Saturday, December 1, 2018

AIR BERTUAH MAGIS DALAM SISTEM KEPERCAYAAN TRADISIONAL NENEK MOYANG ORANG BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN


Tajuddin Noor Ganie

Air dalam bahasa bahasa Banjar di Kalimatan Selatan (Kalsel) disebut banyu. Air merupakan benda cair yang tersedia dalam jumlah banyak bahkan melimpah ruah di Kalsel. Julukan daerah Kalsel sebagai negeri seribu sungai sudah menggambarkan dengan tegas topografi daerah Kalsel sebagai daerah yang akrab dengan air. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan, minum, mandi, cuci, dan kakus, air juga lazim digunakan sebagai sarana pengobatan alternatif atas suatu jenis penyakit yang diderita oleh pemakainya.
Hasil penelusuran yang penulis lakukan menunjukkan setidak-tidaknya ada 8 jenis air yang digunakan sebagai sarana pengobatan atas suatu jenis penyakit, yakni banyu burdah, banyu buyu, banyu pilungsur, banyu pidara, banyu safar, banyu singgugut, banyu wafak tampurung nyiur, dan banyu Yaasin.

1. BANYU BURDAH
Bahasa Banjar artinya air Burdah. Dibuat dari air tawar yang dibacakan Syair Burdah. Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu Burdah difungsikan sebagai sarana untuk melindungi janin yang sedang berada dalam kandungan seorang calon ibu yang baru pertama kali hamil (bahasa Banjar, tian mandaring) agar jangan diganggu oleh makhluk gaib berwatak jahat (dangsanak gaib, hantu baranak, hantu karungkup, hantu kuyang, hantu pulasi, hantu sangkala). Upaya untuk mencapai tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara mencampurkan banyu Burdah dengan air yang akan digunakan untuk memandikan wanita hamil yang bersangkutan dalam upacara ritual mandi tujuh bulan kehamilan anak pertamanya (bahasa Banjar, mandi baya).

2. BANYU BUYU
Bahasa Banjar artinya air buyu. Buyu adalah nama sejenis siluman ular pengisap darah yang berasal dari alam gaib. Selain itu, buyu merujuk kepada kulit ular puraca yang terlepas setelah terjadinya proses ganti kulit (bahasa Banjar, baganti salumur ular).
Banyu buyu adalah air rendaman kulit ular puraca. Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu buyu difungsikan sebagai sarana untuk menyembuhkan penyakit diisap buyu yang diderita oleh seorang anak balita. Penyakit diisap buyu adalah penyakit dengan gejala tubuh kurus kering, bola mata melorot ke dalam, dan perut buncit (seperti orang kurang gizi).

Upaya untuk mencapai tujuan fungsional yang demikian itu dilakukan dengan cara memandikan anak balita yang didiagnosa sedang mengidap penyakit diisap buyu dengan air rendaman kulit ular puraca.

3. BANYU PALUNGSUR
Bahasa Banjar artinya air pelancar persalinan. Banyu palungsur dibuat oleh seorang bidan kampung dari secangkir air tawar yang kemudian dibacakan doa-doa tertentu.
Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu palungsur difungsikan sebagai sarana untuk memperlancar proses persalinan seorang wanita yang sempat terhambat selama beberapa saat. Upaya untuk mencapai tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara meminumkan banyu palungsur kepada wanita yang mengalami kesulitan dalam proses persalinannya.

4. BANYU PIDARA
Bahasa Banjar artinya air antipidara. Banyu pidara dibuat dari seember air tawar yang dicampur dengan rendaman beberapa lembar daun pidara. Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu pidara difungsikan sebagai sarana untuk menyembuhkan penyakit kapidaraan (sakit panas) yang diderita oleh seorang anak balita. Penyakit kapidaraan adalah penyakit yang berasal dari gangguan makhluk gaib berwatak jahat (dangsanak gaib, hantu baranak, hantu karungkup, hantu kuyang, hantu pulasit, hantu sangkala, roh para leluhur). Upaya pencapaian tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara memandikan anak balita yang bersangkutan dengan banyu pidara.

5. BANYU SAPAR
Bahasa Banjar artinya air Safar. Banyu Sapar adalah air tawar yang diberi bacaan doa penolak bala (mantra penolak bala). Pembuatannya dilakukan menjelang tibanya hari Rabu terakhir di bulan Safar (Arba Musthamir atau Rabu Wekasan). Di kalangan masyarakat Banjar di Kalsel ada semacam keyakinan bahwa hari Rabu terakhir di bulan Safar adalah hari yang paling berbahaya. Pada hari itu, para pemilik ilmu hitam akan melepaskan ilmu hitamnya untuk mencari mangsa di alam bebas.
Sehubungan dengan itu, maka setiap orang harus melakukan segala cara agar terhindar diri dan keluarganya dari segala marabahaya. Salah satu upaya di antaranya adalah membuat banyu Sapar. Banyu Sapar diminum bersama oleh segenap anggota keluarga pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
 
Banyu Sapar difungsikan sebagai sarana imunasi untuk menambah kekebalan tubuh peminumnya supaya tidak jatuh sakit jika sekali waktu terlanjur memakan makanan atau meminum minuman yang sengaja dibubuhi atau ditaburi orang dengan racun pujaan (racun magis milik para penganut ilmu hitam). Upaya pencapaian tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara meminum banyu Sapar

6. BANYU SINGGUGUT
Bahasa Banjar artinya air singgugut. Banyu singgugut dibuat oleh seorang juru sembuh dari secangkir air tawar yang kemudian dibacakan doa-doa tertentu.
Singgugut adalah binatang gaib sejenis lipas yang bila masuk ke dalam rahim seorang wanita akan berubah menjadi cecak. Singgugut diyakini sebagai binatang gaib yang membuat seorang wanita menjadi mandul.

Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu singgugut difungsikan sebagai sarana untuk membunuh binatang gaib bernama singgugut. Tujuannya supaya wanita itu dapat dibuahi oleh suaminya (hamil), tidak lagi mandul.

Upaya untuk mencapai tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara meminumkan banyu singgugut kepada wanita yang didiagnosa sebagai pengidap penyakit singgugut. Tidak lama setelah meminum banyu singgugut maka singgugut yang sudah mati akan keluar darah berbentuk cecak dari rahim wanita yang bersangkutan (bercampur dengan darah haid).

7. BANYU WAPAK TAMPURUNG NYIUR
Bahasa Banjar artinya air wafak tempurung kelapa. Wapak (wafak) merujuk kepada daun, kain, kertas, kulit buah-buahan, kulit hewan, logam pipih, tempurung kelapa, dan aneka jenis media lainnya, yang .ditulisi atau dirajah dengan teks-teks doa atau mantra tertentu dalam bahasa, huruf, dan angka Arab.

Wapak tampurung nyiur merujuk kepada tempurung kelapa yang diberi tulisan atau rajahan teks doa atau mantra dalam bahasa, huruf, dan angka Arab. Air tawar yang dituangkan ke dalam tempurung kelapa semacam ini disebut banyu wapak tampurung nyiur. Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu wapak tampurung nyiur difungsikan sebagai obat penyembuh penyakit singgugut. Singgugut adalah binatang gaib sejenis lipas yang bila masuk ke dalam rahim seorang wanita akan berubah menjadi cecak.
Singgugut diyakini sebagai binatang gaib yang membuat seorang wanita menjadi mandul. Banyu wapak tampurung nyiur difungsikan sebagai sarana untuk membunuh binatang gaib bernama singgugut. Tujuannya supaya wanita itu dapat dibuahi oleh suaminya (hamil), tidak lagi mandul.

Upaya untuk mencapai tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara meminumkan banyu wapak tampurung nyiur kepada wanita yang didiagnosa sebagai pengidap penyakit singgugut.

8. BANYU YAASIN
Bahasa Banjar artinya air Yaasin. Dibuat dari air tawar yang dibacakan Surah Yaasin.
Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu Yaasin difungsikan sebagai sarana untuk melindungi janin yang sedang berada dalam kandungan seorang calon ibu yang baru pertama kali hamil (bahasa Banjar, tian mandaring) agar jangan diganggu oleh makhluk gaib berwatak jahat (dangsanak gaib, hantu baranak, hantu karungkup, hantu kuyang, hantu pulasit, hantu sangkala).

Upaya untuk mencapai tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara mencampurkan banyu Yaasin dengan air yang akan digunakan untuk memandikan wanita hamil yang bersangkutan dalam upacara ritual mandi tujuh bulan kehamilan anak pertamanya (bahasa Banjar, mandi baya).

AIR BERTUAH MAGIS JENIS LAIN
Masih ada air bertuah magis lain yang dikenal dalam tradisi etnis Banjar di Kalsel. Hanya saja air bertuah magis jenis lai ini tidak difungsikan sebagai sarana pengobatan alternatif, tetapi digunakan sebagai sarana untuk menyuburkan tanaman padi (disebut banyu randaman amas, dan banyu randaman pirak), dan untuk menangkal gangguan roh jahat pada saat orang-orang menanak nasi dalam jumlah besar untuk keperluan konsumsi pesta perkawinan (air jenis ini disebut banyu pangawahan).

BANYU RANDAMAN AMAS
Bahasa Banjar artinya air bekas rendaman emas. Banyu randaman amas dibuat dengan cara merendam perhiasan emas ke dalam seember air tawar. Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu randaman amas difungsikan sebagai sarana untuk menyuburkan tanaman padi di persawahan. Upaya pencapaian tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara memercikkan banyu randaman amas ke arah daun padi yang sedang dalam masa pertumbuhan.

BANYU RANDAMAN PIRAK
Bahasa Banjar artinya air bekas rendaman perak. Banyu randaman pirak dibuat dengan cara merendam perhiasan perak ke dalam seember air tawar.
Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu randaman pirak difungsikan sebagai sarana untuk menyuburkan tanaman padi di persawahan. Upaya pencapaian tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara memercikkan banyu randaman pirak ke arah daun padi yang sedang dalam masa pertumbuhan.

BANYU PANGAWAHAN
Bahasa Banjar artinya air juru masak. Kawah, bahasa Banjar artinya wajan besar untuk keperluan menanak nasi, memasak sayur mayur, atau lauk pauk dalam jumlah banyak. Pangawahan adalah istilah untuk menyebut orang-orang yang bertugas sebagai juru masak di dapur umum pada saat diselenggarakannya pesta perkawinan atau perhelatan besar lainnya. Banyu pangawahan dibuat oleh seorang ulama dari air putih yang kemudian diberi kekuatan tuah magis tertentu dengan cara membacakan doa-doa tertentu, antara lain Ayat Seribu Dinar (teks doa yang terdapat dalam buku Senjata Mukmin karangan Husin Qadri Martapura).

Di kalangan etnis Banjar di Kalsel, banyu pangawahan difungsikan sebagai sarana untuk menangkal kedatangan makhluk gaib yang berwatak jahat ke lokasi dapur umum. Jika tidak ditangkal maka makhluk gaib yang berwatak jahat itu akan berbuat onar di dapur umum. Mereka akan ikut memakan nasi, sayur-mayur, dan lauk pauk yang sedang ditanak atau dimasak di dapur umum itu. Akibatnya fatal, para tamu undangan banyak yang tidak kebagian makanan, karena persediaan makanan di dapur umum akan habis dalam waktu yang relatif singkat.

Upaya pencapaian tujuan fungsional itu dilakukan dengan cara memasukkan banyu pangawahan ke tempat persediaan air yang akan digunakan untuk menanak nasi, memasak sayur mayur, dan lauk pauk. Kegiatan menanak nasi, memasak sayur mayur, dan lauk pauk dalam jumlah banyak memang sangat riskan (penuh risiko). Sehingga untuk menyukseskannya perlu dilakukan upaya-upaya penangkalan tertentu.
Tujuannya supaya kegiatan menanak nasi, memasak sayur mayur, dan lauk pauk di dapur umur dapat berjalan dengan lancar tidak mengalami hambatan apa-apa. Nasi, sayur mayur, dan lauk pauk yang ditanak atau dimasak akan mencukupi untuk dihidangkan kepada para tamu undangan yang datang ke pesta perkawinan itu (berkecukupan, tidak kurang, apa lagi habis) (bahasa Banjar, harakat). 

Tanpa campuran banyu pangawahan, bisa saja terjadi, nasi, sayur mayur, dan lauk pauk yang disediakan dalam jumlah banyak bahkan melimpah ruah, ketika ditanak dan dimasak ternyata malah tidak cukup untuk menjamu para tamu undangan yang datang. Hal itu bisa saja terjadi jika di antara para tamu yang datang, banyak di antaranya adalah tamu tak diundang yakni makhluk gaib yang datang secara berbondong-bondong dari alam gaib sana.

Tajuddin Noor Ganie, M.Pd. Sastrawan dan dosen ilmu-ilmu sastra. Seorang peminat yang berusaha mengakrabi dan menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan tradisional etnis Banjar di Kalsel

Sumber foto: www.pixabay.com (gratis)

0 comments: