Monday, February 17, 2020

Jeritan Muslim Rohingya Tatkala Bangladesh Mulai Bangun Pagar Kawat Berduri di Sekitar Kamp Mereka


Rohingya, adalah kelompok yang paling teraniaya di dunia. Begitulah menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sementara menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), seperti terlansir Anadolu Agency, sejak 25 Agustus 2017, lebih daripada 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh tentara Myanmar. Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dibakar, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli.

Selain itu, sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar sementara 113.000 lainnya dirusak.

Masih dari sumber yang sama, berdasarkan data Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan kekerasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

Dan kini, Bangladesh mulai membangun pagar kawat berduri di sekitar kamp-kamp pengungsi Rohingya.

"Langkah-langkah lain, termasuk pemasangan menara pengawal dan kamera CCTV juga mulai efektif untuk memperkuat pengawasan terhadap warga Rohingya dan kamp-kamp pengungsi," kata Menteri Dalam Negeri Bangladesh Asaduzzaman Khan Kamal, Minggu, kepada Anadolu Agency.

Menyusul pembangunan itu, para pengungsi muslim Rohingya dan kelompok hak asasi Rohingya mendesak pemerintah untuk tidak membangun pagar kawat berduri di sekitar kamp dengan alasan pelanggaran hak-hak pengungsi.

“Kami memahami bahwa Bangladesh memiliki kepedulian terhadap keamanan nasionalnya, tetapi kami bukan ekstrimis yang harus terus diawasi. Kami adalah korban genosida dan berlindung untuk menyelamatkan hidup kami,” kata Myo Thant, seorang pengungsi di kamp Cox's Bazar, kepada sumber yang sama.

Myo juga menambahkan bahwa menempatkan pagar kawat dapat menyebabkan gangguan psikologis dan mental, dan itu lebih mirip dengan kamp konsentrasi daripada menjaga keamanan kamp.

Selanjutnya Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Merdeka, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa memagari kamp akan merusak rasa kemanusiaan yang telah ditunjukkan Bangladesh dan mengubah kamp menjadi kamp konsentrasi dengan kabel berduri, menara pengawas, dan CCTV.

“Penghuni kamp ini pernah berada di penjara terbuka Myanmar selama beberapa dekade. Sekarang mereka lagi-lagi menghadapi penolakan yang sama terhadap kebebasan mutlak di Bangladesh, tempat perlindungan mereka,” ungkap San Lwin

Itulah sebabnya, ia juga meminta pemerintah untuk membatalkan rencana tersebut.

Sebelumnya, The Human Rights Watch mengatakan rencana untuk kawat berduri dan menara penjaga di sekitar kamp-kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar melanggar hak kebebasan bergerak pengungsi.


0 comments: