Monday, February 11, 2019

Tanjung Gajah Mundur



Pada zaman dahulu di muara Sungai Kahayan kedatangan sekelompok gajah yang meninggalkan habitat asalnya.

Maksud kedatangan gajah-gajah itu ialah mencari tempat tinggal yang terdapat makanan dari air sekaligus ingin menguasai tempat yang baru mereka temukan. Pada suatu hari mereka bertemu dengan seokor kancil. Mereka berkenalan dan bersepakat, jika gajah-gajah itu kalah adu kekuatan dengan penguasa di tempat tersebut, gajah-gajah itu menjadi hamba sahaya, dan jika gajah menang, ketua gajah menjadi raja di tempat tersebut.

Setelah itu kancil pergi mencari raja badak. Mendengar cerita kancil tentang gajah-gajah dan tentang adu kekuatan tersebut, badak menyuruh kancil mengumpulkan teman-teman mereka untuk mencari cara agar gajah-gajah dapat mereka kalahkan.

Kancil akhirnya mempunyai akal untuk membuat gajah-gajah itu menyerah dan mundur. Dengan akalnya kancil menyiapkan sehelai bulu landak yang paling panjang, seruas bambu yang berisi kentut binatang yang paling bau, dan satu lembar kulat barung yang paling besar.

Dengan perlengkapan itu kancil bersama-sama temannya dan raja badak pergi ke tempat gajah-gajah tersebut. Kancil mendekati kelompok gajah dan memanggil pemimpin gajah untuk menunjukkan ketiga benda yang dibawanya kepada pemimpin gajah.

Saat itu kancil menjelaskan kepada pemimpin gajah bahwa rajanya tidak usah datang dahulu, tetapi cukup dengan memperlihatkan beberapa hal sebagai gambaran dari raja di tempat itu. Bulu landak yang paling panjang dikatakan kancil adalah rambut ketiak raja. Isi ruas bambu dikatakan kancil kepada pemimpin gajah adalah kentut raja. Kulat barung dikatakan kancil kepada pemimpin gajah adalah telinga raja. Melihat dan mengetahui ketiga benda itu, pemimpin gajah gemetar ketakutan dan menyerah. 


0 comments: