Saturday, January 26, 2019

Dua Contoh Puisi Taberi Lipani dalam Bukunya Puasa dan Rasaku



Seorang Taberi Lipani termasuk sastrawan yang diperhitungkan di Kalimantan Selatan. Di jagat sastra daerah ini siapa yang tak mengenalnya? Pria yang lahir pada tanggal 6 September 1971 di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan itu karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media massa, misalnya Tabloid Legalitas Bandung. Dalam hal buku, karya-karyanya juga dimuat di antologi puisi bersama, antara lain, Tarian Cahaya Di Bukit Sanggam (2008), Suara 5 Negara (2015/Antologi Puisi Penyair Lima Negara), Ibuku Mendaki Badai (2015), dan Arus Puisi Sungai (2016).

Sedang antologi puisi tunggalnya adalah Puasa dan Rasaku (2013) dan Tadarus Kerinduan (2014). Khusus Puasa dan Rasaku, memuat puisi-puisinya yang bernuansa ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Berikut adalah dua contohnya.


Puasaku 5

Karena engkaulah Ramadhan
hujan berkejaran dengan aksara damaiku
tiada lagi resah dan kegelisah yang membunuh semua keindahan
sebab aku bukanlah sang penyair itu
aku hanya pemulung kata-kata dari mimpi ke mimpi
dari sepi ke sepi aku hanya pendaurulang setiap tetes rindu
dini hari ke siang rasa hingga tiba waktuku tuk berbuka
dengan sejumput cinta.

Barabai,14-07-2013


Puasaku 11

Selaksa rindu dendam tengadah bulan
yang ingin berpamit pada langit diam dan kelam
hatiku gemetar saat terdengar lantunan azan subuh
saat kuraba usia nan mulai tergerus masa dalam rasa

Kubiarkan sejauh apa anganku berlabuh
jika tiada mampu kubungkam seluruh kenangan silam
diantara aku,kau dan dia pernah ternoda syak wasangka
kini kuikhlaskan semua kembali ke batas muara cinta

Barabai,20/07/2013


Taberi Lipani memang telah meninggalkan kita. Tapi, dua puisi di atas dan karya-karya lain darinya masih hidup. Tetap setia  menyuarakan seluruh gerak batinnya dalam sastra.
   

0 comments: