Monday, November 12, 2018

6 Puisi Pilihan tentang Perempuan Karya Abidah El Khalieqy



Setiap orang mungkin pernah berpuisi. Mengungkapkan gerak batin lewat kata-kata. Tentang cinta, petualangan, atau bisa jadi mengenai alam sebagai tempat segala yang hidup dalam alur kehidupannya masing-masing. Dan, menikmati untaian kata, lirik, juga bait yang indah tentu menjadi kegembiraan, bahkan kenyamanan tersendiri. Nah, berikut adalah enam puisi pilihan  tentang perempuan, baik dalam aku lirik, maupun  sosok perempuan tertentu karya Abidah El Khalieqy. Penyair yang satu ini terkenal piawai dalam berpuisi dan juga berkarya sastra lainnya. Penasaran? Selamat menimati.



Aku Hadir

Aku perempuan yang menyeberangi zaman
membara tanganku menggenggam pusaka

: suara diam

menyaksikan pertempuran memperanakkan tahta
raja raja memecahkan wajah
silsilah kekuasaan

Aku perempuan yang merakit titian
menabur lahar berapi di bukit sunyi
membentangkan impian di ladang ladang mati
musik gelisah dari kerak bumi

Aku perempuan yang hadir dan mengalir
membawa kemudi
panji matahari

Aku perempuan yang kembali
dan berkemas pergi

(1991)

  

Ibuku Laut Berkobar

Ibuku laut berkobar
gemuruhnya memanggil manggil namaku
di bukit purnama pepujian
berjalinan rindu memadat
menyala gelegak kasmaran
yang terus meruah
berkibar lembar gairah
mengiring bulanku singgasana
fitrahku kembali menghirup udara
dari persekutuan
embun baka

Setetes cindramatamu
mengungguli istana seribu dewa
kuimani sudah

(1989)

  

Perempuan yang Ibu

Perempuan yang ibu tak kan lahir
dari rahim bumi belepotan lumpur dan nanah 
nurani berselubung cadar kegelapan
dan pekat bersama harapan
terkapar

Perempuan yang ibu lahir
dari buaian cakrawala
dari ukiran udara warna daun semesta
yang menyapa alam dengan bahasa mawar
atau kebeningan telaga

Tak ada matahari
luput dari jendela

(1990)

  

Kerajaan Sunyi

Syair malamku
ke Sinai aku menuju
tak terbayang kerinduan melaut
tak terpermai kesunyian memagut

Seperti bumi padang sahara
haus dan lapar mengecap di bibir
merengkuh mimpi saat madu terkepung lebah
kekosongan dalam tetirah

Padang padang membentang
melahap tubuhku tanpa tulang
dan kesana alamat kucari

Kerajaan Sunyi!

(2000)
  


Ibuku Mendaki Badai

Ibuku melahirkan seribu raja
seribu maut memanah jantungnya
tak habis-habis semerbak mawar
di bibirnya
ditaburi seladang damba
terbangun  di tengah doa
raja-raja bertahta dalam kuasa
memetik kuntum demi kuntum nirwana
merajalela dalam lapar dahaga
merampoki piala
wajah-wajah renta

Ibuku mendaki badai
membeli kelahiranku dengan maut
dan laki-laki menjual kehidupannya
demi sepotong opera
diraja bermahkota
merajam kata cinta

Ibuku melahirkan seribu dukana
mendaki badai
sejak mula
tanpa akhirnya

(2001)



Kidung Simalakama

Aku berdiri di bawah khuldi 
saat senja menyamar
seperti iblis tanpa diundang
berbilah racun bersarung pedang
menusuk lambungku
di langit terang

Aku berdiri menangkar sunyi bumi
sendiri
menerbangi titik niskala
menyusupkan jiwa
ke puncak tahta
cahaya Cinta

Tak ada waktu membayang
merekah dan mengaku kalah
jengkal tanah selalu begitu
menghisap semua bunga
sekaligus putiknya

Hawa menembang lagu merdu 
serupa kidung simalakama

(2003)


Tentang Penyair


Abidah El Khalieqy, penyair dan novelis, tinggal di Yogyakarta.  Karya-karya kesusastraannya diikutkan dalam berbagai buku antologi bersama seperti: ASEANO: An Antology of Poems Shoutheast Asia (1996), Cyber Album Indonesia – Australia (1998), Force Majeure (2007), Rainbow: Indonesian Womens Poet (2008),  Word Without Borders (2009), E- Books Library For Diffabel (2007), I-lit.com (2012) dan lebih dari 30 buku sastra lainya. Membacakan karya-karya puisinya di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1994, 2000), menjadi peserta APWLD (Asia Pacific Forum on Women, Law and Development, 1987), serta aktif dalam KDPI (Kelompok Diskusi Perempuan Internasional, 1987-1989). Mewakili Indonesia dalam ASEAN Writers Conference/Work Shop Poetry di Manila, Philipina (1995). Menjadi pendamping dalam Bengkel Kerja Penulisan Kreatif MASTERA (Majlis Sastra Asia Tenggara, 1997). Membacakan puisi-puisinya di sekretariat ASEAN (1998), Konferensi Perempuan Islam se Asia-Pasifik dan Timur-Tengah (1999), International Literary Biennale (2007), Jakarta International Literary Festival (2008), Aceh International Literary Festival (2009) dan, Konferensi Pengarang Muslimah di Kuala Lumpur (2010). Bedah Film dan Novel “Perempuan Berkalung Sorban” di Hongkong (2009) dan, Singapura (2010). Mengikuti progam SBSB (Siswa Bertanya Sastrawan Bicara) di berbagai kota besar di Indonesia (2001-2008) Mendapat Penghargaan Seni dari Pemerintah DIY (1998). Menjadi pemenang dalam Lomba Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (2003). Dinobatkan sebagai tokoh “10 Anak Zaman Menerobos Batas” oleh Majalah As-Syir’ah (2004). Memperoleh anugerah IKAPI dan Balai Bahasa Award (2008), Adab Award dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2009). Dinobatkan sebagai “Sepuluh Muslimah Kreatif” oleh Majalah NooR (2010). Memperoleh Anugrah Sastra dari Kemendikbud RI (2011).

Bukunya yang sudah terbit: Ibuku Laut Berkobar (1997), Menari Di Atas Gunting (2001), Perempuan Berkalung Sorban (2001), Atas Singgasana (2002), Genijora (2004),  Mahabbah Rindu (2007), Nirzona (2008), Mikraj Odyssey (2009), Kisah Tuhu  (2009), Menebus Impian (2010),  Mataraisa (2012), Santri Cengkir (2015), Mimpi Anak Pulau (2015), Bait-bait Multazam (2015), dll.

Sumber foto: www.pixabay.com (gratis)