulitan dalam perekonomian, bagaimana nasib negara-negara yang berutang kepada negeri komunis terbesar di Asia ini? Terutama yang terkait dengan Belt and Road Initiative yang digulirkan pada tahun 2013 lalu.

Para akademisi Universitas Harvard pernah merilis laporan pada tahun 2018 yang menyebutkan Cina memberlakukan tingkat utang yang tinggi untuk negara-negara Asia Pasifik dengan tujuan memperoleh aset strategis atau pengaruh politik dari negara-negara pengutang.

Apakah, dengan kondisi yang kian sulit, Cina akan tetap kaya karena memperoleh aset strategis atau pengaruh politik dari negara-negara pengutang?

Jika demikian, negara-negara dimaksud yang akan mengalami kesusahan atau menanggung beban kebangkrutan Cina. Sementara negeri tirai bambu tetap bersinar di pentas global. 

Atau? Bagaimana?


Hebat! Ribuan Orang Berkumpul di Ibukota Thailand Melawan Pemerintah, Ada yang Memakai Jimat Penangkal Peluru



Dilaporkan Reuters, ribuan pengunjuk rasa di Ibukota Thailand berdemonstrasi menentang pemerintah mantan pemimpin kudeta dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha pada hari Sabtu (hari ini), menuntut reformasi pada monarki yang kuat.

"Ganyang feodalisme, panjang umur rakyat!" adalah salah satu nyanyian.

Media itu menyebutkan bahwa protes telah meningkat sejak pertengahan Juli untuk menyerukan pencabutan pemerintahan, konstitusi baru, dan pemilihan umum. Mereka juga telah melanggar "tabu" lama dengan mengkritik monarki Raja Maha Vajiralongkorn.

Polisi mengatakan sedikitnya 5.000 orang telah berkumpul di kampus Universitas Thammasat, yang telah lama dipandang sebagai sarang oposisi terhadap militer dan pembentukan kerajaan, dan tempat pembantaian pengunjuk rasa pada tahun 1976.

Di bawah hujan ringan, pengunjuk rasa tumpah ke Sanam Luang, ruang publik di seberang Grand Palace tempat upacara negara secara tradisional diadakan.

"Hari ini rakyat akan menuntut kembali kekuasaan mereka," kata Arnon Nampa, seorang pengacara hak asasi manusia yang muncul sebagai tokoh utama dalam gerakan protes, di Twitter.

Tanggal 19 September adalah peringatan kudeta terhadap perdana menteri populis saat itu Thaksin Shinawatra pada tahun 2006. Di antara para pengunjuk rasa adalah banyak pengikut baju merahnya, veteran bentrokan satu dekade lalu dengan kemeja kuning prokemapanan.

“Saya di sini untuk memperjuangkan masa depan anak dan cucu saya. Saya berharap saat saya mati, mereka akan bebas,” kata Tasawan Suebthai, 68 tahun, mengenakan baju merah dengan jimat di lehernya untuk menangkal peluru.

Mengutip sumber yang sama, sejauh ini protes berlangsung damai. Yang terbesar hingga saat ini menarik lebih daripada 10.000 orang bulan lalu, tetapi penyelenggara berharap lebih banyak kali ini.


Thursday, September 17, 2020

Sebuah Usaha dari Pendiri Black Lives Matter Disponsori oleh Sebuah Organisasi yang Bekerja dengan Pemerintah Komunis Cina



Sejak protes masif atas kematian pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd, pada 25 Mei 2020 lalu, gerakan Black Lives Matter semakin populer. 

Black Lives Matter (BLM) atau Nyawa Orang Kulit Hitam Itu Berarti adalah sebuah gerakan aktivis mancanegara, yang dimulai dari komunitas Afrika Amerika, yang aktif dalam menentang kekerasan maupun rasisme sistemik terhadap orang kulit hitam. 

BLM rutin menyelenggarakan demonstrasi memprotes kematian orang kulit hitam di tangan polisi, dan isu-isu terkait seperti profiling berdasarkan ras, kebrutalan polisi, dan bias rasial dalam sistem peradilan pidana di Amerika Serikat.

Dilaporkan The Federalist, The Black Futures Labyang merupakan sebuah usaha dari pendiri Black Lives Matter, yakni Alicia Garza, disponsori oleh Chinese Progressive Association (CPA), sebuah organisasi yang bekerja dengan pemerintah komunis China untuk mendorong agendanya di Amerika Serikat, menurut sebuah investigasi oleh Heritage Mike Gonzalez dari Yayasan.

Gonzalez menemukan bahwa halaman donasi Black Futures Lab secara eksplisit menyatakan bahwa mereka adalah "proyek yang disponsori secara fiskal dari Asosiasi Progresif China".

Gonzalez menjelaskan sejarah CPA di Amerika Serikat, mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang disponsori kelompok tersebut atas nama Pemerintah Cina, termasuk satu contoh di mana bendera Republik Rakyat Cina dikibarkan di atas Balai Kota Boston untuk menghormati pengambilalihan Cina oleh Partai Komunis Cina. CPA secara rutin dipuji atas pekerjaannya di AS oleh corong resmi Cina, China Daily .

Gonzalez juga menuliskan, “Jadi jelas, CPA bekerja dengan pemerintah komunis Cina, mendorong agendanya di sini di Amerika Serikat, dan secara teratur dipuji oleh corong milik negara Cina. Juga jelas, dari, perspektif ini, mengapa CPA akan mensponsori perusahaan baru oleh Garza: Mereka mendukung keinginan yang sama untuk komunisme dunia.” 

Media itu juga menyebutkan bahwa Garza, pendiri Black Futures Lab, juga merupakan pendiri organisasi global Black Lives Matter Marxis yang terbuka dan banyak organisasi domestik, seperti Movement For Black Lives, yang terkait dengannya. 

Organisasi BLM mensponsori dan mengusulkan kebijakan publik Marxis seperti kepemilikan sumber daya, bank, dan bisnis yang disosialisasikan, pajak penghasilan yang sangat tidak setara, menempatkan semua orang pada kesejahteraan melalui "pendapatan minimum", dan pekerjaan pemerintah. 

Pada 2015, salah satu pendiri Black Lives Matter, Patrisse Cullors, mengatakan bahwa dia dan rekan penyelenggara adalah "Marxis terlatih".

Organisasi Garza yang didanai oleh Asosiasi Progresif China, Black Futures Lab, tampaknya merupakan kelompok lobi yang mengadvokasi "kebijakan tingkat lokal, negara bagian, dan federal yang membuat komunitas Kulit Hitam lebih kuat," dan tujuan yang mungkin sejalan dengan ideologi Marxis Garza .

Mengutip sumber yang sama, pentingnya peran Black Lives Matter dalam meningkatkan perselisihan rasial di Amerika beberapa tahun terakhir tidak dapat diremehkan. Seperti yang ditulis Ben Weingarten di The Federalist, BLM "secara kolektif berakar dan mengabdi pada Marxisme, kebencian terhadap Yahudi, kekerasan, rasisme, perselisihan sosial, dan perusakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar kami." Tentu saja, Cina akan melihat nilai dalam mendanai organisasi semacam itu.

Sumber foto: The Federalist


Setujukah Anda dengan Integrasi Sains dan Teknologi dengan Nilai-Nilai Islam?



Diakui bahwa saat ini sains dan teknologi seakan-akan hanya diproduksi barat. Sebutlah di bidang penerbangan dan informasi. Barat menjadi pemegang kunci utamanya. Sementara umat Islam, dicirikan sebagai umat yang tertinggal dalam urusan duniawi. Padahal, dulu Islam memegang kendali penuh atas sains dan teknologi di segala aspek kehidupan. Alhasil, muslimlah yang menguasai dunia. 

Menyoroti kemunduran tersebut, pengamat politik Islam dan demokrasi, Muhammad Najib, dalam artikelnya yang dimuat RMOL, Jumat (17/9/2020) menawarkan kembali cara pandang beragama seperti dulu. 

Di awal artikelnya, ia mengutip sejumlah ayat Alquran yang menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi akal dan fikiran manusia, yakni Surah Ali Imran: 190 dan Surah Al Ghasyiyah: 17--20. 

Dalam hal itu ia yakin bahwa penggunaan akal dan pikiran memiliki posisi sangat penting dalam implementasi ajaran Islam. Hal inilah menurutnya yang menyebabkan pentingnya ilmu bagi umat Islam. 

Islam pada hakikatnya tidak membeda-bedakan antara ilmu dunia dan akhirat, bagi umat Islam semua ilmu bersumber dari Allah swt. Cara pandang beragama seperti inilah yang mengantarkan kemajuan dan kejayaan umat Islam di era Abbasiyah, yang mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin oleh Khalifah Harun Al Rasyid, dan dilanjutkan putranya Al Makmun pada abad akhir abad ke-8 M. 

Menjadi lebih menarik adalah, ia mengajukan sebuah pertanyaan, mengapa umat Islam mengalami kejumudan, yang mengakibatkannya kemudian disalip oleh Barat yang dulu menjadi muridnya.

Menjawab pertanyaan tersebut, Najib menyebutkan sebuah tesis bahwa saat dalam masa kejayaannya, para petinggi Islam bergelimang harta dan hidup dalam kemewahan bendawi. Dalam situasi seperti ini muncul keprihatinan dan kekhawatiran sejumlah ulama, kalau-kalau umat Islam dan para pemimpinnya semakin jauh dari urusan akhirat. Salah satu ulama yang sangat menonjol bernama Imam Ghazali. 

Dikatakan para ulama ini kemudian mengembangkan sufisme dan mistisisme yang lebih menawarkan kebahagiaan batin dibanding materi, memilih hidup bersahaja dibanding bergelimang harta, dan mengejar akhirat dibanding dunia.

Dengan kata lain, hasil dari kemajuan Islam dengan sains dan teknologi membuat para petinggi negeri Islam kala itu hidup bergelimang harta dan dikhawatirkan dapat melalaikan diri dari urusan akhirat. 

Nah, tesis semacam ini memang dalam kenyataannya memunculkan antitesis berupa penyalahgunaan kekayaan dan wewenang elit politik masa itu. Banyak ulama yang sangat cemas dengan kondisi tersebut. Dan, lewat artikelnya, Najib menawarkan kembali sintetis baru yang lain daripada yang dicetuskan ulama sufi pada masa keemasan dunia Islam. 

Apakah itu?

Sebenarnya baru di sini maksudnya kebaruan setelah sufisme dan mistisme berkembang pesat di masyarakat Islam. 

Pembaruan itu sangat terasa dengan adanya gerakan tajdid di bidang politik yang dimulai oleh Syaikh Jamaluddin Al Afghani dan muridnya Syaikh Muhammad Abduh, kemudian dilanjutkan dengan tajdid di bidang pendidikan modern oleh Syaikh Rasyid Ridha. 

Maka, dalam artikelnya ia menyerukan saatnya umat Islam untuk kembali menekuni sains dan teknologi agar perhatian kita seimbang antara urusan dunia dan akhirat, atau antara urusan material dan spiritual. 

Dirinya mencontohkan tahun 1970-an seorang cendekiawan muslim bernama Syed M. Naguib Al Attas mendengungkan istilah Islamisasi Ilmu. Ia kemudian mendirikan International Institute of Islamic Thought Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur, Malaysia. 

Tahun 1981, di Virginia, Amerika, didirikan International Institute of Islamic Thought  (IIIT) yang dipelopori oleh para imigran cendekiawan yang berasal dari berbagai negara Muslim yang belajar di Amerika dan Kanada.

Lantas bagaimana dengan di Indonesia?

Sebenarnya, Syaikh Rasyid Ridha merupakan salah seorang guru Kiai Haji Ahmad Dahlan. Sang pendiri Muhammadiyah itu telah banyak melakukan pembaruan di bidang pendidikan dan sosial di tanah air ini. Kini, Muhammadiyah telah memiliki banyak sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, dan amal usaha lainnya yang memadukan sains dan teknologi di dalamnya.

Pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia. Tentu saja, Muhammadiyah hanyalah satu contoh nyata yang telah ada. 

Diharapkan integrasi sains dan teknologi dengan nilai-nilai Islam kian berkembang dan terwujud dalam segala bidang kehidupan di Indonesia. 

Lalu, setujukah Anda dengan hal tersebut di atas?


Tuesday, September 15, 2020

Ahok Titipan Siapa di Pertamina?



Pertanyaan ini muncul dan sedang ramai setelah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membongkar sederet borok Pertamina melalui video berdurasi 6 menit yang diunggah akun Youtube POIN.

Apa yang dibongkar Komisaris Utama PT Pertamina itu?

Salah satunya adalah  tentang direksi yang hobi lobi menteri. Komisaris pun katanya "rata-rata" titipan kementerian.

Lantas, apakah dirinya sendiri juga titipan seperti yang ia maksudkan mengingat sosok Ahok awalnya adalah orang luar Pertamina? Bahkan, ia merupakan mantan narapidana yang tidak memiliki dasar keilmuan dan pengalaman di bidang perminyakan yang dijalankan perusahaan berpelat merah itu. 

Nah, kalau titipan, maka Ahok titipan siapa di Pertamina?

Sekadar informasi, penunjukan direksi dan komisaris di BUMN melalui tim penilai akhir yang diketuai presiden sendiri. Artinya, itu bukan perkara main-main, melainkan sangat serius karena sudah sampai taraf orang nomor satu di negeri ini.

Dan, dengan pembongkaran aib Pertamina oleh Ahok, sebenarnya ia telah menuding Erick Thohir bisa dilobi oleh para calon direksi dan komisaris. 

Akankah pula Erick berani membalas Ahok?


Monday, September 14, 2020

Pesawat Selam, Adakah?

 


Dunia penerbangan semakin canggih. Begitulah kira-kira kalimat yang paling tepat. Lihatlah pesawat perang F-35, misalnya, jauh sekali perbedaannya dengan pesawat-pesawat yang digunakan dalam perang dunia II. 

Pesawat kekinian mampu terbang dengan sangat lincah. Akan tetapi, adakah pesawat yang mampu menyelam di lautan?

Dulu, pada masa perang dunia II, Jepang sudah mampu membawa pesawat di dalam laut. Meskipun demikian, pesawat-pesawat apung tersebut dibawa pihak Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dengan kapal selam induk yang bernama I-400 atau I-yonmarumaru Sensuikan. Kapal induk ini mampu membawa tiga pesawat apung sekaligus. 

Lalu, kembali ke pertanyaan awal tadi, apa jawabannya? 

Ada sebuah video yang memperlihatkan sebuah pesawat helikopter terbang di atas air dan seperti sedang mencoba melakukan penyelaman. 


Dalam video di atas, belum dapat dipastikan apakah memang helikopter buatan Cina itu merupakan helikopter selam atau jenis yang bagaimana. Namun, ada satu hal yang dapat ditarik dari video tersebut, yakni sebuah inspirasi.

Sejalan dengan akal manusia yang kian canggih, agaknya hal demikian dapat menjadi inspirasi untuk membuat pesawat selam yang bermanfaat bagi manusia. Sebutlah untuk pertahanan wilayah laut negara dari serangan luar. Selebihnya, mungkin akan ada banyak manfaat yang muncul kemudian.


Kampanye Pencegahan COVID-19 via Film Pendek

 


Belakangan, ramai di media sosial adanya rencana pihak pemerintah menerjunkan preman untuk menertibkan masyarakat dalam protokol kesehatan selama pandemi. Rencana ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia terlalu susah diajak aktif mencegah penyebaran COVID-19, terutama memakai masker dan menjaga jarak saat keluar rumah.

Di barat, kampanye protokol kesehatan gencar dilakukan termasuk melalui film pendek. Sebutlah contohnya Mr. Bean. Pertanyaanha, mengapa film?

Apakah melalui film kampanye tersebut dapat lebih efektif?

Seni termasuk film sebenarnya juga bertujuan meningkatkan tanggung jawab moral masyarakat. Itu disebabkan adanya sentuhan terhadap jiwa yang diberikan melalui film. Ajakan lembut yang menyentuh dalam dialog, monolog, atau perbuatan tokoh-tokohnya selama film berlangsung, membawa jiwa penonton tersadar tanpa merasa disuruh apalagi digurui.

Di bawah ini juga ada film pendek untuk mengampanyekan pencegahan virus COVID-19.

 


Dalam film berjudul "Ketika Oyen Menjadi Ayah" berkisah tentang seekor kucing jantan yang berusaha keras menjaga putrinya untuk tetap tinggal di rumah meski ada banyak godaan di luar ruang. Pesan yang hendak disampaikan dalam film itu adalah, tetap di rumah untuk memutuskan rantai penyebaran COVID-19. Keluar rumah jika memang sangat darurat seperti dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok. 


Sunday, September 13, 2020

Ruang Arsitektur Terfragmentasi dalam Seni Miniatur Ottoman



Siapa yang tidak mengenal Ottoman. Agaknya semua orang di dunia ini setidaknya pernah mendengar atau membaca nama itu. Pernah mengalami masa keemasan, Ottoman atau di dunia Islam dikenal dengan Kekhalifahan Turki Utsmani, telah berubah menjadi Republik Turki. 

Meski demikian, mereka tetaplah Bangsa Turki yang merdeka dan tak melupakan jati diri dan sejarah Turki. 

Dilaporkan Daily Sabah, Minggu (13/9/2020) Museum Pera Istanbul telah menyiapkan serangkaian program online, sebagai bagian dari pameran "Miniatur 2.0, Miniatur dalam Seni Kontemporer", yang berfokus pada pendekatan kontemporer terhadap lukisan miniatur.

Acara dilanjutkan dengan workshop seni gambar miniatur menggunakan cat air dan ceramah tentang dimensi arsitektural miniatur Ottoman. Ceramah yang akan dibawakan oleh arsitek dan perancang visual Mete Kutlu, akan diadakan pada 16 September antara pukul 19.00--21.00.

Sedangkan lokakarya yang akan dibawakan oleh seniman visual Amerika, Gabrielle Reeves, akan diselenggarakan pada 30 September di jam yang sama. Event online yang diadakan melalui Zoom ini menghadirkan tampilan baru pada miniatur seni dengan teknik berbeda seperti cat air dan model.

Dalam pembicaraan online-nya, Kutlu akan membahas persamaan antara dinamika spasial perspektif Ottoman, yang menolak persepsi dunia modern dan arsitektur era digital.

Membandingkan "perspektif Ottoman" dengan "perspektif Renaisans," asal dari pandangan dunia modern, pembicara akan memeriksa desain kota Ottoman melalui penggambaran kota-kota Hungaria yang berbeda, di mana dua peradaban yang berbeda saling berhadapan.

Mengutip media itu, menyusul pembicaraan bertajuk "Ruang Arsitektur Terfragmentasi dalam Seni Miniatur Ottoman: Interaksi Antar Budaya dan Hubungan yang Melampaui Waktu," peserta akan dikirimi gambar origami dan manual produksi dalam format digital, di mana mereka dapat membuat miniatur model sendiri.

Sumber foto: Daily Sabah


Saturday, September 12, 2020

Hoax atau Fakta Ada yang Mengggembosi Pemerintahan Jokowi?

 


Bicara politik dalam artian kekuasaan semata, agaknya menjadi sebuah hal yang paling memuakkan di dunia. Betapa tidak? Semua dikaitkan dengan kepentingan untuk pribadi dan sebagian untuk golongan elit politik mereka saja. Sementara untuk rakyat masih menjadi harapan banyak orang. 

Sebutlah soal penerapan PSBB total oleh Pemprov DKI Jakarta. Banyak kalangan yang berseberangan kepentingan politik dengan Gubernur Anies Baswedan mengkritik kebijakan tersebut secara membabi buta. Bahkan, politikus aktif, Arief Poyuono, menaruh curiga bahwa PSBB Anies ini untuk menggulingkan Joko Widodo dari kursi presiden. 

Dalam hal di atas, alangkah idealnya kita lihat saja dulu perkembangannya. Mengatakan bahwa PSBB sebuah langkah menghancurkan ekonomi Indonesia merupakan sebuah kesimpulan yang ditarik dari kekosongan belaka. Sebab, belum ada bukti-bukti konkrit yang menjadi indikator PSBB menghancurkan ekonomi Indonesia. Bagaimana ada buktinya, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tersebut saja akan efektif diberlakukan mulai 14 September 2020. Artinya belum terjadi saat ini. Seharusnya, kesimpulan seperti itu ada setelah PSBB selesai diterapkan.

Jika mau kembali ke awal, pertanyaan sederhananya adalah, apa penyebab perekonomian Indonesia kini mengalami kondisi yang buruk? Tentu jawabannya berupa kebijakan pusat yang tidak segera menutup pintu masuknya virus Cina itu. Andai saja Indonesia meniru langkah Taiwan atau Vietnam, kemungkinan besar kondisi perekonomian Indonesia tidak seperti saat ini.

Lalu, menyoal adanya menteri yang ingin menggembosi Pemerintahan Jokowi, ini masih menjadi tanda tanya besar. Memang, sudah lama berembus isu taktik kuda Troya yang diniatkan untuk mengambil alih kekuasaan dari dalam Pemerintahan RI yang dipimpin mantan Walikota Solo itu. 

Nah, kalau pun ada, siapa tersangka paling kuat? Kita tahu orang yang menjadi pesaing berat Jokowi dalam dua pilpres (2014 dan 2019) hanyalah Prabowo Subianto. Saat ini, mantan Danjen Kopassus itu menjadi menteri dalam kabinet di Pemerintahan Jokowi. Lantas, apakah Prabowo Subianto orangnya? Tentu saja, sekali lagi ini menjadi tanda tanya besar.

Yang tak kalah serunya, ada prasangka buruk segelintir orang terhadap demo-demo anti-RUU Haluan Ideologi Pancasila. Mereka menuding itu juga untuk menggulingkan Jokowi dari kursi Presiden RI. Padahal demonstrasi anti rancangan undang-undang itu murni menjaga kemurnian Pancasila. 

Dan, tampaknya yang paling ideal dipertanyakan saat ini ialah, bagaimana dan apa saja yang akan diterapkan Pemerintahan Joko Widodo dalam menanggulangi krisis akibat COVID-19. Ini yang seharusnya menjadi prioritas di Indonesia.

Jadi, lupakan dulu perihal kepentingan politik termasuk tentang upaya menggembosi Pemerintahan Jokowi dari dalam. Utamakan dulu rakyat, bangsa, dan negara Indonesia! Letakkan ketiganya di atas kepentingan pribadi dan golongan!


Friday, September 11, 2020

Tujuh Film Taiwan Telah Dipilih untuk Festival Film Pendek Asia Tenggara, Apa Sajakah? Yuk, Intip!

 


Berita dari dunia hiburan agaknya sedikit melegakan di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Ketika orang-orang diminta untuk tetap tinggal di rumah, film-film favorit dapat menjadi hiburan tersendiri. 

Kali ini, bukan dari dunia hiburan Korea Selatan, melainkan Taiwan. Setelah merajalela dalam dunia perfilman era '90-an, kini Taiwan pun masih eksis dalam menggarap film-film berkualitas tinggi. 

Dilaporkan Taiwan News, Jumat (11/9/2020) Tujuh film Taiwan telah dipilih untuk Festival Film Pendek Asia Tenggara (SeaShorts) keempat tahun.

Masih dari sumber yang sama, dikatakan lima dari tujuh film unggulan, yakni "Nine Shots", "Fire at Forest", "Tea Land", "Lovely Sunday", dan "Arnie"  menggambarkan perjuangan pekerja migran di Taiwan. 

Sedang "The Calling" dan "Be Shit or Not To Be"  menceritakan kisah pemuda Taiwan yang terbelah antara mimpi dan kenyataan dan bagaimana mereka mengatasi kegagalan.

Ketujuh film itu adalah pemenang Golden Harvest Awards dan Festival Film Kaohsiung, menurut CNA seperti terlansir Taiwan News.

Mengutip media tersebut, SeaShorts Film Festival 2020, yang telah dipindahkan secara online karena krisis virus corona, akan berlangsung dari 12--20 September dan mencakup 52 naratif pendek dari Taiwan, Malaysia, Singapura, Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar, Thailand, Indonesia, Jepang , dan Filipina. Forum direksi juga akan diadakan secara online (daring) Minggu (13 September).

Sumber foto: Taiwan News


Thursday, September 10, 2020

Sebuah Benda seperti Pesawat Ditemukan Terdampar di Pantai Taketomi-cho, Prefektur Okinawa


Dilaporkan Asahi, sebuah benda seperti pesawat ditemukan terdampar di pantai Taketomi-cho, Prefektur Okinawa pada tanggal 8 September 2020.

Sementara militer AS, yang telah ditanya tentang benda itu oleh Biro Pertahanan Okinawa, menjawab pada tanggal 9 bahwa benda tersebut bukan milik militer AS. Benda seperti pesawat ini memiliki huruf dan angka kanji untuk bagian kanan dan kirinya.

Sedang panjangnya sekitar 5 atau 6 meter dan diberi label "MQM-107E." Menurut beranda Museum Angkatan Udara AS, notasi ini adalah pesawat target tak berawak yang sebelumnya digunakan oleh militer AS untuk pelatihan. Namun, konfirmasi dari kota tersebut menyebutkan bahwa tidak ada ciri lain yang menunjukkan hubungan dengan militer AS.

Sebaliknya, ada kata "kanan" dan "kiri" dalam huruf kanji, dan penanggung jawab kota tersebut berkata,  "Saya tidak tahu apa yang ditemukan" (penanggung jawab) dan akan berkoordinasi dengan pihak prefektur. 


Sumber foto: Asahi


Wednesday, September 9, 2020

Apa Alasan AS Mencabut Visa untuk Lebih daripada 1.000 Orang China? Sebuah Langkah Preventif?



Dilaporkan AFP, Kamis (10/9/2020) Amerika Serikat telah mencabut visa lebih daripada 1.000 pelajar dan peneliti China di bawah perintah Presiden Donald Trump.

Hal itu tentu dengan alasan yang masuk akal. Sebagai sebuah negara, Amerika Serikat melakukan segala tindakan preventif untuk menghindarkan diri dari perbuatan buruk negara lain. Cina menjadi salah satu negara yang sangat mengancam dunia. Ya, bukan hanya terhadap AS, tetapi juga negara-negara lainnya. Terutama, dalam bentuk spionase dan pencurian kekayaan intelektual dari negara lain untuk kemajuan negeri tirai bambu itu.

Trump, dalam proklamasi 29 Mei ketika ketegangan meningkat dengan Beijing di berbagai bidang, menyatakan bahwa beberapa warga negara Cina secara resmi di Amerika Serikat untuk belajar telah mencuri kekayaan intelektual dan membantu memodernisasi militer Cina.

Departemen Luar Negeri AS, menawarkan angka pertamanya tentang efek perintah Trump, mengatakan bahwa lebih daripada 1.000 visa telah dicabut sejak mulai menerapkan proklamasi pada 1 Juni.

Tetapi, departemen itu menolak memberikan rincian visa siapa yang telah dicabut, dengan alasan undang-undang privasi.

Masih dari sumber yang sama, hampir 370.000 siswa dari Cina terdaftar di universitas AS pada 2018-19, paling banyak di negara mana pun. Dan, jumlah kasus spionase yang melibatkan Cina telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari upaya bersama oleh Beijing.


Tuesday, September 8, 2020

Masya Allah! Universitas Turki Kembangkan Alat Tes Virus yang Menunjukkan Hasilnya hanya dalam 8 Menit



Dilaporkan Daily Sabah, universitas di Turki barat laut telah mengembangkan tes virus korona yang menghasilkan hasil hanya dalam delapan menit.

Mustafa Kemal Sezgintürk, seorang dosen di Departemen Bioteknologi Universitas Çanakkale Onsekiz Mart, mengatakan bahwa kit tes baru dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan lebih dapat diandalkan daripada tes serupa di seluruh dunia.

Rektor Universitas Sedat Murat mengatakan bagian terpenting dari proyek ini adalah bahwa tes tersebut adalah yang pertama dari jenisnya tidak hanya di Turki tetapi juga di seluruh dunia.

"Hanya ada tes antibodi di dunia. Tingkat akurasinya bervariasi pada 63% di PCR (Polymerase chain reaction). Dengan kata lain, ada margin kesalahan sekitar 40%, tapi dengan tes ini hasil bisa didapat dengan 100 % akurasi dan dalam waktu singkat, seperti lima hingga 10 menit," kata Murat.

Masih dari sumber yang sama, memperhatikan bahwa mereka telah memulai upaya untuk memulai produksi massal kit tersebut, Sezgintürk berkata, "Kami harus mematenkan kit tersebut terlebih dahulu."

"Kami juga akan mendaftar ke lembaga pendanaan negara kami. Mereka juga telah memberikan dukungan yang sangat substansial dalam hal ini," katanya, seraya menambahkan bahwa mereka berencana untuk memperkenalkan proyek tersebut kepada penyandang dana penting, termasuk lembaga pembangunan dan Kementerian Kesehatan.

Sumber foto: Anadolu Agency melalui Daily Sabah



Pemungutan Suara Melalui Surat pada Masa Pandemi COVID-19



Pemilihan umum terus berjalan meski pandemi virus asal Cina masih menyebar dan korban kian bertambah. Politik seakan terlepas dari persoalan virus mana pun. Selama kekuasaan di hadapan mata, semua diterobos. Begitu kira-kira yang ada di pikiran banyak orang.

Lantas, adalah jaminan bahwa pemilu dapat berjalan sesuai protokol kesehatan untuk menghindarkan masyarakat dari virus Cina tersebut? 

Ini pertanyaan yang agaknya susah dijawab mengingat sebagian masyarakat terkadang abai terhadap protokol kesehatan itu sendiri. 

Pemungutan suara melalui surat masa pandemi COVID-19 bisa menjadi alternatif yang dipertimbangkan. Pemberian suara melalui surat, sering dikenal sebagai pemungutan suara “absen”. Itu diawali oleh pertimbangan jarak antara pemilik hak suara dan tempat pemungutan yang jauh, misalnya tentara yang memilih dari medan perang.

Cara tersebut sebagai akomodasi bagi para pemilih yang jauh dari tempat pemungutan suara pada hari pemilihan atau tidak dapat memberikan suara secara langsung. Otoritas pemilihan lokal mengirimkan surat suara ke pemilih di alamat yang disediakan.

Kemudian, pemilih menerima surat suara, amplop untuk menutup surat suara, dan amplop untuk mengirim kembali surat suara yang disegel. Setelah pemilih menandai pilihannya pada surat suara, mereka menutup surat suara, menandatangani bagian luar amplop surat suara dan lalu menyegel surat suara yang ditandatangani di amplop kedua. Pemilih dapat mengirimkan kembali surat suara yang telah ditutup ke otoritas pemilihan lokal. 

Ketika otoritas pemilihan menerima surat suara yang disegel, mereka memverifikasi pemilih terdaftar. Petugas juga membandingkan tanda tangan pemilih di surat suara dengan tanda tangan mereka di daftar pemilih. Setelah itu, proses penghitungan suara pun dilakukan. 

Alternatif di atas sebenarnya merupakan konsep pemilihan umum di Amerika Serikat seperti terlansir Reuters. Nah, lalu bagaimana dengan di Indonesia? Siapkah Anda sebagai pemilih aktif turut berpartisipasi dalam pemilihan kepala-kepala daerah akhir tahun ini? 


Monday, September 7, 2020

Sekum Muhammadiyah: Jangan Ada yang Su'udzon kepada yang Tampil Good Looking di Masjid



Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Muti, turut memberikan tanggapan terkait pernyataan Menteri Agama Republik Indonesia, Fachrul Razi yang menyebut paham radikalisme bisa masuk ke masjid melalui orang-orang berpenampilan menarik atau good looking.

Pernyataan pejabat tertinggi keagamaan di Indonesia itu memang sangat kontroversial. Bahkan, bertentangan dengan ajaran Islam. 

Itulah sebabnya, Prof Abdul Muti mengatakan melalui akun instagramnya bahwa Islam mengajarkan agar kalau ke masjid tampil wangi dan wangun atau good looking. Islam melarang umatnya tampil kemproh (kotor) dan kumprung (kumal).

Begitulah Islam yang memang mengajarkan setiap muslim tampil dengan rapi dan elegan sebagai wujud peradaban tertinggi umat manusia. Bukan malah sebaliknya.

Masih dari akun instagramnya, Sekum Muhammadiyah tersebut juga mengingatkan "Jangan ada yang su'udzon kepada yang tampil good looking di masjid. Mari berpenámpilan yang necis dan klimis sebagai wujud pengamalanI Islam"

Sungguh Indonesia membutuhkan orang-orang seperti Profesor Abdul Muti agar negera ini benar-benar menjadi republik yang sangat pancasilais, yakni salah satunya berketuhanan Yang Maha Esa dengan pengamalan ajaran agama secara baik dan benar. Contoh nyatanya adalah berpenampilan menarik atau good looking




Sunday, September 6, 2020

Istri Seorang Penyair Ditangkap, Sebuah Tragedi Memilukan

 


Ini adalah tragedi memilukan. Bermula dari sang suami yang merupakan seorang penyair kenamaan itu menyatakan dukungannya kepada gerakan prodemokrasi di Hong Kong.

Adalah penyair Wang Zang. Tepat 1 Oktober 2014 ia dan keluarganya sedang berada di rumah mereka di Beijing didatangi lebih daripada 20 orang.

Sebagiannya berseragam polisi. Mereka memaksa masuk ke dalam rumah Wang dengan menunjukkan surat perintah penggeledahan. Lalu mengobrak-abrik semua yang ada di sana. Ya, intinya mencari-cari barang yang dapat dijadikan barang bukti kejahatan. Dan, orang-orang itu akhirnya mengangkut payung biru muda, komputer, modern, juga kacamata sang penyair yang menjadi simbol gerakan payung di Hong Kong. Sementara Wang Zang pun digelandang. 

Apa yang terjadi pada Wang Zang ternyata tak berhenti sampai di situ. Dilaporkan Apple Daily, istrinya yang bernama Wang Li sekarang juga menghadapi dakwaan yang sama dengannya, menurut dokumen pengadilan.

Wang Li, juga dikenal sebagai Wang Liqin, ditangkap karena subversi pada 24 Juli dan telah ditahan di Yunnan, menurut dokumen pengadilan yang tersedia pada hari Sabtu. 

Padahal, Wang Li hanya menggunakan Twitter untuk menarik perhatian pada penahanan suaminya.

Masih dari sumber yang sama, Ni Yulan, seorang pengacara hak sipil dan teman pasangan itu, mengatakan Wang Li tidak pernah secara terbuka menyuarakan pendapat politiknya dan hanya menarik perhatian kasus suaminya setelah dia dibawa pergi.

Sementara itu, Wang Zang dan Wang Li memiliki empat anak kecil, yang saat ini dirawat oleh ibu Wang Zang.


Polisi Hong Kong Serang Warga Tak Bersenjata lagi di Mong Kok Hari Ini

 



Perang ideologi antara komunis dan demokrasi seakan tak ada hentinya. Tanpa jeda selama keduanya tertanam dalam jiwa para pendukung masing-masingnya. Mulai dari perang dingin hingga pernah terbuka. Dan yang paling sering terjadi berupa letupan-letupan antara aparat dan warga.

Hal terakhir di atas itulah yang hari ini terjadi di Hong Kong. Sejak Cina daratan mencoba melanggar kesepakatan dengan Inggris dalam hal penyerahan Hong Kong ke Cina, konflik terus berkembang di kota itu. Demonstrasi besar pecah tahun lalu. Kemudian terhenti saat virus Corona merebak beberapa bulan. Dan, pihak Cina memulai kembali dengan penangkapan para aktivis prodemokrasi di Hong Kong.


Maka kembali memanaslah situasi di sana. Dikabarkan hari ini, Minggu (6/9/2020) polisi Hong Kong menyerang warga tak bersenjata lagi di Mong Kok. Padahal hari ini seharusnya menjadi hari pemilihan dewan legislatif, tetapi ditunda selama 1 tahun oleh Carrie Lam atas nama memerangi Virus Wuhan!

Mong Kok atau Mongkok merupakan sebuah wilayah di Distrik Yau Tsim Mong, di bagian barat Semenanjung Kowloon di Hong Kong. 

Peristiwa sendiri bermula di Jordon, Kowloon yang saat itu para pengunjuk rasa yang tersebar sambil meneriakkan "Tahan sampai nafas terakhir!" dan beberapa slogan yang sekarang dilarang. Beberapa berteriak "Saya ingin memberikan suara" sebagai protes terhadap penundaan pemilihan karena hari ini adalah hari pemungutan suara asli di Hong Kong.

Seperti biasa, polisi pun berlaku represif dengan menembakkan butiran merica ke trotoar pejalan kaki untuk memerintahkan orang agar tetap di trotoar pejalan kaki.

Selain itu, petugas polisi anti huru hara menahan sopir bus (yang mengenakan respirator dengan filter merah muda). Dia dilaporkan membunyikan klakson di sebelah garis penjagaan polisi. Sebagian aparat keamanan itu juga menggeledah penumpang di bus. Sementara puluhan orang dicegat dan ditangkap di jalan.

Angka terbaru dari Kepolisian Hong Kong, setidaknya 90 orang telah ditangkap sejauh ini. Kebanyakan dari mereka ditangkap karena ikut serta dalam pertemuan ilegal. 22 lainnya dikeluarkan tiket penalti karena diduga melanggar larangan pengumpulan virus corona. 

Sumber foto: Phoebe Kong


Saturday, September 5, 2020

#BoycottMulan, Tagar yang Menjadi Kepedulian Oposisi Hong Kong dan Dunia



Tanda pagar (tagar) ini terkait dengan sebuah film berjudul Mulan. Sebenarnya tidak ada masalah dengan isi filmnya. Akan tetapi, karena pemeran intinya semisal Jacky Chan, Donnie Yen, dan Liu Yifei yang terang-terangan mendukung rezim Cina, maka tagar itu pun dimunculkan.

Dan sebenarnya tidak masalah juga dengan tagar tersebut. Bagaimana pun kaum oposisi Hong Kong sedang berjuang melawan kediktatoran Partai Komunis Cina (PKC). Kekejaman PKC bukan hanya di Hong Kong melalui Carrie Lam, melainkan menyebar di seluruh Cina daratan, khususnya  Turkistan Timur (Xinjiang), Tibet, dan Mongolia Dalam.

Di Xinjiang, orang-orang Uyghur dan minoritas muslim lainnya dipenjara di kamp-kamp interniran. Para wanitanya dipaksa menikah dengan orang Han. Banyak yang mengalami pengangkatan rahim agar populasi Uyghur berkurang secara drastis. Kemudian, beberapa waktu lalu ada pelarangan dalam menggunakan bahasa Mongol di sekolah-sekolah Mongolia Dalam oleh pihak Cina. Orang-orang Mongol protes dan dikabarkan ada yang melalukan bunuh diri akibat merasa tertekan. 

Begitu pula di Tibet. Sebutlah satu contoh besarnya, akibat kekejaman Cina, Dalai Lama melarikan diri dan harus menetap di salah satu wilayah India agar aman. 

Memperhatikan realitas tersebut, idealnya, tokoh publik seperti pemain inti dalam Mulan mendukung perjuangan itu. Bukannya malah ikut-ikutan latah membela pihak yang jelas-jelas menyalahgunakan wewenang terhadap rakyatnya sendiri.

Itulah sebabnya, tagar #BoycottMulan terus menggema di media sosial. Dan, gema itu tidak hanya oleh oposisi Hong Kong, orang-orang di luar mereka juga turut andil. Sebutlah orang-orang pro demokrasi di Thailand dan Filipina. 


Apa Hikmah di Balik Normalisasi Hubungan Diplomatik UEA-Israel Menurut Najib?

 


Segala sesuatu yang ada pastilah memiliki hikmah tersendiri bagi manusia. Bahkan, tanpa adanya kematian, manusia tidak akan bisa sampai ke akhirat sebagai rentetan kehidupan sesuai ketentua-Nya dan yang hidup akan terlena dengan dunia semata. Maka, normalisasi hubungan diplomatik antara Uni Emirat Arab dan Israel tentu juga ada hikmahnya. 

Lantas, apa hikmah dari normalisasi itu?

Dalam sebuah artikel yang terlansir RMOL, Sabtu (5/9/2020) Dr. Muhammad Najib, memberikan pandangannya terhadap hal tersebut. 

Menurut pengamat politik Islam dan demokrasi ini, hikmahnya tak lepas dari cara Israel memperlakukan musuh-musuhnya. 

Normalisasi hubungan UEA-Israel tidak lain adalah taktik negeri Zionis itu merangkul salah satu musuh mereka. Lebih tepatnya setelah memecah-belah Bangsa Arab. Sebenarnya, UEA bukanlah negara pertama yang melakukan normalisasi dengan mereka, akan tetapi yang ketiga, yakni didahului oleh Mesir dan Yordania. 

Najib berpendapat ini bagian usaha Israel meredam dukungan negara-negara Arab terhadap perjuangan rakyat Palestina dengan cara memecah-belah mereka, kemudian merangkulnya satu persatu.

Hal yang lebih mengiris hati, terlihat tanda-tanda Saudi Arabia, Bahrain, Oman, dan Sudan segera menyusul. 

Nah, dari cara tersebut dan dikaitkan dengan perlakuan Israel di dalam wilayah Palestina, akan terlihat jelas bagaimana taktik Israel sebenarnya. Dan, masih menurut Najib, tampaknya para pemimpin Palestina kini mulai menyadari, bahwa perseteruan diantara mereka hanya menguntungkan Israel.

Ya, cara Israel memperlakukan faksi-faksi di Palestina terlihat berbeda. Israel, misalnya, merangkul Fatah, tapi menginjak-injak Hammas.

Kesadaran itu terlihat dari pertemuan dua faksi terbesar perlawanan, yakni Fatah dan Hammas yang selama ini tidak pernah akur. Dikabarkan Mahmud Abbas yang menjadi orang nomor satu Fatah dan Ismail Haniyeh orang nomor satu di Hammas, serta Jiyad Al Nakhalah orang nomor satu di Jihad Islam, ikut hadir dalam pertemuan Webinar pada Kamis (3/9). 

Najib pun berharap semoga normalisasi hubungan diplomatik UEA-Israel dapat mempersatukan seluruh faksi perlawanan yang ada. Dengan demikian, bangsa Palestina akan menjadi satu-satunya pihak yang berhak berbicara dan menentukan masa depan  negaranya, bukan negara Arab lain, juga bukan Amerika.


Friday, September 4, 2020

Sebuah Video Perlakuan Buruk Israel terhadap Warga Palestina Berusia 65 Tahun Viral!

Ketika banyak orang Islam dipersekusi, ditahan, dianiaya, dan dibantai, sebagai besar mata dunia malah memandang muslim adalah teroris, radikal, dan intoleran. Maklum seperti itu karena memang banyak agen lapangan yang membawa misi menularkan islamofobia di antero dunia.

Contoh nyata perlakuan buruk terhadap umat Islam adalah di Turkistan Timur oleh Cina daratan dan di Israel. Belakangan, viral sebuah video yang memperlihatkan perlakuan tidak manusiawi oleh tentara Israel terhadap warga Palestina. 


Khairi Hannoun, 65 tahun, yang memprotes rencana Israel untuk mencaplok tanah untuk pemukiman warga Israel di Tepi Barat harus berhadapan dengan tentara Israel. Saat tubuh tuanya dilumpuhkan paksa dan terdampar ke tanah,  tentara Israel tersebut berlutut di lehernya. 

Ini mengingatkan kita pada kejadian yang dialami George Floyd oleh seorang polisi di negeri Paman Sam beberapa waktu lalu. 

Meski Hannoun tidak sampai bernasib tragis seperti Floyd, namun perlakuan sewenang-wenang tentara Israel sangat tidak manusiawi.

Protes yang dilakukannya dan sejumlah warga Palestina pun sangat beralasan. Mempertahankan tanah air sangatlah patriotik. Terutama Pejabat Palestina mengatakan Israel telah mempercepat pembangunan pemukiman sejak awal tahun 2020.

Dan, sebenarnya tidak hanya pemukiman ilegal Israel dan infrastruktur mereka yang mengisolasi komunitas Palestina, Pemerintah Israel juga memastikan bahwa pemukiman di wilayah pendudukan sepenuhnya terhubung satu sama lain dengan Israel. Ini tentu membuat ruang gerak warga Palestina kian sempit.

Kini, Khairi Hannoun dibebaskan setelah kejadian itu. Dirinya mengatakan akan terus berjuang mendorong keutuhan Tepi Barat sebagai bagian dari Palestina.