Friday, February 28, 2020

Muslim Uyghur Dikirim untuk Bekerja di Pabrik-Pabrik China Saat COVID-19 Masih Menyebar

Sumber RFA

Virus masih menyebar dan karantina tetap dilakukan di banyak negara, tapi muslim Uighur malah dipaksa bekerja dengan resiko kematian akibat COVID-19.

Berbicara kepada Layanan Uighur RFA pada hari Kamis, Dolkun Isa, Presiden World Uyghur Congress (WUC) yang berbasis di Munich, mengatakan ia merasa hal itu "mengejutkan" bahwa "Pemerintah Xinjiang memaksa ratusan pekerja Uighur untuk melakukan perjalanan ke bagian lain China untuk bekerja di pabrik pada saat Beijing mengkarantina jutaan orang dan perusahaan menghentikan produksi karena takut akan infeksi coronavirus."

Ia menambahkan, "Jelas bahwa pemerintah China menempatkan orang-orang Uighur ini dalam bahaya karena kehidupan Uighur bukan urusan (penting) Cina. Tidak ada jaminan bahwa (para) Uighur ini akan pulang hidup-hidup. China harus berhenti memaksa orang Uighur pergi ke daratan (China) dan bekerja sebagai buruh murah di bawah ancaman virus corona.”

Sementara itu, seperti terlansir RFA, Kamis (27/2/2020), Memet Imin, seorang peneliti medis Uighur yang berbasis di New York, mengatakan, "China mengirim Uighur karena mereka tidak memiliki sarana untuk menentang pihak berwenang, mereka dapat dipaksa untuk bekerja sebagai tenaga kerja murah, dan perusahaan yang mempekerjakan mereka tidak akan bertanggung jawab, bahkan jika mereka sakit atau mati karena virus korona."

Dikabarkan dari sumber yang sama, pihak berwenang di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR) mengirim ratusan etnis Uyghur ke bagian lain Cina untuk bekerja di pabrik-pabrik yang terpengaruh oleh coronavirus novel (COVID-19).

Sebelumnya dikabarkan pula banyak penduduk XUAR telah dibiarkan tanpa makanan dan pasokan yang memadai di tengah karantina yang diberlakukan oleh pejabat setempat untuk menghentikan penyebaran COVID-19 di wilayah tersebut.


0 comments: