Friday, April 10, 2020

Akibat COVID-19, Negara-Negara di Afrika Hadapi Bencana Ekonomi, Apa Solusinya?


Dampak COVID-19 telah mengenai berbagai bidang kehidupan. Ekonomi, agaknya yang terdekat dan terparah terkena akibat virus mematikan dari China ini.

Seperti terlansir Anadolu Agency, (10/4/2020), Afrika yang merupakan benua terbesar kedua dan terpadat kedua di dunia, diperkirakan kehilangan USD90 miliar hingga USD200 miliar pada 2020 karena wabah virus korona (Covid-19), menurut sebuah studi yang dirilis oleh ahli audit global McKinsey & Company.

Untuk 1,2 miliar populasi, tersebar di 54 negara, sektor informal adalah pekerjaan yang menyerap segmen utama di benua ini, kaya akan sumber daya, tetapi manajemennya masih buruk.

Dilaporkan, orang-orang di sana berjuang dengan sedikit atau tanpa bantuan dari pemerintah, karena sebagian besar bisnis telah tutup dan memengaruhi pekerjaan dan mata pencaharian.

Mengutip media itu, di Afrika sektor informal berkontribusi 66 persen dari total pekerjaan, yang diklasifikasikan sebagai serangkaian kegiatan ekonomi, perusahaan dan pekerjaan, yang tidak diatur atau tidak dilindungi oleh negara.

Jumlah kasus virus korona di Afrika telah melampaui 10.000, dengan jumlah kematian juga melebihi 500.

Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika, Matshidiso Moeti, mengatakan bahwa Covid-19 memiliki potensi tidak hanya menyebabkan ribuan kematian, tetapi untuk melepaskan kehancuran ekonomi dan sosial di benua itu.

“Saya tidak bisa lagi pindah dari satu tempat ke tempat lain, ada penghentian pergerakan di Nairobi, bahkan sebelum ini, kantor ditutup karena semua orang disuruh bekerja dari rumah. Saya biasanya menghasilkan sekitar 4000 shilling Kenya (USD37) setiap hari. Sekarang saya tidak bisa menghasilkan satu shilling pun, '' kata Mercy Warui, seorang penjaja makanan di Nairobi, kepada Anadolu Agency. 
Warui, 30, ibu tunggal dengan dua anak itu mengatakan dia sekarang tinggal bersama kakaknya karena dia tidak punya uang.

''Mereka menutup pasar sebagai langkah untuk menghentikan penyebaran virus. Itu berarti tidak ada pelanggan. Tidak ada pelanggan berarti tidak ada uang untuk merawat putra saya yang baru berusia empat bulan,'' kata Fabien Chenyi, seorang manajer toko kecil di Yaounde, Kamerun, kepada Anadolu Agency melalui telepon.

Seperti Waruli, banyak penerima upah harian berharap periode penutupan akan segera berakhir. Dia berharap bahwa obat untuk pandemi ini akan ditemukan sesegera mungkin, jika tidak, dia memprediksi akan terjadi kekacauan di Nairobi.

Munang, seorang pejabat PBB, mengatakan bahwa pemerintah di negara-negara Afrika harus membawa solusi kreatif untuk memastikan keberlanjutan sektor informal.

Dia mengatakan bahwa tidak seperti Barat, Afrika memiliki keunggulan yaitu jumlah pemuda yang banyak. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk berinvestasi dalam sumber daya manusia dan menghasilkan populasi yang terampil.
"Di dunia pasca-Covid-19, ekonomi-ekonomi itu akan pulih dengan cepat, yang memiliki sumber daya manusia yang produktif," katanya lagi.

Munang juga mengatakan bahwa paket stimulus untuk perdagangan kecil dan mengaturnya melalui koperasi dapat membantu kebangkitan ekonomi di benua itu.

0 comments: