Thursday, January 17, 2019

PUISI-PUISI ARIA PATRAJAYA




Rakyat

Rakyat adalah mereka yang lugu
menjadi bulan-bulanan politik
dan sebagai ladang bagi elit politik

Rakyat adalah mereka yang melongo
memandangi kibaran bendera partai
dan umbul-umbul partai
menghias ubun-ubun bumi
bagai sebuah pertandingan

Rakyat adalah mereka yang dijadikan tumbal
bagi sebuah kursi dan demi keuntungan pribadi

Rakyat adalah mereka yang hanya berharap
sepiring nasi, sepotong tahu-tempe, atau sepotong ikan asin,
serta sesendok kecil sambal

Rakyat adalah mereka yang dijadikan biji dadu
dalam sebuah pertaruhan kursi DPR
namun, rakyat bukanlah pengemis
justru dia-dia itulah yang mengemis suara rakyat
                                                                               
Kertak Hanyar, 23 November 2008


RPP

Kami ingin menyatu dengan
kecakapanmu agar bangsa ini
mampu bangkit dari keterpurukan

Kami ingin siring dengan
kepiawaianmu agar bangsa ini
sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia

Kami ingin bergandengan tangan
dengan keluwesan gerak-gerikmu
agar bangsa ini dipandang dua belah
mata oleh bangsa-bangsa di dunia

Kami ingin bermesraan dengan
keseksian tubuhmu
agar rupiah tidak lagi di bawah dolar

Kamulah metode
kamulah model
kamulah pembelajaran yang cantik itu.        

Banjarbaru, 5 Desember 2008


Oh Pelaut, Mengapa Ada Saat Berpisah

Debur ombak hias-hias bening bola mata
Nyanyian alam sepi lepas bahari
Tadah doa-doa kecil suci
untuk papa di sana dan setetes tangis

Debur ombak ajak canda
ajak bising dalam hening
Mari reguk segelas wisky
biar kita lupa pada mama
pada sejengkal tanah merah yang dulu kita pijak

Debur ombak peluk seekor camar muda
Garis mimpi kisah kasih terpisah
untuk lenggang temu antara kita
seperti jumpa musim semi

Debur ombak lepas lara
bernantian di pantai sepi
Pelaut datanglah untuk purnama ini
satukan lengan kita lagi

Kompleks AL, 1982


Gumam

Keseharian adalah sebuah keindahan
andai keseharian mampu menyatu
dengan jiwa yang tulus

Banjarbaru, 30 November 2008


Kemilau

Maaf, biarkan aku memandang wajahmu
Tetaplah kau duduk di sana
agar aku leluasa menikmati wajahmu

Maaf, biarkan semua orang duduk
dalam wujud kenisbian
Tapi kau tetaplah di sana

Maaf, buku-buku berak-rak
ikut menatap wajahmu
menyanjung seribu kata

Kanwil Perpustakaan, 26 November 1985


Biodata Penyair



Aria Patrajaya yang walaupun merasa dirinya bukan penyair tapi kadang-kadang bisa dan suka menulis puisi dan ia pun suka membaca cerpen. Aria yang bekerja sebagai guru SMPN 1 Kertak Hanyar pernah menjadi juara ke-2 dalam penulisan puisi dan cerpen bahasa Banjar di tingkat provinsi. Ia juga sering mengikuti diskusi dan seminar sastra di tingkat kabupaten dan provinsi Kalimantan Selatan.

Walaupun sekarang ia jarang menulis puisi namun sastra tetap dihatinya, karena bagaimanapun, ia sebagai guru Bahasa Indonesia pasti akan berhadapan dengan sastra dan karya sastra. Di Kertak Hanyar, sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Banjar ia diusung oleh teman-temannya sebagai Ketua (Komunitas Sastra Indonesia) KSI cabang Kertak Hanyar untuk membina sastra.

0 comments: