Sunday, June 13, 2021

Puisi-Puisi Syarifuddin Arifin


RINDU YANG TERBELAH

ketika di dada ini menyala kesumat anak negeri
rindu yang lama terpendam tiba-tiba membelah
saling mencakar wajahnya
saling mengasah lidah melebihi silet
mengasah kuku mencengkeram kekuasaan
sampai berderik-derik

lalu rindu menjelma bagai seribu jarum
menusuk belulang, menghisap perih
derita anak negeri yang membatin
terbelenggu dalam tubuhnya
kenapa diam dalam zikir
jadi tak sempurna?

kurasakan salju ketika di dada ini
menyala kesumat membelah rindu
yang berderingan jatuh bagaikan kristal

(Padang, 2008).


BUKAN PADI BUAHNYA

bukan padi buahnya, merunduk padang ilalang
aku jadi kenyang pada lapar yang sempurna
terdengar provokasi, intrik, yel-yel
serombongan pipit mematuk-matuk ilalang
mengalahkan keperihan kehidupan,
bersarang di balik perdu
irigasi mengering, bendungan di mata ini
tak kunjung bobol juga

di tengah padang, spanduk terbentang
ada seikat padi dalam gambarnya :
‘Bila menang semua akan kenyang’
tapi seekor biawak dalam semak pun tak suka
bau kerisik yang anyir. diam-diam ia menyergap
sepasang puyuh yang asyik berkayuh
menyisir silet di ujung ilalang

sawah membungkuk di sepoi bayu
berserpihan bunga rumput
kekenyangan jadi lapar yang sempurna
pemilihan umum menimbun dusta
sejumlah proposal bertebaran
bagaikan sawah menuai lapar
mata ini semakin perih ditusuk ilalang

kekuasaan semakin terik

(Padang 2004)   

------------------------------------------------

Sumber puisi: Tuas Media
Sumber ilustrasi: Pixabay


0 comments: