Friday, January 8, 2021

Sastrawan Kalimantan Selatan Generasi Perintis Zaman Orde Lama 1945--1949


 

Oleh Tajuddin Noor Ganie

  

Fenomena Sastra Pers 

Selama kurun waktu 1945--1949, pelampiasan gairah bersastra di Kalsel didukung oleh 15 buah koran/majalah yang membuka rubrik sastra secara berkala, yakni.

1.    SK Suara Hulu Sungai Kandangan, 1945--1950

2.    SK Sama Rata Kandangan, 1946

3.    SK Islam Berjuang Banjarmasin, 1946--1947

4.    SK Terompet Rakyat Amuntai, 1947

5.    Majalah Pawana Rantau, 1947

6.    Majalah Pedoman Putri Kandangan, 1947

7.    SK Berita Merdeka Banjarmasin, 1947

8.    SK Kedaulatan Rakyat Banjarmasin, 1947

9.    SK Fajar Timur Banjarmasin, 1947

10.  SK Waspada Banjarmasin, 1947

11.  SK Nyata Banjarmasin, 1947

12.  Majalah Piala Kandangan, 1947

13.  Majalah Remaja Banjarmasin, 1948

14.  Majalah Tekad Banjarmasin, 1948

15.  Majalah Jantung Indonesia Kandangan, 1948

 

Koran/majalah di atas, tanpa kecuali,  secara langsung maupun tidak langsung telah menciptakan situasi yang kondusif bagi lahirnya kelompok sastrawan Kalsel generasi perintis zaman orde lama 1945—1949. Karya sastra yang ditulis dan dipublikasikan di berbagai koran dan majalah ketika itu, secara tematis, selaras dengan semangat zaman yang khas kurun waktu 1945—1949, yakni mengungkapkan keinginan luhur segenap anak bangsa untuk memiliki tanah air yang merdeka, bebas dari belenggu pemerintah kolonial Belanda. 

Namun, pendekatan keamanan yang begitu refresif membuat sastrawan Kalsel sezaman menjadi tidak leluasa dalam melakukan proses kreatifnya sebagai penulis karya sastra. Berkaitan dengan publikasi  puisi subversif Ramli Rais berjudul Jihad (1948), Petugas PID Belanda kemudian melakukan pembriedelan atas Majalah Pawana Rantau. 

Kasus yang sama juga dialami oleh Majalah Jantung Indonesia Kandangan (1949). Majalah milik Artum Artha ini juga dibriedel karena telah memuat cerpen subversif karangan Masdhan Rozhany berjudul Gara Gara si Rambut Panjang di Munggu Raya. 

Pada tahun 1946, Merayu Sukma yang ketika itu sudah tinggal di Malang menerbitkan majalah khusus sastra Sastrawan di Malang. Boleh jadi inilah majalah khsusus sastra yang pertama kali diterbitkan orang di tanah air kita.

 

Fenomena Sastra Buku 

Antologi Puisi Pribadi 

Jiwa Merdeka, Merayu Sukma, 1946. Malang : Penerbit Sumi. 

Jiwa Merdeka merupakan antologi puisi pribadi pertama yang berhasil diterbitkan oleh seorang sastrawan Kalsel di luar daerah. 


Roman/Novel

1.  Di Lereng Hayat, Merayu Sukma, 1945. Medan : Penerbit Cerdas

2.  Dalam Gelombang Darah, Merayu Sukma, 1946

3.  Gema Dari Menara, Merayu Sukma, 1946

4.  Pahlawan Pedih, Merayu Sukma, 1946. Penerbit Usaha Merdeka

5.  Menurutkan Jejak di Padang Pasir, Merayu Sukma, 1948

6.  Jurang Meminta Kurban, Merayu Sukma, 1949. Medan : Penerbit Cerdas

7.  Kawin Cita Cita,  Merayu Sukma, 1949. Penerbit Sinar Harapan

8.  Mariati Wanita Ajaib, Merayu Sukma, 1949. Medan : Penerbit Cerdas

 

Berdasarkan catatan di atas, Merayu Sukma merupakan satu-satunya sastrawan Kalsel yang berhasil menerbitkan roman/novelnya pada kurun waktu 1945--1949. Merayu Sukma sendiri adalah sastrawan Kalsel generasi perintis zaman kolonial Belanda 1930-1942, bukan sastrawan Kalsel sezaman 1945--1949. 

Semua roman yang ditulisnya laku keras di pasaran buku nasional (selalu best seller). Terbukti, beberapa judul di antaranya langsung dicetak ulang tak lama setelah cetakan pertamanya diedarkan ke pasar buku di seluruh pelosok tanah air. Seiring dengan reputasi yang semakin mantap sebagai seorang pengarang roman/novel yang terkemuka pada zamannya, maka Merayu Sukma pada tahun 1945, memilih pindah dari Banjarmasin ke Malang.

 

Elite Sastrawan 

Berdasarkan bahan-bahan yang berhasil dikumpulkan oleh Tim Puskajimastra Kalsel Banjarmasin diketahui bahwa elite sastrawan Kalsel generasi perintis zaman orde lama 1945—1949 ada sebanyak 6 orang, yakni.

1.   Aam Niu (Anang Abdul Muin)

2.   Gusti Solichin Hasan

3.   Masdhan Rozhany

4.   Mugeni Japri

5.   Ramli Rais

6.   Soefyani Aspar Iming

  

0 comments: