Tuesday, April 9, 2019

Mengenal Lebih Dekat Sosok Sastrawan Amien Wangsitalaja




Pria kelahiran Wonogiri, 19 Maret 1972 ini bernama asli Aminudin Rifai. Ia seorang sarjana dan magister sastra yang telah menulis esai, puisi, dan cerpen di berbagai media, baik media massa cetak, maupun berbagai buku antologi (antologi bersama dan tunggal). Sebut saja Majalah Sastra Horison, Harian Kompas, Jawa Pos, Seputar Indonesia, Republika, Media Indonesia, Jurnal Puisi, Jurnal Cerpen Indonesia, Majalah Panjimas, Matabaca, Jurnal Nasional, dan harian-harian lokal di Lampung, Riau, Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan dengan senang hati memuat karya-karyanya.

Lalu, bagaimana puisi-puisinya dalam buku antologi?

Ada beberapa antologi bersama yang memuat puisi-puisnya antara lain,
1. Serayu (CV Harta Prima, Purwokerto: 1995), 
2. Oase (Titian Ilahy Press, Yogyakarta: 1996), 
3. Fasisme (Kalam Elkama, Yogyakarta: 1996), 
4. Mimbar Penyair Abad 21 (Balai Pustaka, Jakarta: 1996), 
5. Antologi Puisi Indonesia (Angkasa, Bandung: 1997), 
6. Tamansari (DKY, Yogyakarta: 1998), 
7. Embun Tajalli (DKY, Yogyakarta: 2000), 
8. Malam Bulan (MSJ, Jakarta: 2002), 
9. Bentara: Puisi Tak Pernah Pergi (Kompas, Jakarta: 2003), 
10. Mahaduka Aceh (PDS H.B. Jassin, Jakarta: 2005), 
11. Ziarah Ombak (Lapena, Aceh, 2005), 
12. Perkawinan Batu (DKJ, Jakarta, 2005), 
13. Yogya 5,9 Skala Richter (Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2006), 
14. 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, 2006), 
15. Kenduri Puisi (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2008), 
16. Tanah Pilih (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jambi, 2008), 
17. Antologia de Poeticas (Kumpulan Puisi Indonesia, Portugal, Malaysia (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008), dan 
18. Antologi Puisi Penyair Nusantara Musibah Gempa Padang (eSastera Enterprise, Kuala Lumpur, Malaysia, 2009).

Sedang buku kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit, yakni Seperti Bidadari Aku Meminangmu Buyung (1995), Kitab Rajam (Indonesiatera, Magelang: 2001), dan Perawan Mencuri Tuhan (Pustaka Sufi, Yogyakarta: 2004).

Ada esai-esainya yang terbit dalam antologi esai bersama, yakni Begini Begini dan Begitu (Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1997) dan Raja Mantra Presiden Penyair (Yayasan Panggung Melayu, Jakarta: 2007).

Sementara beberapa cerpennya juga dimuat dalam antologi cerpen 
Bingkisan Petir (Jaring Penulis Kaltim dan Penerbit Mahatari, Yogyakarta, 2005), Rabingah Aku Mencintaimu (Grafindo Media Litera Yogyakarta dan STAIN Purwokerto Press, 2007), Samarinda Kota Tercinta (Jaringan Penulis Kaltim dan Araska Yogyakarta, Yogyakarta, 2007).

Selain menulis seperti tersebut di atas, ia juga menulis kata pengantar untuk beberapa buku. Di antaranya adalah untuk buku Hujan Menulis Ayam (kumpulan cerpen Sutardji Calzoum Bachri, Indonesiatera, Magelang, 2001), Surat Putih (kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia Risalah Badai, Jakarta, 2001), Perjalanan Hati karya Ririe Rengganis (Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004), dan Negeri Terluka (kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia, Risalah Badai, Jakarta, 2005).

Dalam pertemuan sasterawan antarnegara “Dialog Borneo-Kalimantan VIII” pada Juli 2005 di Sandakan, Sabah, Malaysia, ia bertindak sebagai pembentang kertas kerja dan pembaca puisi. Pada tahun yang sama, ia berkemsempatan menjadi pemakalah dalam “Seminar Kritik Sastra” Pusat Bahasa Depdiknas pada September 2005 di Jakarta.

Dirinya pernah tiga kali diundang membaca puisi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kapan sajakah ketiganya itu? Pertama pada acara “Mimbar Penyair Abad 21” (1996), kedua “Baca Puisi Tiga Kota” bersama alm. Hamid Jabbar dan Iverdixon Tinungki (2003), dan ketiga “Cakrawala Sastra Indonesia” (2005).

Di luar aktivitasnya sebagai penulis, Amien sempat menjadi pekerja media dan perbukuan; menjadi Pemred Majalah Empu Yayasan Tjoet Nja’ Dhien Yogyakarta (1998), Redaktur Jurnal Budaya Kolong (2001), Pengurus Jurnal Cerpen Indonesia (2003-sekarang nonaktif); Kepala Editor Penerbit YUI Yogyakarta (1999-2000), Kepala Editor Penerbit Indonesiatera Magelang (2000-2002), editor lepas di beberapa penerbit Jakarta dan Yogyakarta, anggota Komite Bahasa dan Sastra Dewan Kebudayaan Kota (DKK) Kotamadya Yogyakarta untuk periode kepengurusan 2003-2008, tapi pada awal 2004 ditinggalkannya amanah tersebut karena berangkat menjadi peneliti di Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.

Di tempat barunya, Kaltim, ia mendirikan Jaring Penulis Kaltim (JPK), Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) Samarinda, dan menjadi kontributor pendirian Studio Kata Bontang. Ia juga sempat menjadi pengasuh program ruang sastra di Antaranews Radio FM 91.7 Samarinda.


0 comments: