Friday, February 5, 2021

Puisi-Puisi Hasan Al Banna dalam Sauk Seloko


Kampung Hujan

                   -padangsidimpuan

adakah langitmu senantiasa mengasah pisau
tajam dan berkilau

mengirim irisan hujan ke pekarangan
menanam rindu ke kenangan

aku tak pernah mengenal setangkup payung
tiada jas hujan di almariku

aku bukan pengintai tempat berlindung
rindang pohon bukan hilir pelarianku

pakaianku dirajut dari kumparan angin
kain selimutku terbuat dari daging kabut

di sini, anak-anak hujan memahat liuk jalan
sampai ke pintu rumah

di kejauhan, inang hujan mengasuh lungkup bukit
dan lentang sawah-ladang

adalah gelipur lumpur
yang mengukir kakiku sekokoh jati

ialah gemulai sungai
yang menempa tubuhku setangguh batu

o pinak-pinak hujan
itulah air mata haru ibuku

o anak lelaki yang didekap ibu
itulah perantau perindu, aku


Sungai Deli

sepasang mata yang penat adalah engkau
deraimu selitak lenguh sapi
tak sudah diperah
tak tuntas diperas

engkau tahu, kampung medan kian memukau
pohon-pohon menyala
gedung-gedung menimang kilau
meski tubuh jalan menyandang banyak luka

deli, gericik yang parau
pusar segala risau
rambut panjang yang lalai disisir
ibu yang kerap dienyah-diusir

aku tahu, orang-orang menelurkan matahari
dari perut merkuri
sedang rahimmu cuma semayaman nyeri
semata laci bagi kesah dan dendam mimpi

deli
deli
puisi yang ditikam sepi berkali-kali
tapi tak mati-mati


Tentang Penyair



Hasan Al Banna lahir di Padangsidimpuan. Menulis di Mimbar Umum, Analisa, Waspada, Medan Bisnis, Harian Global, Andalas, Riau Pos, Sagang, Sabili, Lampung Post, Suara Pembaruan, Republika, Suara Merdeka, Jurnal Nasional, Jurnal Cerpen Indonesia, Koran Tempo, Jawa Pos, Kompas, dan Horison.  

--------------------------------------------

Sumber tulisan: Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI)

Sumber foto buku Sauk Seloko: Arsip pribadi

Sumber foto penyair: Sastra Medan


0 comments: