Sunday, July 26, 2020

Bukan karena Hagia Sophia Menjadi Masjid Kembali, tetapi Mereka Tidak Menyukai Islam




Apa pun yang Anda lakukan pasti buruk di mata setiap orang yang membenci Anda, ayah Anda, atau yang berkaitan dengan Anda. Rasa benci atau "tidak suka yang berlebihan" menjadi ganjalan dasar dalam setiap hubungan sosial. Rasa itu pulalah yang idealnya dihapus dari jiwa manusia. Jika tidak, dapat menyebabkan konflik, perkelahian, bahkan peperangan. Dan, selemah-lemahnya benci tetap merupakan duri yang menjadikan kebaikan hanya sebatas fatamorgana.

Ini pulalah yang terjadi di Yunani. Pascakembalinya Hagia Sophia menjadi masjid setelah 86 tahun berfungsi sebagai museum, Otoritas Yunani "memprovokasi publik dan mengizinkan pembakaran bendera Turki" sebagai protes atas Hagia Sophia.

Seperti terlansir Anadolu Agency, Turki mengecam pembakaran benderanya di Yunani tersebut.

"Kami sangat mengutuk bahwa pemerintah Yunani dan anggota parlemen memprovokasi publik melalui pernyataan bermusuhan mereka,“ kata Hami Aksoy, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, dalam sebuah pernyataan tertulis.

“Mereka secara terbuka membiarkan pembakaran bendera kami yang mulia di Thessaloniki," lanjutnya.

Aksoy mengatakan Yunani sekali lagi menunjukkan permusuhan terhadap Islam dan Turki dengan dalih reaksi pada pembukaan kembali Masjid Hagia Sophia untuk beribadah.

Dia mengatakan "anak-anak Eropa yang manja", yang tidak dapat menerima pembukaan kembali arsitektur ikonik sebagai masjid, berada dalam khayalan lagi.

"Para pemimpin rasis ini, yang tidak belajar dari sejarah dan tidak menghormati bendera kita yang mulia, harus mengingat nasib mereka di Laut Aegea," Aksoy menekankan.

"Yunani harus bangun dari mimpi Bizantium, yang telah gagal selama 567 tahun, dan menyingkirkan frustrasinya," katanya lagi.

Rasa benci itu tidak hanya ditunjukkan Yunani kali ini saja, Aksoy mencatat penindasan Yunani terhadap minoritas Muslim Turki di negara itu sudah diajukan ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa.

Yunani juga satu-satunya negara Eropa yang tidak memiliki masjid di ibukotanya dan telah mengabaikan pembongkaran masjid bersejarah di wilayahnya.

Aksoy mengatakan bahwa pembukaan Masjid Hagia Sophia sebagai tempat peribadatan sudah sesuai keinginan bangsa Turki.

Masih dari sumber yang sama, Aksoy menegaskan, "Masjid Hagia Sophia, seperti aset budaya lainnya di tanah kami, milik Turki, dan itu akan selamanya menjadi milik kami dan dalam perlindungan kami."

Dia juga menekankan bahwa pembukaan Masjid Hagia Sophia untuk ibadah sesuai dengan persyaratan dan esensi dari Konvensi UNESCO 1972 tentang Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia.

0 comments: