Friday, July 31, 2020

Waspada! Sepertiga Anak-Anak di Dunia Keracunan Timbal


Ilustrasi - Pixabay

"Waspada! Waspadalah!"

Begitu yang sering diulang-ulang dalam sebuah acara di sebuah televisi swasta nasional zaman dulu. Meski acaranya sudah berlalu, tapi kata peringatan tersebut tidak lantas ditinggalkan.

Kewaspadaan menjadi wujud benteng pertahanan pertama dalam segala upaya pencegahan. Sebelum peristiwa buruk terjadi, maka lebih baik kita harus waspada, terutama di masa-masa seperti ini.

Bukan hanya perkara virus asal Cina yang dikenal dengan COVID-19, manusia modern perlu waspada akan bahaya keracunan zat berbahaya.

Belakangan, laporan yang baru diluncurkan oleh Unicef dan Pure Earth, Kamis (30/7/2020) menyatakan bahwa anak-anak di dunia mengalami keracunan timbal dalam kadar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Henrietta Fore, Direktur Eksekutif Unicef, seperti terlansir Anadolu Agency, mengatakan ditemukan sekitar 1 dari 3 anak, atau sekitar 800 juta anak di dunia memiliki kadar timbal dalam darah 5 mikrogram per desiliter (µg/dL) atau lebih.

“Kadar ini akan menyebabkan seseorang membutuhkan perawatan, menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat,” ujar dia dalam siaran pers yang dikutip sumber itu.

Menurut Henrietta keracunan timbal pada awalnya tidak menimbulkan banyak gejala, sehingga justru menjadi bahaya laten pada kesehatan dan tumbuh kembangnya.

Anak-anak yang terpapar timbal menghadapi konsekuensi berat, antara lain peningkatan risiko mengalami kerusakan ginjal dan penyakit kardiovaskuler saat dewasa kelak.

Masih dari sumber yang sama, penyebab keracunan ini menurut dia adalah aktivitas daur ulang baterai kendaraan atau aki yang tidak memiliki standar lingkungan.

“Peningkatan kepemilikan kendaraan, dan kurangnya peraturan dan sarana daur ulang aki, mengakibatkan volume baterai kendaraan yang didaur ulang tanpa prosedur aman oleh pelaku ekonomi informal naik 50 persen,” ujar dia.

Mengutip media itu, pada proses daur ulang sering kali para pekerja membongkar wadah aki, menumpahkan debu asam dan timbal ke tanah, kemudian melebur sisa timbal menggunakan tungku pembakaran model sederhana yang terbuka.

“Pembakaran mengeluarkan asap beracun yang mencemari lingkungan sekitar,” ujarnya.

0 comments: