Friday, November 7, 2025

Buah Catur Kedua Tuan Xi

Ilustrasi: Pixabay

Siapa yang pertama? Agaknya pertanyaan itu yang muncul setelah membaca judul di atas. Ya, jika ada yang kedua, pastilah ada pendahulunya. 

Sebelum menjawab pertanyaan itu, sebaiknya perlu diketahui dulu siapakah Tuan Xi itu. Dia merupakan seorang pemimpin dari sebuah negara purba bernama Republik Utara Raya. Letaknya tak jauh dari pulau kecil yang sangat fenomenal dan dikenal juga sebagai Pulau Bunun pada masa tersebut. 

Ambisi pria bertubuh tinggi besar ini sungguh di luar pikiran sehat. Segala cara untuk menguasai dunia dilakukannya meski harus membunuh banyak manusia.  Nah, salah satu negara yang hendak ditundukkannya adalah Republik Serikat Selatan. 

Negara incarannya itu berpenduduk padat. Dari sisi ekonomi, kepadatannya saja sudah dapat memenuhi kantong ekonomi Tuan Xi. Dan, yang paling menggiurkan terletak pada sumber daya alamnya yang melimpah ruah. 

Maka, diutuslah seorang agen intelijen lapangan senior kepercayaan Tuan Xi ke negara incarannya dengan segera. Setibanya di sana, pria bernama Jaman Lidi yang ahli memata-matai ini bergegas menghubungi intel pengkhianat bernama Hand Panjang. Mereka menjalankan misi penguasaan dengan menempatkan buah catur pertama sebagai presiden sah di negara incaran. Ini guna  menguasai negara tersebut oleh Tuan Xi tanpa menggunakan kekuatan militernya. 

Selama sepuluh tahun, segala yang diinginkan Tuan Xi dari negara yang telah dikuasainya secara diam-diam itu terwujud. Mulai dari pengerukan sumber daya alam hingga pemiskinan rakyat jajahan. Sungguh akal yang sangat cerdas. Dia tinggal menyuruh buah caturnya begini dan begitu sesuai keinginannya dan semua dapat diwujudkan dengan luar biasa. 

Meskipun demikian, dia belum bisa terang-terangan menyatakan bahwa negara incarannya sudah di bawah kekuasaannya. Pasalnya, masih ada tokoh dan masyarakat yang kritis di sana. Itulah sebabnya, Tuan Xi masih mengikuti agenda politik yang ada, seperti adanya pemilihan presiden lewat jalur resmi. 

Lantaran jabatan presiden di negara incarannya hanya boleh diemban selama dua periode (lima tahun pertama dan lima tahun kedua), maka perlu buah catur berikutnya atau yang kedua Tuan Xi. 

Singkat cerita, yang kedua pun jadi presiden boneka. Semua bisa dikendalikan dan dia berharap di periode ini dirinya benar-benar dapat menguasai negara tersebut sepenuhnya. 

Jika tokoh dan rakyat protes, cara memberangusnya sangat mudah, yakni tembak di tempat. Beres! 

Begitulah legenda Tuan Xi terkait buah catur keduanya di negara yang dia incar. 

Sunday, November 2, 2025

Empat Sastrawan Bertemu di Sebuah Warung

Empat sastrawan bertemu di sebuah warung (Sumber foto: Rosyidi Ariadi) 

Agaknya sebuah pertanyaan awal segera muncul, "Siapa mereka?" Dan, pertanyaan berikutnya yang berpotensi menyembul adalah, "Di warung mana?"

Baiklah, saya akan bercerita sedikit. Sekitar dua hari lalu, seorang teman yang juga sastrawan mengirimi saya pesan via whatsapp. Ya, sebuah pesan yang menurut saya lumayan singkat dan padat. Begini tulisnya, "Bersama H. Fahmi Wahid, Zulfaisal Putra, dan Gt Ardiansyah di salah satu warung di Jl Temenggung Tilung sebelah Menteng 20 Palangka Raya Kalimantan Tengah."

Teman saya itu bernama Rosyidi Ariyadi yang dikenal sebagai penyair Isen Mulang (pantang mundur) asal Palangkaraya.

Nah, pertanyaan lainnya yang akan mengudara ialah, ada apa di Palangkaraya sehingga mereka melakukan pertemuan di kota cantik itu?

Konon, pada akhir oktober hingga awal november tahun ini ada sebuah perhelatan akbar di sana yang melibatkan banyak sastrawan dari berbagai kota di Indonesia dan negara-negara serumpun.

Wow! Sungguh luar biasa dan ketika itulah otomatis menjadi waktu yang tepat sebagai sebuah kesempatan emas bagi keempatnya bertemu. Agar pertemuan terasa hangat dalam suasana keakraban, dipilihlah sebuah warung yang jauh dari hiruk pikuk kesibukan pusat kota.

Dalam foto terlihat dari kiri H. Fahmi Wahid, Rosyidi Ariyadi, Zulfasal Putera, dan Gusti Ardiansyah.