Wednesday, November 6, 2019

Para Penulis yang Menerbitkan dan Menjual Buku Karyanya Sendiri


Mungkin bagi Anda hal yang tersaji dalam judul di atas pasti mustahil. Jika demikian yang terpikirkan, itu wajar.

Saya yakin tidak hanya Anda yang berpikiran seperti itu. Mengapa? Jawabnya mudah. Sebab, yang lazimnya terpampang di berita-berita ialah sosok-sosok penulis kondang. Yakni para penulis yang diburu banyak penerbit.

Ya, penerbit-penerbit mayor dengan semangat menerbitkan naskah buku karya penulis kondang. Harapannya satu: buku laris manis di pasaran.

Hal itu sangat masuk akal mengingat masyarakat lebih suka membaca karya-karya penulis yang bernama besar.

Nah, tapi akan lain ceritanya jika naskah buku lahir dari penulis yang belum kondang atau naskahnya susah dijual.

Hal terakhir ini sudah tidak asing bagi saya. Tak perlu alasan panjang soal ketidakasingan itu. Jujur saja, saya punya banyak teman di kalangan penulis yang kerap dikenal sebagai sastrawan dan "calon sastrawan". Benar, dari yang pemula hingga senior. Mulai yang biasa-biasa saja sampai yang terkenal.

Dan, meski sudah terkenal sekalipun, ada saja sastrawan yang masih menerbitkan dan menjual buku karya mereka secara indie.

Maksud indie dalam hal ini adalah penerbitan naskah buku yang biayanya ditanggung oleh penulis bersangkutan.

Lalu bagaimana dengan penjualannya? Memang ada penerbit indie yang membantu penjualannya. Akan tetapi, lebih banyak yang dijual sendiri oleh penulisnya.

Pertanyaannya, kok bisa?

Entah ini sudah menjadi rahasia umum atau belum. Yang jelas, kebanyakan naskah sastra lebih serius. Sebut saja isinya mengangkat persoalan korupsi dan kemiskinan.

Dalam kacamata bisnis, naskah sastra yang demikian susah dijual, terlebih puisi serius. Penerbit mayor yang membiayai seluruh penerbitan buku tentu tak mau mengambil resiko dagang seperti itu.

Agar buku bisa terbit, maka sastrawan rela mengeluarkan uang pribadinya. Kemudian, untuk memutar roda penerbitan selanjutnya, penjualan kecil-kecilan pun dilakukan. Misalnya buku-buku indie ini dijual  saat ada acara sastra.

Saya punya sebuah cerita terkait penjualan dalam contoh di atas. Ada seorang penyair (pensyair) tenar yang menjual buku puisinya dalam acara sastra. Jadi, saat ia diundang sebagai narasumber, dirinya sekaligus mempromosikan buku-buku puisinya. Ia mengaku bisa mendapatkan uang dua juta rupiah setiap kali ada acara sastra.

Waw! Keren, 'kan?


0 comments: