Tuesday, November 27, 2018

Berhubungan dengan Fauna, Inilah 9 Peribahasa Dayak Ngaju yang Sebaiknya Anda Renungkan


Berikut adalah sembilan peribahasa Dayak Ngaju yang berhubungan dengan fauna disertai terjemahan lengkap, maksud, contoh, dan amanat setiap peribahasa legkap dengan  ilustrasi gambarnya. Mengenai penjelasan Dayak Ngaju, silakan baca di sini.

1.    Kilau anak manuk nihau indue

Makna per kata:
kilau: seperti
anak: anak
manuk: ayam
nihau: kehilangan
indue: induk

Terjemahan lengkapnya:
Seperti anak ayam kehilangan induk.

Maksudnya:
Bercerai-berai karena kehilangan tumpuan harapan.

Peribahasa ini mengacu pada ayam. Anak-anak ayam akan tercerai-berai saat kehilangan induk mereka. Dalam hidup, kita sebaiknya bersatu. Dengan persatuan dan kesatuan, kita akan kuat dan mandiri. Maksudnya adalah kuat dan mandiri dalam segalanya. Kekuatan dan kemandirian itulah dasar tumpuan kita menjadi sukses. Contohnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini. Kita adalah bangsa yang kuat dan mandiri karena diikat oleh persatuan dan kesatuan. Kalau kita bercerai-berai, kita akan lemah. Karena itulah, kita harus menjaga persatuan dan kesatuan di negara kita tercinta ini.
            
Amanat dalam peribahasa ini adalah bersatulah meskipun dalam perbedaan. Dengan kata lain berbeda-beda, tetapi tetap bersatu.

Ilustrasinya:

Berbeda-beda, tetapi satu dalam kebersamaan. 

2.    Ampit manak tingang

Makna per kata:
ampit: burung gereja/pipit/emprit
manak: beranak
tingang: burung enggang/rangkong

Terjemahan lengkapnya:
Burung pipit beranak enggang.

Maksudnya:
Seseorang yang bisa mengangkat martabat orang tua (bapak-ibunya).
          
Peribahasa ini mengacu pada burung pipit dan burung enggang. Burung pipit termasuk burung kecil. Sedangkan burung enggang termasuk burung besar dan sangat dimuliakan orang Dayak di seluruh Kalimantan. Dalam peribahasa ini dikatakan burung pipit beranak burung enggang. Maksudnya seorang yang melahirkan anak yang kamudian hari anaknya itu lebih hebat daripada orang tuanya. Misalnya orang tuanya hanya pedangan kecil. Lalu dengan segala usaha, anaknya setelah besar menjadi seorang dokter. Amanat dalam peribahasa ini adalah mengangkat martabat orang tua.

Ilustrasinya:
Seorang anak yang sukses menjadi dokter dan mencium tangan ayahnya.
Ayahnya yang seorang pedagang kecil pun sangat bahagia dan terharu.

3.    Tingang manganderang into bitie

Makna per kata:
tingang: burung rangkong/enggang
manganderang: menabuh/menggema
into: di
bitie: badannya sendiri

Terjemahan lengkapnya:
Burung enggang menabuh di badannya sendiri.

Maksudnya: Hebat bicara saja, tapi tidak bekerja.
            
Peribahasa ini mengacu pada burung enggang. Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak orang yang hebat bicara. Tapi, tidak semua orang tersebut mau mengerjakan yang mereka bicarakan. Hanya sebagian orang saja yang mau mengerjakan kata-kata mereka sendiri. Misalnya ada orang yang gemar menawarkan ide-ide menulis. Setelah dia selesai bicara, tak ada kelanjutannya. Sedang yang diharapkan dalam kehidupan ideal adalah sebaliknya.

Amanat dalam peribahasa ini adalah, segala perkataan harus dibuktikan dengan kerja nyata. 

Ilustrasinya:
Seorang wanita karier yang membantu ibunya memasak sesuai perkataannya.

4.    Kongkong saran tewang teah belai, antang saran langit bisa belai

Makna per kata:
kongkong: kodok
saran: di pinggir, di tepi
tewang: tebing, pinggir sungai
teah: haus, kehausan
belai: nafsunya, rasanya
antang: elang
langit: langit
bisa: basah

Terjemahan lengkapnya:
Kodok di tepi sungai merasa kehausan, elang di tepi langit kembung air.

Maksudnya:
Diri sendiri yang memiliki tanah air, orang lain yang mengambilnya/memanfaatkannya.

Peribahasa ini mengacu pada kodok dan elang. Kodok hidupnya di tepi sungai. Sementara elang merupakan burung yang terbang di ketinggian. Kata langit dalam peribahasa ini bermakna ketinggian.

Contoh peribahasa ini adalah keadaan bangsa kita pada masa penjajahan Belanda dan Jepang dulu. Saat itu bangsa Indonesia adalah pemilik sah tanah air ini, tapi diambil dan dimanfaatkan oleh Belanda dan Jepang. Beruntunglah saat ini bangsa kita sudah terbebas dari kedua penjajah tersebut.

Amanat dalam peribahasa ini adalah menjaga dan memanfaatkan tanah air sendiri. Misalnya dengan mengisi pembangunan dengan giat belajar dan bekerja agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Ilustrasinya:

Seorang pelajar mengisi pembangunan dengan giat belajar.

5.    Ampit biti, tingang kanderange

Makna per kata:
ampit: burung pipit
biti: badannya
tingang: enggang
kanderange: tiruan bunyinya, suaranya

Terjemahan lengkpanya:
Badannya burung pipit, tapi bunyinya seperti burung enggang.

Maksudnya:
Pekerjaan atau perbuatannya tidak seimbang dengan keadaan fisik atau kondisi lainnya seperti keuangan keluarga.

Peribahasa ini mengacu pada burung pipit dan burung enggang. Burung pipit bertubuh lebih kecil daripada burung enggang. Jika burung pipit bunyinya seperti burung enggang, tentu tidak seusai dengan keadaan fisiknya. Burung pipit saat berbunyi, suaranya adalah burung pipit juga. Peribahasa ini ditujukan kepada orang yang bekerja atau berbuat sesuatu, tapi tidak sesuai dengan keadaannya.

Contoh peribahasa ini adalah, anak sekolah dasar menggunakan cangkul orang dewasa saat kerja bakti di sekitar tempat tinggalnya. Seharusnya cangkul yang digunakan berukuran kecil sesuai fisik anak sekolah dasar.

Amanat peribahasa ini adalah, bekerja atau berbuatlah sesuai dengan keadaan fisik, keuangan, atau lainnya yang kita miliki. Ilustrasinya.

Ilustrasinya:
Dua orang pemuda menggunakan cangkul
sesuai ukuran tangan mereka saat kerja bakti.

6. Jaton utuse kelep tau mandai

Makna per kata:
jaton: tidak ada
utuse: ceritanya
kelep: kura-kura
tau: bisa
mandai: naik

Terjemahan lengkapnya:
Tidak pernah ada ceritanya kura-kura bisa naik.

Maksudnya:
Mengerjakan yang tidak mungkin.

Peribahasa ini mengacu pada kura-kura. Kura-kura merupakan hewan yang tidak bisa memanjat atau jalannya tidak ke atas (naik). Kenyataan ini digunakan sebagai peribahasa tentang perkerjaan yang tidak mungkin.

Contoh peribahasa ini dalam kehidupan sehari-hari seperti menciptakan semut. Manusia dari negara mana pun tidak bisa menciptakan semut. Karena itulah, kerjakanlah yang mungkin. Contoh yang mungkin seperti menjadi seorang pilot atau orang hebat lainnya. Agar bisa menjadi seorang pilot atau orang hebat lainnya, syaratnya harus rajin berdoa dan giat belajar.
            
Amanat dalam peribahasa ini adalah kerjakanlah yang mungkin dikerjakan oleh manusia.

Ilustrasinya:


Seorang yang dulunya pelajar, telah menjadi seorang pilot andal.

7. Jaton pusa nalua laok je langa-langai

Makna per kata:
jaton: tidak ada
pusa: kucing
nalua: membiarkan
laok: ikan
je: yang
langa-langai: terbuka lebar, terhantar

Terjemahan Lengkap:
Tidak ada kucing yang membiarkan ikan yang terhantar.

Maksudnya:
Tidak ada satu orang pun yang membiarkan segala sesuatu yang enak

Peribahasa mengacu pada kucing. Hewan ini tidak akan membiarkan ikan yang terhantar. Begitu pun manusia. Tidak ada satu pun orang yang membiarkan segala sesuatu yang enak atau nyaman. Semua orang pasti akan mengambil atau memanfaaatkan yang enak atau nyaman untuknya. Dapat bersekolah dengan baik merupakan sesuatu yang nyaman. Memiliki seragam yang bersih, buku bacaan yang bagus, dan lainnya harus dimanfaatkan. Sebagai generasi penerus bangsa haruslah memanfaatkan fasilitas belajar yang ada. Amanat dalam peribahasa ini adalah memanfaatkan rezeki yang diberikan Tuhan dengan sebaik mungkin.

Ilustrasinya:
Dua siswa memanfaatkan seragam yang bersih, buku bacaan yang bagus, dan lainnya yang mereka miliki. Mereka pun belajar dengan giat.

8. Kilau tungap saluang balau

Makna per kata:
kilau: seperti
tungap: sambaran
saluang: ikan seluang
balau: lapar

Terjemahan lengkapnya:
Seperti sambaran saluang lapar.

Maksudnya:
Diumpamakan jawaban yang lancar sekali atas suatu pertanyaan.

Peribahasa ini mengacu pada ikan seluang. Ikan ini sangat cepat menyambar umpan jika dia lapar. Kenyataan itu diumpamakan dengan jawaban yang lancar sekali dari orang yang ditanya.

Contoh peribahasa ini adalah siswa yang lancar sekali menjawab pertanyaan gurunya. Tentunya hal itu karena siswa tersebut rajin belajar. Semakin rajin seorang siswa belajar, maka semakin terasah pula otaknya. Hal itu membuatnya menjadi anak yang pandai dan cerpat menjawab perntayaan. Amanat dalam peribahasa ini adalah cepat dan tepat dalam menjawab soal.

Ilustrasinya:
Seorang siswa yang cepat dan tepat menjawab pertanyaan di papan tulis.

9. Panginan antang dia’ akan kinan munyin

Makna per kata:
panginan: makanan
antang: elang
dia’: tidak
akan: untuk
kinan: dimakan
munyin: musang ,luwak

Terjemahan lengkapnya:
Makanan elang tidak akan dimakan musang.

Maksunya:
Rezeki kita tidak akan tertukar oleh orang lain.

Peribahasa ini mengacu pada elang dan musang. Makanan musang biasanya buah-buahan termasuk kopi dan kadang daging ayam. Makanan elang tidak akan dimakan musang. Begitu pula dengan rezeki manusia sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dialah yang memberikan rezeki kepada setiap makhluk-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki seseorang tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Misalnya pedagang buah mendapatkan rezeki dari-Nya melalui berdagang. Begitu pula dengan rezeki pilot, dokter, dan lain-lain.

Masing-masing akan mendapatkan rezeki yang berbeda. Itulah sebabnya, kita tidak boleh merasa bersedih hati dan dengki jika rezeki kita lebih sedikit daripada rezeki orang lain. Segala yang diberikan Tuhan kepada kita, itulah yang terbaik bagi kita. Amanat peribahasa ini adalah selalu bersyukur atas pemberian Tuhan YME. Rasa syukur menghindarkan kita dari rasa dengki terhadap rezeki orang lain.

Ilustrasinya:

Seorang nenek bersyukur mendapatkan rezeki dari Tuhan YME
melalui siswa sekolah dasar.


Sumber tulisan: Buku Mengenal Peribahasa Dayak Ngaju yang Beracuan Flora dan Fauna karya Mahmud Jauhari Ali 

Sumber gambar: koleksi pribadi

0 comments: