Tuesday, November 18, 2025

Tanah Airku Menjelang Tidur, Puisi Karya ZULHAMDANI AS

Ilustrasi: Pixabay


Aku menangis hutanku terbakar dan dibakar
Aku menangis jiwaku terbakar dan membakar
Aku menangis pikiranku terbakar
Aku menangis rumahku dibakar
Aku menangis suku dan suku membakar
Aku menangis sang saka merah putih tak berkibar
Aku menangis bangsaku adalah barbar

Negeriku hanya sehelai sutra putih di awan-awan
Tak melihat lagi nyiur melambai di tepi pantai
Negeriku hanya seuntai benang merah
yang putus dibawa layang-layang
terbang menuju sirna

Perahu-perahu layar kegelapan
membawa rakyat negeri ini semakin berdarah
luka-luka bumi menganga
roh-roh berterbangan
memeluk jasad membusuk
Angin melukis tebing dan ngarai
Gelombang menghempas zaman
Langit tergores oleh kuku garuda
Tak mendengar lagi nyanyian rayuan kelapa
Bangsa ini setetes air di atas daun keladi
Para hantu sedang di pucuk bertengger
menggoyang kursi-kursi pemimpin bercula
Tiada keramahan melukis wajah-wajah
Tiada keiklasan membaca selembar sumpah
Tiada kepastian membawa langkah
Tiada kearifan menebar sukma
Tiada merasa bersalah oleh ulah
Aku terjebak dalam kelahiran dini
Jiwaku terkupas berbaring disuatu ketika
Langkahku membayang dan tergantung di pojok dinding malam
Warisan apa yang harus keberikan anak cucuku nanti
✿✿✿

Taman Anggrek, Jakarta, 29 Januari 2000


Tentang Penyair

ZULHAMDANI AS
lahir di sebuah kota kecil, kota perjuangan Sanga-sanga, 13 Mei 1958. Belajar teater dan film di ASDRAFI (Akademi Seni Drama dan Film Indonesia) di Yogyakarta. Lulus dari ASDRAFI pada tahun 1982. Dan pernah mengajar pelatihan pantomim di ASDRAFI selama 2 tahun.

Pada tahun 1980--1986 berkeliling di beberapa daerah di tanah air termasuk Kaltim untuk pentas teater, pantomim, dan memberikan Workshop Teater. Sebagai seorang sastrawan dan seniman senior Kaltim, karya-karyanya berupa cerpen, puisi, karya tulis, dan lain-lain sudah banyak dimuat di media lokal, nasional dan internet. 

Salah satu cerpennya termuat dalam buku kumpulan cerpen "Bingkisan Petir'. Juga sudah menulis 100 puisi lebih. Dia juga
seorang penulis skenario TV. Karya tulis skenario TV sudah ditulisnya sebanyak 73 judul, antara lain "Anak Sepanjang Sungai" (50 episode), "Hantu Banyu" (20 episode), "Mandau" (FTV), dan lain-lain. Salah satu episode "Anak Sepanjang Sungai" mewakili Indonesia dalam Festival Sinetron Anak-anak Antarnegara Asia Pasific di Jepang. Begitu pula film televisi (FTV) yang berjudul "Mandau" sudah pernah ditayangkan TVRI Jakarta, TPI Jakarta, TVRI Balikpapan, TVRI Samarinda, dan TV3 Malaysia. 

Murid-murid akting binaannya sudah pernah dua kali sebagai juara umum nasional di Jakarta dalam audisi bintang sinetron. Alhasil sudah banyak dipakai dalam pembuatan sinetron di Jakarta sebagai peran pembantu utama. Dan dia pernah juga membintangi FTV "Mandau" sebagai peran utama (antagonis), film semi dokumenter "Dibalik Penobatan Sultan Salahuddin" di Tenggarong, dan "Apa-apanya Dong" sebagai peran pengganti Titiek Puspa, juga film sejarah "Janur Kuning", "Serangan Fajar", dan "Asal di Fajar
Merah", sebagai peran pembantu dan peran figuran. 

Pada tahun 2002 mendapatkan juara II nasional penulisan buku cerita dengan judul "Dayak-Dayak" di Jakarta yang diselenggarakan oleh Depag RI di Jakarta. Dan mendapatkan DKB Award pada tahun 2002 di bidang teater. Juga pernah menerima 3 kali berturut-turut penghargaan tertinggi dari Pemkot Balikpapan di bidang pembinaan teater dan pemerhati seni pada tahun 2003, penghargaan tertinggi
Walikota Tanjung Pinang, penghargaan Persatuan Penulis Nasional Malaysia, penghargaan Persatuan Penulis di Kerajaan Brunei Darussalam. 

Hingga 2011 masih aktif di organisasi PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) Kaltim dan DKB (Dewan Kesenian Balikpapan), juga masih mengajar di SMA Negeri 1 Balikpapan, SMP Negeri 1 Balikpapan, MTS Negeri 1 Balikpapan, SMP Negeri 3 Balikpapan, dan SMP PD 2 Pertamina Balikpapan dan Dewan Kesenian Balikpapan (DKB). 

Sumber: Buku "Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia

0 comments: