Saturday, July 18, 2020

Ketika Hagia Sophia Ramai, OKI, Pakistan, dan Turki Terkesan Diam Terkait Uighur dan Etnis Minoritas Muslim lainnya


Ilustrasi - Pixabay


Di mata dunia, Partai  Komunis Cina (PKC) yang berkuasa di Cina daratan sangat rapi dalam menyembunyikan tindakannya terhadap muslim Uighur dan muslim lainnya di Xinjiang.

Itu realitas empiris. Tapi, dengan manisnya, kamp konsentrasi yang menahan muslim-muslim itu, disebut Cina sebagai "Pusat Pelatihan Kejuruan". Pemerintah Cina mengklaim bahwa di pusat-pusat ini, mereka memerangi terorisme dan menghilangkan radikalisasi para ekstremis.

Pertanyaan awalnya adalah, apakah benar muslim di Xinjiang adalah kaum teroris, radikalis, dan ekstrimis?

Dengan mudah dapat dikatakan mereka bukan teroris, radikalis, dan ekstremis. Orang-orang itu berbangsa Turk yang bukan Cina Han.

Lalu, mengapa mereka dipenjara? Bahkan sampai dihukum mati?

Sangat sederhana alasannya. Apa? Karena, mereka muslim dan Indo-Eropa. Itulah sebabnya, Pemerintah Cina memaksa mereka untuk meninggalkan bahasa Turki, budaya, dan agama Islam yang mereka imani.

Dan, tahukah Anda apa propaganda PKC di sana?

Propaganda negara Cina adalah bahwa Xinjiang beragama Budha dan Islam dipaksakan oleh Turki dan Arab. Maka, Cina memastikan untuk mengembalikan Xinjiang kembali ke peradaban Buddha.

Ya, segala yang dapat melemahkan iman para muslim akan ditonjolkan, termasuk agama lama yang secara akal sehat hal itu sudah bukan zamannya lagi bagi orang-orang Islam di sana. Lalu, negeri Arab atau pemerintahan Islami semisal Turki Utsmani lah yang PKC salahkan agar terkesankan buruk.

Lantas, bagaimana reaksi dan aksi negeri-negeri yang berhaluan Islam semisal Turki, Pakistan, dan yang tergabung dalam OKI menyikapi penderitaan muslim yang non-Hui di Cina daratan?

Ini memang menyakitkan. Lagi-lagi realitas yang tak terbantahkan hadir, yakni hingga saat ini dunia Islam masih diam dalam gerakan nyata menolong mereka.

Apa alasannya?

Apakah karena Pakistan berdiri di antara dua seteru? Di satu sisi negeri itu menghadapi India yang kuat. Di sisi lain Pakistan harus mencium tangan Cina karena sangat membutuhkan uang dan senjata negeri tirai bambu untuk mempertahankan diri dari India.

Kemudian OKI? Ada desas-desus mengenai OKI bahwa sebagian besar kediktatoran Arab tahu apa yang Cina lakukan dengan muslim Uighurnya, tetapi mereka tidak peduli. Tidak ada yang dilaporkan di Negara-negara Teluk tentang kekejaman PKC terhadap muslim non-Hui di Cina.

Suka tidak suka, Arab memang membutuhkan Cina dalam hal senjata, teknologi tinggi, dan uang. Begitu pula Republik Turki. Meski saat ini Turki terlihat kuat, untuk memperkuat ekonominya, negara yang dipimpin Presiden Erdogan itu dikabarkan juga terlilit utang dari Cina. Bahkan, tersiar berita tentang pengembalian orang-orang Uighur ke Cina daratan oleh Turki secara diam-diam.

Pertanyaan selanjutnya, apakah kelak negara-negara berhaluan Islam seperti di atas itu dapat mandiri dan membantu muslim Uighur dan muslim-muslim lainnya di Turkistan Timur atau Xinjiang?

Mungkin dapat terwujud asalkan ada persatuan umat Islam sedunia yang setiap muslim di dalamnya secara tertib menjalankan ajaran Islam dengan baik dan benar.

Sebagai penutup, kapankah persatuan dan penerapan ajaran Islam itu mulai berlangsung?

Silakan Anda renungkan.

0 comments: