Sunday, August 31, 2025

Demonstrasi? Kabar Pagar Laut, Ijazah Jokowi, Pemakzulan Gibran, dan Lainnya Bagaimana?

Ilustrasi: Pixabay

Demonstrasi tahun ini terasa beda. Lho, beda bagaimana sih? Bukannya sama saja, yakni dilakukan lebih daripada satu orang? 

Gimana ya cara menjelaskannya???? Jadi gini, suasana demonstrasi mulai terasa ketika Bupati Jawa Tengah menantang masyarakatnya untuk turun di jalan melakukan demonstrasi. Alhasil, Pati "membara" terkait kenaikan pajak bumi dan bangunan di sana. 

Kemudian Puan Maharani pun melakukan hal yang sama. Tantangan segera dikabulkan. Massa berdatangan di Jakarta. Demo terjadi dengan gegap-gempita. 

Lalu, tak mau ketinggalan, beberapa anggota DPR RI turut hanyut dalam arus membangkitkan gelombang massa. Bahkan, terjadi pembiaran tindak kriminal berupa penjarahan aset milik pribadi di rumah para anggota DPR RI tersebut. 

Kita dibuat terheran-heran. Dan, ini peristiwa langka. Besar pula. Yang menjadi pertanyaannya adalah, mengapa bisa demikian mudah? Padahal demo-demo sebelumnya begitu dibatasi. Sebutlah aksi 212. Massa dari luar Jakarta banyak dipersulit masuk ke kota terbesar di Indonesia itu. 

Lalu, pertanyaan selanjutnya, dengan adanya demonstrasi besar kali ini, apakah masih tersiar kabar soal pagar laut, ijazah Jokowi, pemakzulan Gibran, dan kasus lainnya? 

Selain itu, ada pihak yang menuding bahwa ada kasus raksasa yang sedang dijalankan diam-diam. Ya, rakyat terlelap dengan demonstrasi, pihak tertentu beraksi tanpa hambatan. 

Oh, mungkinkah demonstrasi yang menyala kali ini hanyalah pengalihan kasus belaka? Ataukah benar-benar murni dari rakyat? 

Saturday, August 30, 2025

Penjarahan Adalah Hukuman untuk Pelaku Peluka Hati Rakyat

Ilustrasi: Pixabay

Pohon mangga tidak akan tumbuh jika tak ada benih yang ditanam. Kompor hanya akan menjadi pajangan jika tak ada bahan bakarnya. Atau, segala hal hanya diam ketika tak ada sebab. 

Begitu pula penjarahan aset-aset milik beberapa tokoh politik di negeri kita. Sebutlah televisi mahal, contohnya. Di luar itu, ada pula pengerusakan aset lainnya semisal mobil mewah. Wow ini di luar dugaan. Ada yang bilang kalau rakyat sudah marah, maka susah diademkan.

Perkataan itu benar adanya. Setelah tokoh-tokoh politik tersebut memantik amarah rakyat, terjadilah hal-hal di luar kebiasaan. Tentu saja itu sejatinya menjadi pelajaran bagi siapa pun yang melukai hati rakyat, yakni akan menerima hukuman di lapangan. Hukuman ini jelas tidak bisa ditawar-tawar dengan uang sogokan sebesar apa pun. 

Dalam hal ini para politisi harus ingat betul bahwa mereka bisa hadir sebagai orang besar karena rakyat. Mulai dari pemilu, hingga upah mereka, baik yang di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Semua uang yang mereka dapatkan lebih banyak dari pajak, sebagian kecil lainnya dari pendapatan negara di luar pajak. 

Maka, sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk fokus pada pelayanan rakyat. Bukan malah "berseberangan" seperti yang mereka pertontonkan selama ini. Kimi, amarah rakyat sudah sangat besar sebagai akibat dari tindakan yang berseberangan itu. Dan, penjarahan aset di rumah beberapa tokoh politik hanyalah satu contoh bentuk hukuman tersebut.  

Prabowo Batal ke Cina, Soeharto di Mesir

 

Ilustrasi: Pixabay
Apa hubungan keduanya? Jika dari sisi manusianya, sudah jelas. Mereka berdua pernah jadi menantu dan mertua meski kandas di tengah jalan. Lantas bagaimana dari sisi lain? Terkait jabatan, misalnya? Ya, keduanya adalah presiden meski beda masa. 

Soeharto merupakan presiden kedua Indonesia dalam masa jabatan selama 32 tahun. Prabowo pun memegang jabatan itu sejak tahun kemarin. 

Persamaan lainnya? Keduanya menghadapi gelombang demonstrasi besar yang mengguncang perpolitikan tanah air. Ketika tahun 1998, Presiden Soeharto bisa dikatakan berhadapan dengan rakyat Indonesia. Situasi saat itu sungguh rumit dan kacau. Di tengah arus panas bulan Mei tahun tersebut, jenderal bintang lima itu nekat ke Mesir menghadiri KTT G-15 dan berencana bertemu Presiden Mesir, Husni Mubarak. 

Dan, saat kembali di tanah air, 15 Mei 1998, gelombang massa mencapai puncaknya. Akhirnya tanggal 21 pada bulan dan tahun yang sama, Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia. 

Lalu, bagaimana dengan Prabowo Subianto? Apakah Presiden Indonesia yang baru sekali ini takut mengalami nasib serupa dengan mantan mertuanya itu? 

Bisa jadi ketika Prabowo pulang dari Republik Rakyat Cina, kerusuhan di tanah air sedang mengalami fase paling genting. Kemudian, beberapa hari setelahnya Prabowo Subianto terpaksa mundur dari jabatannya. 

Ketakutan tersebut ada benarnya. Sejarah tidak boleh dilupakan begitu saja. Sejarah adalah guru yang harus digugu. Maka hal yang sangat masuk akal bahwa untuk menghindari hal terburuk dalam kepemimpinannya, mantan Danjen Kopassus itu pun membatalkan kunjungannya di Cina Daratan. 


Tindak Tegas Demonstrasi dengan Menindak Penjahat Negara

 

Ilustrasi: Pixabay

Ini baru benar. Cabut akar masalahnya. Dalam kehidupan ada satu hukum yang sangat terkenal, yakni kausalitas. Ada sebab dan akibat. Ada aksi dan reaksi. Dan, hal ini selalu berkelanjutan. Artinya dari sebab menjadi akibat, lalu akibat itu pun pasti menjadi sebab untuk akibat yang lainnya lagi. 

Contohnya adalah, seorang pemimpin negara yang menindak tegas para demonstran dengan mengabulkan permintaan mereka, maka melahirkan akibat baru, yakni suasana yang adem ayem. Para demonstran akan sangat berterima kasih dan mendukung penuh pemimpin yang dimaksud. 

Pertanyaannya, apakah semua pemimpin berlaku demikian? 

Agaknya sangat jarang. Itulah sebabnya, terjadi kericuhan yang kian tajam. Seorang pemimpin dituntut mampu berlaku bijak. Sebutlah Presiden Indonesia yang kini menghadapi gelombang massa di banyak daerah dalam bentuk demonstrasi. Idealnya, Prabowo Subianto berdiri bersama rakyat. Sebagai pemimpin negara yang dipilih secara demokratis dalam pemilu, dia wajib mendukung rakyat sepenuh jiwa dan raganya. 

Ya, dia bekerja untuk rakyat. Sekali lagi UNTUK RAKYAT! Jika malah sebaliknya, ada kemungkinan terburuk bahwa dia akan segera dilengserkan seperti bekas mertuanya dulu. Tentu saja, itu sangat tidak dia harapkan. Maka, hanya ada satu cara, yakni dia wajib mendukung seluruh tuntutan rakyat yang disuarakan dalam gelombang besar demonstrasi sekarang ini. Titik!!!!!! 


Demonstrasi Ada Dalangnya? Fitnah atau Fakta?

Ilustrasi: Pixabay


Sebelum berkata-kata, ada baiknya lakukan pendekatan terhadap objek yang dikati-katai. Lalu semua data empisris di lapangan tersebut dianalisis. Setelah diketahui hasilnya, barulah memberikan pernyataan yang akurat dan dapat dipercaya terkait hal itu. 

Pertanyaannya, apakah yang mengatakan bahwa ada dalang di balik demonstrasi sudah melakukan semua tahap di atas? 

Sebenarnya kalau kita cermati gejala-gejala yang terjadi di masyarakat, demontrasi besar dewasa ini merupakan letusan dari reaksi yang sudah lama terpendam. Ada banyak kekecewaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Hal ini terlihat sejak negeri ini dipimpin oleh Joko Widodo. Berbagai janji politiknya selalu saja diingkari. Ada banyak kebohongan yang tersiar ramai di lapangan 

Contoh nyata yang termasuk dalam hal kesejahteraan masyarakat adalah, banyak peniliti yang kehilangan status penelitinya lantaran terpaksa memilih untuk tidak masuk di Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN. Sebutlah sebagian peneliti di lingkungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang tidak lagi menjadi peneliti dan tentunya tidak pula mendapatkan tunjangan peneliti sesuai jabatan masing-masing. Sekadar informasi, jabatan peneliti dimulai dari peneliti pertama, peneliti muda, peneliti madya, dan peneliti utama. 

Masih banyak lagi contoh yang membuat kemunduran di Indonesia. Nah, bagi orang yang masih memiliki otak waras, pastilah akan berpikir bahwa demontrasi sejatinya merupakan wujud reaksi terhadap ketidakmampuan Pemerintah Indonesia dalam mengemban amanat rakyat. Pemerintahan Prabowo Subianto idealnya memperbaiki kebobrokan-kebobrokan era pemerintah sebelumnya. Namun, kenyataannya mantan menantu bapak Soeharto itu malah melanjutkan kebobrokan tersebut. 

Jadi, wajar jika pertengahan tahun 2025 pun ada demonstrasi di negara kita. Padahal, reaksi tersebut dapat diatas dengan menunjukkan kinerja manis sang mantan Denjen Kopassus ini. Ya, ibaratnya untuk membuktikan seseorang sarjana atau bukan, maka cukuplah dengan menunjukkan ijazah asli di hadapan publik. 

Lalu, siapakah dalang demonstrasi yang sebenarnya? Jawabannya pastilah yang menimbulkan reaksi tersebut. 


Friday, August 29, 2025

Demonstrasi Menyala, Akankah Prabowo Tersingkir?

Ilustrasi: Pixabay

Ini mengingatkan kita pada demonstrasi besar-besaran menjelang dilengserkannya Presiden Soeharto tahun 1998 silam. Terkesan, kejadian tersebut seperti sebuah loncatan. Dari yang awalnya rakyat dibelenggu tangan besi sang pemimpin Orba, menjadi gemuruh lantang demokrasi. Hasilnya, presiden yang menjabat selama 32 tahun itu pun kembali menjadi rakyat biasa. Nah, akhir-akhir ini, suasana yang demikian kian terasa kembali. Demonstrasi digelar di banyak tempat. Bahkan, sudah ada nyawa yang melayang. Jika kita boleh berandai-andai, bisa jadi Presiden Prabowo akan menemui nasib serupa dengan bekas mertuanya tersebut. 

Namun, akankah terjadi? 

Seandainya ya, maka putra sulung Jokowi secara otomatis akan menjadi pengganti sang mantan Denjen Kopassus itu. Di sinilah letak kekhawatiran sebagian pihak. Seperti yang kita ketahui bersama, anak muda kelahiran 1987 tersebut minim pengalaman dan masih sangat labil. Dan, ada sebagian pihak yang menduga memang begitulah harapan bagi pihak-pihak di belakang Jokowi. Memanfaatkan seseorang yang sangat mudah diatur tanpa perlawanan sebagai Presiden Indonesia. 

Makin ke sini, kian menarik. Dugaan lama menguat kembali. Ya, sudah sejak lama ada dugaan bahwa Jokowi hanyalah bidak catur Xi Jinping dalam menguasai Indonesia. Tidak perlu senjata api, tidak perlu rudal, apalagi nuklir. Cukup ditempatkan orang suruhan sebagai presiden, maka Indonesia mudah dikuasai Pemerintah Republik Rakyat China. 

Namun, itu hanyalah dugaan. Terpenting, Indonesia idealnya dipimipin oleh seorang yang benar-benar ingin memajukan negeri ini. Terkhusus maju dalam kesejahteraan rakyatnya. 

Nyawa Rakyat Melayang, Pemimpin Sibuk MBG



Ada salah seorang bertanya, sudah benarkah judul di atas tersebut? 

Dulu, saya pernah ikut pelatihan kebahasaan di Jakarta. Rame suasananya dan asyik materinya. Terkhusus saat di bagian penulisan feature, konon, judul tidak boleh ada singkatan agar pembaca tidak kebingungan. Akan tetapi, dari sisi itu pulalah lahir rasa penasaran dalam jiwa pembaca, MBG apaan sih, misalnya. 

Meski tulisan singkat ini tidak membahas secara khusus soal MBG, namun ada perlunya juga diketahui bahwa kepanjangan dari tiga huruf itu adalah Makan Gizi Gratis. 

Nah, ada yang bilang saat ini Presiden Prabowo Subianto begitu semangat menyibukkan diri dengan makanan yang diberikan secara GRATIS kepada para siswa. Dan, sebenarnya sih tidak gratis juga karena orang tua siswa dan masyarakat luas membayarnya dengan pajak, pajak, pajak. 

Ok, kita tinggalkan dulu soal pajak. Kita langsung saja masuk ke persoalan yang sesungguhnya. Apakah itu? DEMOKRASI 



Dalam negara demokrasi, kebebasan berpendapat jelas diperbolehkan. Pemerintah tidak boleh berlaku keras. Harus ada ruang aman dalam penyampaian pendapat yang dilindungi aparat. Ya, aparat. Sebagai pemilik kekuasaan, rakyat wajib dilindungi. Sebutlah polisi, idealnya pasukan berseragam cokelat tersebut berdiri satu barisan bersama rakyat. 

Akan tetapi, apa yang terjadi? 

Alih-alih demikian, aparat malah berdiri berseberangan dari rakyat. Bahkan, salah seorang rakyat meninggal karena dilindas oleh mereka dengan mobil milik rakyat. Ini sungguh sebuah anomali yang nyata dan kejam. 

Lantas, di manakah pemimpin negara? Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa ada yang bilang beliau sedang menyibukkan diri dengan MBG. Ah, serius? Masa gitu sih? Begitulah yang saya baca. Dan entahlah, apa itu benar? 


Thursday, August 28, 2025

Istana Kuliner



Apa yang terbayang di benak Anda setelah membaca judul di atas? Sebuah gedung besar yang berisi ratusan ragam menu masakan? Ruang besar dengan jumlah chef paling banyak di dunia? Apa pun yang ada dalam pikiran Anda terkait hal itu, semuanya sah-sah saja. Akan tetapi, Anda bisa mencocokkannya dengan video di bawah ini. 



Monday, August 25, 2025

Mengapa Kalimantan Ditinggalkan dalam Film Ini?



Film animasi yang konon bertema keindonesiaan ini malah berisi sebaliknya. Kalimantan benar-benar dilupakan. Tidak dianggap ada. Mau tahu penjelasannya? Silakan tonton video di bawah ini. 


 

Sunday, August 17, 2025

Masak Enak



Memasak pastilah hal yang sangat menyenangkan dan membahagiakan. Akan tetapi, apa jadinya kalau hal dalam video ini terjadi pada Anda? 


 

Friday, August 15, 2025

Benarkah Indonesia 100% Merdeka?



Sebentar lagi kita akan merayakan HUT RI. Nyaris delapan puluh tahun Indonesia merdeka. Tapi, benarkah demikian?! Video di bawah ini membahas hal tersebut. 



 

Tuesday, August 5, 2025

Puisi-Puisi di Lingkaran HUT RI



Saat menjelang atau merayakan HUT RI, ada puisi-puisi yang dibacakan dengan penuh semangat. Nah video di bawah ini terkait dengan puisi-puisi tersebut. 



 

Saturday, August 2, 2025

Ilustrasi Penjahat Negara Dikejar-kejar Rasa Bersalah



Menjadi pejabat publik agaknya sangat mudah untuk mendapatkan keringanan dari jerat hukum. Benarkah demikian? Satu hal yang pasti kenyataan di lapangan hukum menjadi tumpul terhadap mereka. Akan tetapi, apakah jiwa para koruptor dan pelaku tindak kriminal lainnya itu selalu tenteram? Di bawah ini adalah ilustrasi terkait hal tersebut.