Monday, December 28, 2020

Mari Berpantun



Siti Akbari

Tradisi pantun telah diakui UNESCO sebagai salah satu representasi warisan budaya takbenda bagi umat manusia. Hal itu cukup membanggakan bagi warga bangsa yang terkenal memiliki tradisi pantun, yakni Indonesia.

Pantun hampir terdapat di seluruh daerah di Indonesia. Di daerah-daerah yang memiliki budaya pantun, pantun merupakan salah satu jenis sastra lisan yang penting. Secara umum Pantun mempunyai kedudukan yang istimewa dalam pertumbuhan serta perkembangan puisi Melayu lama. Pantun sebagai jenis puisi Melayu lama yang tertua dan asli amat diminati. Buktinya yaitu pantun digunakan secara luas dalam kegiatan-kegiatan keseharian seperti dalam acara permainan, majelis keramamian, adat istiadat, dan upacara.

Apabila kita menikmati pantun, akan ditemukan gambaran ringkas kehidupan orang Melayu dalam rangkaian pantun. Di dalam pantun tergambar beragam unsur kehidupan manusia. Modal dasar pantun yang merupakan hasil citra yang meliputi tanah, rumah, kebun, ladang, sawah, sungai, laut, gunung, hutan, pepohonan, buah-buahan, binatang, burung, ikan, dan lain sebagainya (hal-hal bersahaja dalam kehidupan sehari-hari). 

Melalui pantun, dapat dilihat ekspresi adat istiadat, kebiasaan, kearifan lokal, kepercayaan, serta perasaan orang Melayu tentang segala hal, termasuk kecintaan mereka kepada alam, kepada sesama manusia, dan kepada Tuhan.

Budaya pantun yang dikenal mengakar di kehidupan masyarakat Melayu, disebabkan sifat pantun yang fleksibel. Pantun dapat digunakan kapan dan dalam moment apa pun. Pantun sebagai sebuah media penyampai rasa yang tidak terikat oleh waktu dan tempat karena pantun muncul terkadang terinspirasi oleh waktu dan tempat.  

Pantun dapat diselipkan dalam percakapan, nyanyian, atau pun senda gurau. Oleh karena itu, pantun sering disebut juga sebagai pemanis cakap, pelemak kata, penyedap bual, rencah perbuatan, dan buah bicara. Di bawah ini satu contoh pantun dalam bahasa Melayu Banjar.

Batang gumbili tanam di kabun
Mahadang waktu ambil bungkahnya
Mari kita lastariakan bapantun
Maangkat warisan budaya bangsa 


Penulis adalah staf teknis Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud RI

Sumber ilustrasi: Akun resmi Instagram Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI

0 comments: