Bagian Ketiga


Buana K.S. (Muara Bungo)

Batang Bungo

Bahkan orang-orang sudah lupa berapa usiamu mengalir
Barangkali melebihi panjang liukan tubuhmu sampai ke hilir

Setiap hari kita berjumpa di kebisingan kota
Selalu dan selalu aku menangkap keluhmu menderas sampai ke tepi

Kausimpan kegelisahan yang mengalir
Di sekujur tubuhmu yang melulu cokelat muda

Ada desir resah basah kauhanyutkan dari huluan dan kali ini
kausampaikan padaku bersama reranting yang terombang-ambing di tubuhmu

Tentang derita yang menyayatmu dari hulu sampai ke hilir muara
Mereka telah berkhianat dan mencabik-cabik seluruh mahkotamu

Mahkota hijaumu dibabat habis orang-orang yang tak pernah kenyang
Dan kota yang kaubanggakan itu pun mengabaikanmu

Sementara puing-puing jembatan semasa perang bangsa ini
Dan dermaga yang tak lagi terpakai selalu bersamamu tak bergeming

Hingga suatu waktu langit menangkap keluhmu yang berkepanjangan
Turunlah bala tentara hujan melautkan duka-duka rimbamu

Dan perlahan resahmu adalah derita rerumah mungil dan kota-kota
Sampai laut pun mengapungkan keresahan yang membuih
                                                                                                                               

Muara Bungo, 11 Maret 2016

Buana K.S. lahir di Desa Air Kelinsar, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan pada 17 Agustus 1985, dengan nama Lahir  Bambang Hirawan. Event Sastra yang pernah diikutinya adalah Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya I di Sumatera Barat (2012).
Karya puisinya tergabung dalam antologi puisi Penyair Indonesia dan mancanegara, seperti antologi 25 penyair muda nusantara  Traktat Cinta dan Dosa dalam Dendam (Pena Ananda, Juli 2011), antologi sehimpun puisi generasi kini  Jejak Sajak (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012), Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012), Talenta Para Pengukir Tinta Emas (Awang Awang Publishing, 2012), antologi puisi IGAU DANAU (Sanggar Imaji, 2012), bilingual poetry anthology SPRING FIESTA/Pesta Musim Semi (Araska Publisher, 2013), antologi puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi Ambo di Siko (Fam Publishing, 2013), kumpulan puisi penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014), antologi puisi penyair dua kota LACAK KENDURI (Imaji, 2014), antologi puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibukumedia, 2015), antologi penyair Menolak Korupsi IV Ensiklopegila Koruptor (Forum Sastra Surakarta, 2015), antologi puisi Dari Negeri Poci VI “Negeri Laut” (KKK, 2015), antologi puisi Sakkarepmu Penyair Mbeling Indonesia (Sibukumedia, 2015), antologi 13 penyair Jambi PENDARAS RISAU (Rukam & Imaji, 2015), dan antologi puisi penyair Jambi Rumah Cinta (Balai Bahasa Provinsi Jambi, 2015)Saat ini menetap di Muara Bungo, Jambi.
  


Dian Rusdiana (Bekasi)

Monolog Sungai

1/
akulah sungai yang tak pernah letih
menampung hujan menetaskan benih

menyelusur dalam riwayat
membawa butiran pesan langit tak bersekat

mencipta udara dingin yang mengelupas kulit
mengarsir sebuah nama begitu wingit

mengaliri sawah sawah yang gelisah
dan rumah bagi ikan-ikan menelurkan silsilah

di antara percik air batu-batu menyala
memantulkan cahaya berwarna tembaga

perempuan-perempuan kampung mencuci di tepian
tak pernah surut menghanyutkan kebimbangan

2/
akulah sungai yang selalu resah
lewat satu ranah diselimuti geliat sampah

menyaksikan kelindan keriuhan
bagi kota yang memuat ketergesaan

kusaksikan purnama kesepian
tertikam ribuan lampu kesementaraan

3/
di muara kulunaskan perjalanan
melepas kisah yang lama terpendam zaman

dan kepada laut kutawarkan hulu percakapan
biar mengendap menjadi asin kenangan

Bekasi, Maret 2016

Dian Rusdiana, lahir di Jakarta 14 September 1978. Puisi-puisinya pernah dimuat di Buletin JEJAK, Radar Bekasi, Indopos, Majalah Horison, Banjarmasin Post, Cakrawala Makasar, Antologi Kepada Bekasi (2013), Gemuruh Ingatan (2014), Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (2014), Empati untuk Gaza (2014), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia II (2014), Saksi Bekasi (2015), Memandang Bekasi (2015), Negeri Poci 6: Negeri Laut (2015), Tifa Nusantara 2 (2015), dll. Saat ini bersama beberapa penyair aktif berkegiatan di komunitas Forum Sastra Bekasi. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.



Dedy Tri Riyadi (Tegal)

Analogi Sungai

“Lenyapkan aku, habiskan aku dalam hausmu.”

Joko Pinurbo

1/
Aku tahu, kau tak akan berhenti
di bawah bayang jembatan besi. Di antara
batuan padas, rumpun bambu, dan kesepian

yang tak habis diperbincangkan ini.
Kau terus mengalirkan luka – dan sejenisnya
untuk diteruskan sampai habis peradaban.

Aku tahu, di situ hatiku bukanlah batu.
Yang lama-lama tergerus dan kausangsikan
mampu bertahan.Tak ada permisalan sempurna

kecuali sebaris lirik lagu lama – dendang melayu;
“Anak punai, anak merbah, terbang turun buat sarang.
Anak sungai pun berubah, ini pula hati orang.”

2/
Aku sungai, kau pun itu.
Kita saling menggelorakan harapan.
Tak penting sesiapa lebih dulu
berniat menghanyutkan.

Di antara batuan padas, rumpun bambu, dan
kesepian yang tak habis diperbincangkan,

aku beroleh bayang-bayang jembatan besi.
Dan kau mendapatkan kembali

kenangan yang urung terlarung.

3/
Seperti Gangga, Tigris, dan Musi
setiap sungai punya cerita derita sendiri.
Dari tangannya, sejarah dicuri
dan harapan dijarah tanpa henti.

Dari matanya, kita dipertemukan
dengan kekeruhan dalam diri. Dan
berulangkali, seperti bebatuan padas,
ada yang mesti diungkapkan keras-keras.

2015
  
Dedy Tri Riyadi lahir di Tegal, 16 Oktober 1974. Berkenalan dengan sastra melalui beragam komunitas mulai dari Bunga Matahari, Apresiasi Sastra, sampai akhirnya bergiat di komunitas pagelaran sastra dan musik Paguyuban Sastra Rabu Malam (PaSaR Malam).
Di sela-sela kesibukannya sebagai insan periklanan, ditulisnya puisi, cerpen, maupun novel. Beberapa di antara karya puisinya sudah pernah dimuat di lembaran sastra surat kabar minggu, seperti Kompas, Koran Tempo, Jurnal Nasional, Pikiran Rakyat, dan ada juga yang dimuat dalam Majalah Sastra Horison, Majalah Insan Periklanan, dan Antologi Dewan Kesenian Jakarta. Sedangkan antologi puisinya bersama Maulana Ahmad dan Inez Dikara terbit tahun 2007 silam.
Buku puisi pribadinya pertama kali terbit tahun 2011 bertajuk Gelembung melalui penerbit PaSaR Malam. Lalu di tahun 2014, buku puisinya berjudul Liburan Penyair diterbitkan oleh Penerbit Halaman Indonesia. Meskipun begitu, dia lebih sering memuat puisi-puisi karya melalui halaman blog pribadinya yaitu www.toko-sepatu.blogspot.com atau pun melalui halaman facebook-nya.




Dyah Kencono Puspito Dewi (Bekasi)

Pemakaman Sungai


Seperti lenggok tari serimpi
Sehalus sabetan sampurnya
Mematahkan jiwa yang pasrah
Begitupun ganggang di kali
Batang hijaunya melenggang sempurna
Searah arus air meliuk-liuk ramah
Hiasi dasar sungai indah tak kira
Pada sungai yang mulai cokelat
Berbusa-busa bagai bisa salju
Gemerciknya kini adalah rintihan tak bertepi
Ganggang di kali tak lagi mampu bertunas
Irama lenggangnya tak kasat mata pula
Tergerus limbah pekat yang bukan maunya
Ini bukan kehendak alam
Hanya ruda paksa manusia
Ganggang di sungai menangis
Tarian nya tak lagi sempurna
Batang batangnya tergerus pupus
Siapa akan mengkafaninya
Ikan-ikan di kali pun berduka
Ke mana akan sembunyikan diri
Sang arus makin rakus
Menghitam dan meradang
Libas segala rupa
Akar ganggang telah tercerabut
Tak bersisa
Pemakaman di sungai terjadi sudah
Duka siapa terhempas di arusnya
Bukan kehendak alam
Tapi ruda paksa manusia
Siapa kan menangis

Bekasi, 150316

Dyah Kencono Puspito Dewi lahir 25 Mei. Puisi puisinya terangkum dalam antologi bersama Kilau Zamrud Khatulistiwa (Yogya 1984), Manusia dan Mata-Mata Tuhan, Yogya Istimewa, Indonesia Dalam Titik 13, Cinta Rindu dan Kematian, Puisi Menolak Korupsi 2a, Langkah Kita, Solo dalam Puisi, Puisi Menolak Korupsi 4, Puisi Menolak Korupsi 5 (Perempuan Menentang Korupsi), Puisi Memo untuk Presiden, dan Duka Gaza Duka Kita. Kurator dan penggagas antologi puisi Memandang Bekasi. Sekarang aktif di Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi. Pos-El: puspito62@gmail.com Nomor ponsel: 081219753791/ 085780408379.




Edi Santosa (Banjarbaru)

Bahasa Sungai

Riak-riak berteriak aku tersentak
Sungai berdarah mengaliri sawah-sawah
Petani membajak dengan payah
Keringatnya menetes bercampur dengan tanah
Mereka memberi padi, engkau memberi polusi

 Riak-riak berteriak aku tersentak
Sungai bernanah mengalir ke segala arah
Orang-orang resah berbondong-bondong membunuhnya dengan sampah
Mereka memberi penghidupan, engkau memberi pengkhianatan

Riak-riak berteriak aku tersentak
mengalir hening dalam tarian
daya pikir, rasa dan mencipta
manusia berkarya
mereka beri kecukupan, engkau memberi kotoran

Riak-riak berteriak akankah tersentak
Sungai mengalir lugu liuknya melagu
Menyimpan dendam  semakin dalam
dan ketika daya tertempuh penuh
dalam sekejap akan melibasnya
berbicara dengan bahasanya
Oh Sungai

Banjarbaru, 10 Maret 2016
  
Edi Santosa lahir di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, 18 September 1974. SD sampai  SMA di Kabupaten Kulonprogo, pendidikan tinggi ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, di Fakultas Kedokteran Hewan, dan dinyatakan lulus sebagai dokter hewan pada tahun 2004.
Menikah pada tahun 2011 mempersunting gadis Banyuwangi yang bernama Dwi Esti Handayani dan dikaruniai tiga orang putra putri yang bernama, Muhammad Fakhri Izzudin, Nabila Ghina Hanifah, dan Luqman Syaqiq Shalahudin.
Pada waktu kuliah di UGM, pernah ditunjuk oleh Kampus sebagai Asisten Dosen Statistika, setelah lulus kuliah bekerja di beberapa perusahaan swasta di beberapa kota Besar di pulau jawa dan Bali, dan akhirnya pada tahun 2007 memutuskan untuk mengabdi menjadi PNS di lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada Dinas Peternakan
Aktif dalam pembacaan puisi dan cerpen dalam berbagai acara sejak SMP sampai sekarang . Karya-karya puisi yang dimuat antara lain pada antalogi puisi : Kalimantan Selatan : Menolak untuk Menyerah (2015), Goyang Wc ( 2016), Ibu dalam Balutan Rindu ( 2016), dan Ayo Goyang ( 2016).  Nomor ponsel:  081256560202. Pos-El: drh.edisantosa@gmail.com. Laman:  www.edisantosa.com.  Alamat surat: drh. Edi Santosa d.a.  Dinas Peternakan Prov. Kalimantan Selatan, Jalan  Jendral Sudirman No. 7, Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70711.



Elly Andromeda (Bandung)

Melarung Cikapundung

kemarau yang datang, matahari yang riang
batu-batu menunggu anak-anak berteriak
kegembiraan terapung bersama limbah
dari hulu penghianatan mengalir seusiaku
keringat bumi menyentuh ladang jauh
perempuan berkulit putih fana mandi jua
di kejauhan jembatan lalu lalang kehidupan
dari jendela mobil berpuluh pasang memandang
segala lumut sejak Maribaya selancar cintaku
ketam semakin hitam di sela Banceuy
berpuluh kilometer ikan bertahan hidup
di musim hujan kotaku bernapas deras

Bandung (01032016)

Elly penulis asal Kota Bandung kelahiran Juni 1973. Dengan menggunakan nama Elly Andromeda pada akun jejaring sosialnya. Selalu dan masih belajar menulis puisi dari pengalaman spiritualnya sebagai salah satu kebutuhan batinnya. Pernah tergabung dalam beberapa antologi bersama.




Eri Syofratmin  (Muara Bungo)

Kering Kerontang Kuning Tai

Amarah geram dendamku
Menganak sungai ke banda-banda

Ke parit-parit, ke got-got
Ke selokan-selokan

Air limbah busuknya
Hasil onani pabrik-pabrik

Mesin-mesin dongfeng pencari butiran emas
Hampas kentut tainya menggenang di Sungai Batang Tebo

Menghitamkan Sungai Batang Bungo
Mengeruhkan aliran Batang Hari

Ikan-ikan menggelepar-gelepar pada mati
Air Sungai Tanah Pilih kering kerontang kuning tai

Akibat hisapan bertriliyun-triliyun akar-akar sawit
Sementara para penguasa dan pejabat kongkalingkong

Yang penting kantong tak kosong
Yang penting uang bertong-tong

Muara Bungo, 9 Maret 2016

Eri Syofratmin lahir di Muara Bungo, 7 September 1970. Mulai bergiat di dunia seni dan sastra ketika menempuh pendidikan di ASKI Padangpanjang pada tahun 1989 sampai tahun 1994 dan melanjutkan studi S1 di IKIP Padang Jurusan Sendratasik selesai pada tahun 1998. Semasa kuliah banyak berkecimpung di Taman Budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman Sumatera Barat. Pendiri Forum Komunikasi dan Kreasi Pemuda di Kabupaten Bungo. Pernah aktif di Sanggar Pemda Kabupaten Bungo yang bergerak di bidang seni tari dan musik tradisi.
Puisi puisinya banyak dimuat diterbitan Ganto, Harian Singgalang, dll. Puisi-puisinya juga tergabung dalam antologi bersama seperti PRASASTI (1999), LACAK KENDURI (Dewan Kesenian Merangin, 2015) KITAB KARMINA INDONESIA (KKK, 2015), Sekumpulan Puisi Sakkarepmu Penyair Mbeling Indonesia (Sibukumedia, 2015), Kumpulan Puisi 13 Penyair Jambi Pendaras Risau (Rukam & Imaji, 2015) 70 Penulis Puisi Menyemai Ingat Menuai Hormat (D3M KAIL, 2015), dan Ombak Biru Semenanjung, 1020 Sonian Tiga Negara (KKK 2016). Saat ini menjadi tenaga pengajar Seni Budaya di SMPN 1 Muko Muko Bathin VII dan SMPN 1 Muara Bungo.
Alamat: RM. SATE KAMBING LERI ASKA, Jalan SUDIRMAN KM. O ( Depan Hotel Pelangi), Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo-Jambi-37214. Pos-El: eri_syofratmin@yahoo.co.id, Nomor ponsel: 081368111271.



Fatimah (Pekan Baru)

Sungai Cempaka

Dirimu mengalir lepas seperti kupu-kupu mengepak bebas
Tiada hambatan, apalagi tekanan batin yang nelangsa
Kau semata senang berbagi kegembiraan
Bersama masyarakat hilir kota

Percikanmu membuat ikan-ikan menari meliukkan diri
Tubuhmu ialah surga anak-anak melepas riang
Juga area mencuci dan pemandian ibu-ibu desa
Dan tempat hiburan pemancing mania

Bagiku, kaulah napas kehidupan desa
Aliran panjangmu membentang, serasa mengalahkan lebarnya samudera

Padang, 8 Maret 2016

Fatimah lahir di Pekan Baru, 18 Oktober 1993. Saat ini masih kuliah di Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, IAIN Imam Bonjol, Padang. Ia bisa dihubungi di nomor ponsel 085264462539 atau Pos-El: fatimah.if4@gmail.com, dan bisa juga via facebook:  FatiMah Althafunnisa. Alamat sekarang Jalan M. Yunus. No. 30. RT 02/04, Surau Balai, Anduring, Kuranji, Padang, Sumatera Barat.



Fauzi Rohmah (Tanah Bumbu)

Hulu ke Muara Aku Nelangsa

Kepadamu?

Telah kuhaturkan senyum ramahku untukmu
Kupersembahkan kasih tulus kepadamu
dan telah kuserahkan nadi kehidupanku
untuk menghijaukanmu
Hingga wangimu semerbak,
mengepakkan kelopak, mekar ranum dan siap dipetik

Aku mengalirimu sepanjang jejakmu dari hulu
Di antara percumbuanmu aku menjadi penghulu
Di bawah mega yang bergumul berarak
Di angkasa. Udara mengembuskan rasa menyisir dedaunan layu

Kepadamu?

Restuku untukmu yang asyik masyuk bercinta
Tetarian ikan-ikan. Angin menderu memacu gelombang
Melantunkan kidung dayang-dayang buih
Layar terkembang menghantarkanmu menyemai benih
Kupu-kupu berdansa ria di pucuk-pucuk kelopak bunga
Menyesap manisnya sari di kandungannya
Kumbang kumbang berkejaran mengitarinya dan bernyanyi
Mendendangkan irama bahagia di musim semi
Kunyalakan cahaya kunang-kunang di gulitanya malam
Lentara untukmu dalam perjalanan. Muara

Kepadamu?

Oh, tiada kusangka sungguh hina diriku di  matamu
kaubalas kebaikanku dengan air limbahmu
Kaularutkan racun, tenggorkanku tercekat
Laksana ikan terkena tuba
Aku menggelepar dan terkapar
Aku tercemar, dan nyaris mati tak wajar
Bertumpukan perih. Hulu ke muara aku nelangsa.

Tanah Bumbu, 26/01/2016
  
Fauzi Rohmah lahir di Magelang, 01 Juni 1990. Semasa kecil mulai gemar membaca koran dan majalah yang memuat cerpen. Lulusan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah ini sejak tahun 2014 aktif mengajar di SMKN 1 Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan sebagai guru Bahasa Indonesia. Bertempat tinggal di Jalan Mustika (Sedap Malam) RT 02, Desa Batuah, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Prestasi pertama yang diraihnya sebagai juara harapan II lomba Penulisan Teks Kebahasaan bagi Guru SMP dan SMA se-Kalimantan Selatan pada lomba Bulan Bahasa yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015. Menyenangi alam, baginya awan, ombak, laut, hutan, dan sawah adalah puisi terindah Tuhan.
Bisa dihubungi via Pos-El: fauzi.rohmah90@gmail.com, dan Facebook: https://www.facebook.com/zie.roro. nomor ponsel: 085348084344.

  


Hadi Sastra (Tangerang)

Ketika Bah Menyapa
-- kali angke

melampaui sungai ini, mataku menangkap
bah menyapa tambak-tambak pemancingan
-- tempat orang-orang melumat waktu
    dengan kepulan asap rokok, pelet dan mata kail

sementara, ikan-ikan mencari nasib sendiri
merobek bibir tambak, menyambut lambaian arus
-- seperti kawanan kelelawar memecah langit
    menggapai pengharapan untuk esok hari

sapaan bah melambatkan perjalananku
di antara riuh orang-orang memburu ikan
dengan jala dan beragam peralatan

bah menyapa tanah-tanah pelataran
undang kericuhan, warnai pagi
tenggelamkan jalan dan mata kaki

bah yang datang menyapa
apakah menenggelamkan mata hati?

Tangsel, Maret 2016

Hadi Sastra, adalah nama pena dari Washadi. Lahir di Brebes pada tanggal 4 Juli. Seorang guru di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Pernah menjadi Kontributor Berita di Harian Umum Suara Tangsel, Redaktur Tabloid Perkasa Nusantara, Pemimpin Umum Majalah dan Buletin Assa’adah, dan Pemimpin Redaksi Buletin Mantra. Tulisan-tulisannya dimuat di sejumlah media massa dan beberapa antologi puisi dan antologi cerpen.
Aktif berkegiatan sastra di Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Tangerang Selatan. Saat ini menjabat sebagai Sekretaris Komite Sastra Dewan Kesenian Tangerang Selatan (DKTS) merangkap Komite Sastra DKTS. Pos-El: hdsastra47@gmail.com. Facebook: hadi_patjul@yahoo.com. Nomor ponsel: 081212656095




Hasan Bisri BFC (Bogor)

Kali Pencongan

berdiri di punggung jembatan ini
jiwaku direntang 3 daratan masa
yang masing-masingnya ditandai kecemasan
dan kehampaan serupa

Daratan masa 1

berpuluh tahun lewat usia
ketika negeri dicengkeram Walanda
serenceng peluru menetaskan sejuta syuhada
pada dada sungai, airnya menjelma karpet merah
dari kucuran darah melimpah

di atasnya bersijingkat arwah pejuang dan kenangan
digulung mayat-mayat yang mengambang
sementara pada bahu bantaran
para perempuan meratap dan nyalang
menuruti utas sungai hingga mulut muara
adakah lakiku di situ?
adakah menantu dan atau anak-anakku di situ?

Daratan masa 2

kutebarkan jala dan pancing di dada kali
tak kutemukan ikan-ikan
di manakah gerangan kakap sedepa
dan urang satang yang menggugah selera?
seperti bertahun silam
ketika kali belum lagi jadi lambang
kecemasan dan kegelisahan

kuturutkan deras arus air
tak kuasa menolak takdir
dan hanya kepasrahan menerima derita bersama
gelepar ikan-ikan dan kura-kura
mengurut sulur galur nenek moyangku
di  punggung jembatan ini

kali tampakkan kecemasan melimpah
tapi pada batas ini aku dipukul rasa getun
lukisan-lukisan kecemasan dan ketakutan dan rasa putus asa
pada lembaran air yang tergelar lebar
bau amis surga menimbun bening embun
warna merah kehitaman disedu bahan kimia
dari limbah pabrik batik kukira
adakah adikku tertimbun jati dirinya di situ?

Daratan masa 3

saban tegung di punggung jembatan ini
ada yang ngoyak-ngoyak jiwa
dan cemas tak mampu mendamaikan dirinya
janin-janin tak lagi tidur dan lena
dipukat kecemasan yang sama
sementara embun dipermainkan cahaya
cahaya dipermainkan ketiak dedaun dan bunga
di bibir sungai dan perut bantaran kali
adakah hantu dan ketakutan bagi anak-anak
yang berpengharapan?

kali tak lagi bisa diseberangi
oleh tangan-tangan kecil bocah-bocah kecil
seperti masa laluku nsaat melupa segala hantu
di rahang waktu, nasib begitu ketat bergayut

tapi dengarlah
suara-suara malaikat kota
yan g dihembuskan harum napas turistik
kan menyulap bantaran dan kali
menjadi surga yang masih kira-kira

Hasan Bisri BFC lahir di Pekalongan, 1 Desember 1963. Menulis puisi, cerpen, esai, humor, wayang mbeling, geguritan, kritik film, dan skenario. Karya-karyanya dimuat di Republika, Surabaya Post, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Femina, Gadis, Berita Buana, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Suara Pembaruan. Koran Sindo, Solo Pos, Buletin Jejak, dll. Puisinya dimuat dalam 35 antologi, antara lain Saksi Bekasi (2015), Sang Peneroka (2015), Merangkai Damai (2015), Dari Negeri Poci 5: Negeri Abal-Abal (2014), Lumbung Puisi Sastrawan Nusantara II (2014 ), Solo dalam Puisi (2014), From Cradle to Grave (2014), Jalan Cahaya (2014 ), Bogor dalam Komposisi (2013), Pertemuan Sastrawan Nusantara I, Tifa Nusantara (2013), antologi Dwibahasa Indonesia–Mandarin Pertemuan Persahabatan (2013 ), Sauk Seloko (PPN VI, 2012), Akulah Musi (PPN V, 2011),  Beranda Senja (2010), Rumpun Kita (PPN III, 2009), Tanah Pilih ( TSI I, 2008 ), The 1st International Poetry Gathering (PPN I, 2007), antologi Dwibahasa Indonesia–Mandarin Resonansi (2000); Antologi Puisi Indonesia (1997), dan antologi tunggalnya yang berjudul Jazirah Api terbit 2011.
Puisi-puisinya dibacakan secara langsung di TPI/ MNCTV, Indosiar dan TV Edukasi.  Sering diundang membacakan puisi dan diskusi di mancanegara antara lain di Rumah PENA dan GAPENA (Kuala Lumpur, 1999), Dialog Utara VIII di Thailand Selatan (1999), Hari Puisi Nasional XVI di Langkawi (2000), Hari Puisi Nasional XVII di Sarawak (2001), Kembara Budaya di Miri, Sibu, Kuching (2001), dan PPN IV di Brunei (2010).
Ia juga pernhah menjadi pemakalah XI di Brunei (2001). Diundang oleh DKJ TIM di Tadarus Puisi untuk membacakan pusi-puisinya (2013 dan 2014 ). Dewan Pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) ini kini juga aktif di Forum Sastra Bekasi (FSB). Penulis sekarang tinggal di Jalan Anggrek I Blok F2 nomor 2-3 Vila Nusa Indah, Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor 17427 dan bisa dikontak melalaui Pos-El: jazirahapi@gmail.com atau nomor ponsel 0818988613 dan 08888003224.

Silakan klik Daftar Isi untuk membaca bagian-bagian lainnya.

0 comments: