MUTIAGHANA


Malam itu tubuh lunglai lemas seperti orang kalah perang. Capai seperti badan mau disate dan disunduki. Merebah badan sebentar di bed tempatku mengaso di kos ini. Mutiaghana, samping kampus yang super duper ramai. Aku memilih pindah kos dari belakang kampus karena aku dak tahan dengan cerita-cerita seram yang aku dengar dari beberapa teman kos. Satu rumah kontrakan pada pindah semua. Aku memilih pindah di depan barat kampus kalau pulang cepat dari jalan raya. Aku tidak mau konsentrasiku mengerjakan tugas-tugas kuliahku amburadul oleh kecerewetan teman yang suka gangguin hal-hal yang aneh-aneh.

Aku geletakan sebentar di sofa lalu kuraih lapy-ku yang super jadul tetapi masih okey banget. bodynya, lelaki jangkung, banyak banget hal yang ingin kutulis dan angan-anganku di segara gunung kemarin, gitarannya, suara merdunya, dan celotehnya membuat malam semakin terang, seperti starcy bintang yang sangat jauh di langit tinggi tapi dapat menembus kedalaman laut. Anak-anak mapala memang super keren. Dan si cuex yang sok jaim dan sok ganteng itu. Aih buanyak banget yang ingin aku ceritakan.

Glodakkk! Duh suara apa si cempreng yang mandi dari tadi gak kelar-kelar membuyarkan lamunanku tentang si cuek.

Kebiasaan Beny Budi Utami teman sekamarku anak Sastra adalah sukanya mendengarkan lagu-lagu Barat klasik dan lembut, yang slow untuk mengantar belajar malam dan pengantar tidur. Lagu lagu The Bee Jess, Eric Clapton, dll petikan gitar yang aduhai dari penyanyi idola saat itu.

            “Bennyyyy!”

            “Woyy kamu ngapain!”

Baru kubuka, suara cempreng teman sekamarku nyerocos dari kamar mandi.

            “Hey tadi pagi bokap loh nyari kamu!”

            Subhanallah kamu Benny, gara-gara kamu ilang semua memoriku!”

       “Halah kamu pingin menulis si jangkung tinggi kurus namanya Banyu itu tow yang kemarin kamu ketemu di kantin atau siapa si mas Kuthut yang dekat kos-kosan yang ketemu di warung atau si dosen ganteng dari Jogja itu yang membuatmu kesengsem atau siapa siapa lagi yang ingin kamu tuliskan “

            “Nah aku tahu lihat dari kamar mandi di sini kamu sudah buka lappy lalu ingin menulis kata-kata indah yang cantik dan so sweet setelah kau ketemukan si pujaan hatimu itu ‘kan, bahwa pencarianmu belum ketemu juga cinta sejatimu belum datang juga lalu kau bingung kuliah harus sudah selesai iya ‘kan iya ‘kan Daaaaa!”

            “Tahu ah gelap!”

            “Nah malu malu ‘kan, aku tahu judul tulisanmu Segara Gunung ‘kan?

“Lalu apa artinya segara gunung, Ta!”

            Ga tahuk!”

            “Loh kok gak tahu!”

            “Aku menulis apa yang ingin kutulis”

            “Benny arggghh banget kamu yak…sok kepo aja kemarin kau buka lagi lapy-ku yak kok tahu itu segara gunung!”

            “Ya tahulah apapun rahasia anak-anak sekos Mutiaghana ini Benny paling tahu duluan, apa pun gosip terhangat di fakultas Sastra, ai juga yang paling tahu duluan, dan tokoh-tokoh ceritamu, ai tahu banget tuh, iya tuh!”

Benny masih menyetel lagu kesukaannya, lagu-lagu Barat yang aku gak ngerti artinya. Tetapi aku cukup menikmati lagu lagunya Benny memang oye. Sambil tiduran. Atau baca- baca buku referensi. Aku masih berkutat dengan perkuliahanku. Benny, sekamar denganku waktu di kos Muthiaghana, barat kampus di Jln. Gg. Guntur dulu, namanya. Aku tidak banyak berganti-ganti kos atau pasangan ke sekamar. Aku dengan Benny awet, kebetulan dia juga anak Sastra. Jadi mungkin tugas-tugas lebih nyambung. Banyak sekali anak anak kos yang dari sastra ada Anik, Risty, Benny, dll. Sementara lainnya ada yang kedokteran, Pertanian, Ekonomi, Sospol, FKIP, dan lainnya. Yang menempati ruangan atas. Aku berada di kamar bawah dengan Benny. Ia anak Pacitan tapi sudah lama tinggal di Solo karena SMA-nya dari Solo. Yang lainnya Icus, Titin dari Pati. Mak Iwiek anak dari Delanggu mengambil Kedokteran, semua saudaranya jadi dokter. Yang dari FKIP juga banyak. Kos kosanku ini lebih ramai karena banyak penghuninya. Di banding kosku yang di belakang kampus. Kenapa aku pindah karena aku memang cari tempat yang mudah terjangkau dan strategis kalau pulang,  kebetulan aku sudah habis teori jadi tinggal pulang-pulang pergi ke kos kemudian balik-balik lagi karena hanya menyelesaikan tugas akhir, dan ambil ekstension.

            “Hey Beny…pliss kecilin dikit to, radionya!”

            Why, suka-suka ailah!”

            Plis Benyyy, ai lagi konsen nih!”

         “Halah paling-paling bikin puisi to, kalau gak ya bikin cerita kayalan, mengkhayal setinggi langit ketemu Banyu Biru, atau pangeran lagi entah siapa meneh, ya ya ‘kan!”

         “Dasar Beny jelek, awas ntar gak kupinjamin yang makalah tugase pak Prof. Sudiro Satoto loh!”

            “Welah ngancam ya, ngambeg gitu, jelek tahu Da!”

         “Makanya ganti dong chanel radionya, lagu yang super romantic kek apa kek yang kuping gak budeg  mbenginging, bosen dengerin berita politik gitu-gitu terus, males, bikin kepala pusing!”

            “Okey, okey, tapi aku pinjami juga ya tugase pak Wieranto, ya plis Da mau ya!”

            “Hah apalane, jadi cewek kok malesan!”

            “Ya aku bukan kutu buku kayak loh sih!”

            “Ha ha ha dirimu itu kutu kupret tahuukk!”

            “Ha ha ha mana nih puisinya dah jadi belum, sang penyair, eh penyihir!”

           “Aw aw  super romantic, kau berbakat banget kok Da nulis puisi, tapi kacihan …bukunya dibakar-in sama Bokap-nya hiks hiks…ilang deh kekayaan intelektualmu dan kekayaan kreatifmu ha ha ha!”

           “Kena banjir tahukk…buat apa buku-buku dah rusak semua kena banjir yan dibakar saja buang ke tong sampah ‘kan!”

“Aih kasihan, cemburu nih kalau jeles jangan dipendam dalam ati, tapi diutarain saja biar plong!”

            “Ih amit-amit siapa yang cemburu?”

            “Tuh lihat aku tahu dari baris baris puisimu!”

          “Aku tahu kau sebetulnya sangat cemburu ‘kan lihat Banyu sama cewe-cewek Sentraya!”

            “Enggak, biasa saja kali!”

           “Buat apa kau kepoin dia gak kepo ma kamu  sakit ati tahuk rasa, dia lelaki paling cuwek di kampus, Non!”

            “Sudah cut sampai di sini, kamu gak bakalan kuat ngadepin orang lelaki macam itu, lelaki paling cuek sedunia raya!”

            “Hehe emang siapa yang kau maksud dengan inisial B, itu Banyu Biru ‘kan, hayuuukk ngaku saja itu buat dia ‘kan puisi!”

            Enggakkk weekkk!”

            “Benyyy, kau mau ke mana, aku mau bacakan puisimu ke atas!”

            “Woyy gila kamu turun gak ayuk turun …Benny!

Benny dengan kepo dan lantang baca puisiku itu di seantero kos semua menyambut dengan sorak sorai. Malu aku rek. Malu sekali.

Tubuhku remuk. Pikiranku cabang-cabang. Antara skripsi kuliah dan pekerjaan. Ultimatum bapak dan ibuku gak main-main. Aku harus betul-betul dapat ijazah sarjana dan lekas kerja. Tubuhku sebagian mental ke Teluk Cikal, sementara yang lain menikmati indahnya malam di Bukit Bintang. Sementara yang lain masih asyik jalan-jalan ke Candi Sewu dan Sanggaratu. Hadeuh di mana aku harus berpijak.  Aku harus menyelesaikan skripsiku dengan segera mungkin. Atau novelku.

            “Besok aku nemani pak prof lagi Benny, aku ke Candi Sukuh ngantar yang dosen Yogja itu penelitian candi di sana!”

          “Huum si dia arkeolog ya, iya dia peneliti  budaya kayak-nya, ini mau dijadiin buku lagi!”

           “Sumpeh bukunya keren-keren semua, ini penelitiannya tentang Candi Sukuh juga mau diterbitin!”

            “Iya ati-ati, cowok biasane gitu!”

            “Gitu apaan!”

            “Ya barangkali saja nafsu sama eloh trus dikerukupi pakai sarung!”

      “Ha ha ha emang aku pencuri ayam ditangkap dikerubutin sarung, aneh-aneh saja, pikiranmu tuh persis kayak ibuku dan Abah-ku ngeres terus!”

           “Dia itu terpelajar, dosen pulak, gak mungkin aneh aneh, aku dah beberapa kali ngantar dia ke mana-mana, sambil bantu-bantu magang ‘kan aku dapat bayar untuk asisteni dia woy…!”

            “Iya ai know I know, tapi kabare dia masih bujang ‘kan, bujang lapuk, alias jejaka tua,!”

            “Ah kepo ah nggak ngurusi kayak gitu yang penting aku kerja, dia professional kok!”

            “Jangan baper, kalau kerja baperan ya mana orang mau!”

            “Ya udah pesenku baik baik jaga diri loh kau perempuan, aku gak mau kau diapa apa-in, oke!”

            “Siap!”

         “Pamit sama bu kos, biar kalau ada yang nyari kamu, tahu dimana posisi kamu, nungging apa tengkurap!”

            “Wkwkw astagfirullah tenan kamu Benyy, dan kalau dah bayaran jadi tukang ketiknya, dibayar kosmu yang nunggak itu!”

            “Iya iya sok tehu banget kamyu Beny!”

            “Hehe dibilangin kok, jangan alasan dah dikasih ortu kamu buat nglayap!”

          “Enggaklah, itu ‘kan kamyu Beny, aku memang belum dikasih ortu lagi bokek, anak-anak semua kuliah hebring-hebring biayane juga hebring, makanya aku ditarget segera lulus biar gak kebanyakan budget tambah bengkak!”

            “Ini kakakku juga banyak biaya untuk praktik co as di kedokteran, jadi telat aku di kasih uang kosnya Ben!”

          “Iya udah gak usah nangis, baperan, untungnya dosenmu itu baikan to, kasih uang kamu buat biaya jalanmu!”

            “Iya Beny, lumayan loh daripada lo manyun wkwkw!”

Kepalaku puyeng, Munyer. Benyy tolonglah aku gak bisa berhenti menulis nih. Gimana nih biar berhenti menulis,  semua pingin ditulis, gagasan sembul-menyembul memenuhi batok kepalaku, seperti mau muntah dan muncrat. Ide-ide berterbangan berjumpalitan seperti titik hujan, kaki kaki hujan yang melompat-lompat di jalanan.

            “Da, gue tanya ya sebenernya cowok loh to siapa?”

            “Cowok? Pacar, mangsude loh!”

            “He eemm, siapa si Bariq itu atau siapa apa dosen itu atau siapa dong, teman loh apa pacar loh, loh ‘kan setahu gue ‘kan gak banyak teman, teman loh ya diary loh itu!”

            “Dida  gitu teman sih buanyak, gebetan kagak ada,!” Ha ha ha!“ cengir si Iwiek yang sebelah kamar kosku.

            “La kemarin yang sering nganterin kamu tuh siapa!” tanya Anik juga tetangga kamar.

            “Halah tetangga sok kepo kamu semua itu suka-suka gue ‘kan, teman emang cuma teman sumpih aku gak pacaran!”

            “Bener suer terkewer-kewer gue serius ngejar skripsi gue, gue gak mau urus urusan yang ribet-ribet soal cowok, puas  jawaban gue sudah klarifikasi ‘kan?

            “He he he ini ibu ibu rempong pada ngrumpis pagi-pagi rempong apa nih!”

            “Ini loh pada penasaran aja ma Dida nih sebetulnya siapa cowoknya, kok tiap hari nulis novel terus kapan jadinya tuh ceritane!” kata Amiek juga nimbrung

            “Wadeuhh bisa bisa seluruh indekos ini pada kepo rempong semua ini!”

            “Kacian deh Da, barusan di PHP, pemberi Harapan Palsu, siapa lagi kalau gak si Banyu yang play boy kampus!”

            “Wadeuh duuhh akit hati ini kasihan tuan puteri ku diPHP ini!”

            “Biarin kali di PHP ini dari pada loh loh PHO, Perebut Hubungan Orang!”

            “Hayuukkk, lebih terhormat gue ‘kan!”

            “Idiehh tuan puteri yang manis dan kalem ni kalau imajinasi jangan tinggi-tinggi Tuan Puteri, jatuh tahu rasa, si Banyu ceweknya banyak gonta-ganti pulak, si Banyu cowok paling most wanted di campus ini!”

            “Loh kalau deket deket dia, pasti ditendang tuh ma cewek-ceweknya!”

            “EGP, emang guwe pikirin, bodoh amat, amat aja gak bodoh-bodoh amat kok!”

            Sableng!”

            “Aku Cuma bantuin dia ngetik doang, nggak ngapa- ngapa-in kok, dan kita juga gak pacaran!”

           Gak Da, kau yang jadi tersangka tertuduh loh, karena denger denger kau bisa merebut hatinya Banyu!”

            “Idieh enggaklah, guwe gak baperan,!”

            “Banyu itu idolah di sini cint!”

“Loh kalau mau ngelanjutin cinta loh pada Banyu, musti ati-ati nglangkahin mayat cewek ceqeq dulu, Da! Hahaha.

“Banyu itu most wanted cewek cewek kampus!”

            “EGP, emang guwe pikiran, suka suka dia mo banyak mo dikit biarin saja urusan orang tahukk!”

            “Dida terlalu polos lugu dan terlalu cuek!

            “Kemarin kau liat sendiri ‘kan di depan mata loh aja si Banyu  berani nya nyakitin kamu, boncengin anak Fisip, cewek mana yang gak digebetin, eloh sih diem saja, gubraggg kalau aku jadi ceweknya dah kuhajar cowok kayak gitu!”

            “Eit siapa yang ceweknya, aku bukan siapa siapanya Banyu  tahu, aku cuma teman!”

            “Teman apa teman!”

            “EGP, emang guwe pikirin, dah dulu yak guwe mau konsultasi dosen gue ya!”

            “Dadada …semua!”

            “Panas dia kagak kuat hatinya diledekin ma kita kita!”

            “Ia lantas ngeloyor pergi ke kampus!”

Menurutku aku sangat serius. Aku merasa hidup itu harus serius meski caranya dengan santai, agar slow dan pikiran data urgen ya harus urgen, saat santai yang santai. Aku bisa membedakan dunia itu. Aku juga bukan type main-main jika kuliah, aku punya usaha dan tekun untuk mengikuti kuliah. Aku tidak bisa mengenthengke dan semau gue kayak teman-temanku yang lain. Bagiku kuliah adalah masa depanku sendiri. Karena aku harus memilih maka di akhir akhir perkuliahanku memang aku harus mengambil keputusan penting aku tinggalkan semua yang kurang penting, yang kuanggap dulu hanya untuk selingan dan ngisi waktu luang di kos. Misalnya di kegiatan majalah kampus, di madding, mapala, pecinta alam, teater dan lainnya sedikit sedikit aku mulai tinggalkan.

Dan Banyu memang  laki laki paling dugal di kampus, suka jail dan usil. Tak punya rasa cemburu dan pandai menyembunyikan perasaannya. Dia bukan tipe cowok yang mudah ekspresif tetapi cenderung impresif, dia hanya bisa hidup dengan kesan kesan.  Dia laki laki yang sangat menjaga perasaannya dan perasaanku. Dia tidak pernah sembarangan denganku. Dia sangat menjaga hatiku. Dan tak pernah aku merasa pacaran, seujung kuku pun aku belum pernah disentuhnya. Ala seperti gadis gadis sekarang dengan kekasih kekasihnya sekarang. Aku memang tidak melihat Banyu begitu ke aku. Banyu memang type cowok campus idola gadis-gadis kampus. Cool dan aktivis. Banyu Biru cowok yang sangat cuek. Dan hingga akhir hayatnya pun aku belum pernah mendengar dari bibirnya mengatakan I love u, aku sayang kamu. Kecuali dulu sih awal awal kita ketemu dia hanya mengucapkan itu malu malu via sms, kalau secara langsung belum pernah.

Aku fokus untuk merampungkan skripsi. Dan aku memang tak main main mengambil teori untuk penelitianku masih tergolong langka dan baru yaitu Gynocritic. Teori barat dari Virginia Wolf. Beruntung aku dibantu teman yang bisa menjembatani kepentinganku, kekuranganku dengan kelebihan dia. Dia anak Yogja yang begitu paham tentang dunia ilmuku dan mau membantuku untuk mengerjakan skripsiku. Aku dulu sangat terbantu dengan dia sangat membantu aku menerjemahkan teori-teori Barat itu membantuku untuk mencari referensi referensinya.

Bermula dari kebiasaan-kebiasaan sejak dulu aku membantu penulisan bukunya, mengetikkan dan membantu observasinya di berbagai tempat. Mungkin benih benih cinta itu tumbuh atau entah darimana datangnya cinta dari mata turun ke hati. Dari mana datangnya lintah dari sawah turun ke kali. Darimana datangnya cinta dari mata turun ke hati. Atau tresna jalaran seka kulina atau apa yang jelas diam diam kami suka, kami suka tetapi diam diam. Aku memang jadi juru ketik puisi-puisinya Banyu sebelum dikirim ke Koran. Dan semua aku yang membantu mengirimkan dalam surat. Dan menuliskan kepada redaksinya. Duhhh kenangan manis yang romantic saat di kampus.

Dianya banyak sekali membaca puisi dan karya karya fiksiku. Dia banyak membaca dan sharing hasil penulisan- penulisanku waktu di kos dulu. Kami baca kami diskusi dimana kurang dan kelemahannya. Dia memberi saran, dia meneliti dan membaca.

          “Menulislah saat selagi kau pingin menuliskannya, Da!” begitu pesan temanku  mas Banyu, saat aku mengikuti workshop menulis dulu.

Mas Banyu dulu sekampus waktu di Solo, kakak tingkat aku. Dan sekarang tanpa sengaja aku ketemu kosnya dekat kos kosanku. Kosnya di Pantisari aku di Girha Mutiagana. Dekat kampus.

            “Iya nih Mas, kapan aku bisa menghentikan menulis?”

            “Ya saat semua sudah kau tulis, ‘kan plong!”

            “Iya nih banyak ide ide berlompatan dari waktu ke waktu semua minta  untuk ditulis, baru setelah blank ya kosong tak ada apa-apa lagi untuk ditulis!”

            “Ini aku kasih buku cerita fiksi Mahabharata karya Nyoman S Pendhit, aku jamin kau bakal ketagihan dan terispirasi dari gaya menulis beliau!”

Banyu juga memberikan aku buku The Power Of Love, Seni Mencinta dll karya Erich Fromm, penulis kesuakaannya. Dan hobynya adalah main gitar lagu lagu barat, misalnya Starry Stary, I don’t like sleep A lone. wah betapa romantisnya dia, kalau main gitar selalu dirubungi cewek cewek cantik.

Banyu salah satu aktivis yang banyak mengadakan talk show, milad, acara keagamaan, milad, pesantren ramadhan, bazaar dan bedah buku  islami, dan semua aktivitasnya tak lepas dari buku- buku.

Ternyata benar aku baca-baca buku buku pemberian Banyu, ternyata benar aku sangat terpukau gaya ceritanya pak Nyoman yang sangat aduhai dalam menggambrakan latar dan watak pelakunya ist okey banget, keren pol. Sampai sampai aku hanyut dan mengikuti kisah dari lembar pertama sampai lembar terakhir.

Menemukan seseorang yang keras kepala mencintaimu itu bukan perkara mudah. orang yang tidak peduli saat kau jatuh tersungkur atau rusak, dia akan setia mendampingimu dan membantumu untuk berdiri lagi, memperbaiki diri bersama.
dia yang setia bukan hanya saat kau berada di puncak, tapi selalu setia mencari hilangmu. dia yang tidak hanya ingin warasmu, tapi juga kegilaanmu dan bahkan bertahan setelah menemukan kurangmu.

            “Jadi kau dah menemukan cinta sejatimu, Da!”

         “Ketemu tapi di khayalannya, ditulisannya dia dan bakal novelnya itu dia!” Hahaha, Benny bergurau dan selalu mengejek  dengan canda.

           “Aku pingin tahu apa tulisanmu itu akan kau terbitkan kelak, Da! Kalau iya kau sungguh beruntung!”

            “Hem aku gak tahu Beny, mengalir aja dengan menulis tak tahu akan kemana jadinya, aku hanya menulis yang kutahu dan kurasakan! “

            “Da, semoga cinta sejatimu kau temukan ya Da, tidak hanya di nopel-nopel khayalan dewamu itu saja tapi nyata dalam kehidupanmu yang kelak sesungguhnya, kita ini hanya di kos gak lama, paling cuma rata-rata kuliah 5 tahun setelah itu kita pisah, kelar lulus, dan yang paling luas dan paling banyak halaman adalah novel kehidupan alam yang sseungguhnya, itu ‘kan, Da!”

          Exacktly, betul bingit Beny, kita cuma bentar ‘kan di kampus di luar itu masih banyak kita bertarung dan dimulai dari sini, Beny!’

Aku bahagia jadi tukang ketik jedok saat itu. Banyu  sering minta bantuan ketikkan, juga teman sekampusku yang malas juga minta ketikkan. Jadi juru ketik seorang mahasiswa yang malas situ sesuatu banget ‘kan.

Menemukan cinta yang malas dan sangat cuek tentu sangat membuat kita tidak kekurangan cara, bukan untuk mendapatkan perhatian lebihnya, tetapi bagaimana keras kepalanya untuk mencuekkan dan tidak memikirkannya, itu juga perjuangan yang keras untuk tidak hanyut dalam kecuekannya. Mencintai orang yang malas dan cuek ternyata sangat sesuatu banget. Bagaimana bisa kita mencintai orang sangat cuek kepada kita? Nah inilah cinta, cinta memang aneh, dunia kebalik. Dibalik kecuekannya itu tersimpan perhatian segunung anakan padaku. Boleh aku agak geer meskipun seringkali patah juga dibuatnya oleh teramat dalam cueaknya cintanya Banyu. Banyu memang aneh seaneh cinta ya tetapi aku suka.

           Gimana nih jadi orang berantakan banget sih, buku buku bertebaran dimana mana jadi satu amburadul gini!, jadi orang kok pemalas banget bersih-bersih sih!”

            “Ya kamu tolong beresin!”

            “Masak base camp anak kampus sekotor ini  dan meja  kotor jadi satu sama buku dan makanan  dan gelas kosong dan minuman berserakan, jorok tahu!”

Aku sering membantu membereskan ruangan base camp anak anak aktivis itu bersama teman-teman putrid lainnya. Danu dengan teman-teman sekampus lainnya. Dan setiap Danu dapat honor aku ditraktir ramai-ramai. Di antara mata-mata cewek itu ada mata indah yang tak bisa bohong, dan aku selalu tak berani menatap mata Banyu yang selalu malu malu tertuju padaku. Aku tahu matanya yang indah itu adalah mata cinta yang sangat indah untukku. Aku tidak perlu ge-er tapi aku bisa meyakinkan cinta Banyu untukku. Dan mungkin hanya aku yang tahu keyakinan itu meski tak terkata katakan. Bukan cewek-cewek dan anak-anak kampus lainnya.

            “Ih …tuh si Nina tepe-tepe terus dari tadi, tuh liat di depan Banyu!”

            “Biarin saja ah kepo amat, mau tepe-tepe mau tebar pesona 24 jam biarin saja, hak dia biar saja!”

            “Idih Dida kau ini kenapa lah Banyu ‘kan milikmu tow,!”

            “Dia cintanya sama kamu bukan yang lain!”

            “Biarkan saja, aku cuek aja ngapain ngurusi kayak gitu!”

            “Aneh kalian ini memang cinta yang aneh, kenapa gak ada jeules jeulesnya sih, sudah tahu kelakuan Banyu seperti itu harusnya kau cemburu, kalau kau sayang, Banyu!”

            “Ah bodo amat, gak usah pikirin kayak gitu males aku!”

Indahnya jalan jalan dengan mas banyu adalah saat aku nyari nyari buku buku di SOS Jogja. Banyak banget seperti surga buku dan aku bebas milih apa saja buku apa saja yang aku suka aku dibelikannya. Dan aku tinggal milih buku buku di shoping Jogja itu bagus bagus macem macem dan murah, terjangkau di kantong mahasiswa. Dan betapa kerennya kalau pas Mas Banyu dapat transferan atau wesel dari tulisannnya di Koran selalu dibagi ke aku. Katanya itu upahnya mengetikkan tulisan tulisannya. dan mengirimkan di kantor pos.

So sweet dan romantic abis kalau jalan jalan dengan mas Banyu ke Jogya, cari buku- buku terkeren saat itu dan jalan jalan ke Malioboro wah kelihatan banget rasa sayangnya mas Banyu padaku. Bikin bintang dan bulan purnama ngiri deh. Seperti semua ingin dipeluk dan ingin dicium oleh Mas Banyu, semua bintang jatuh, rembulan mbesengut cemburu. Tapi ternyata hanya aku yang beruntung mendapat cinta indahnya. Cintanya membuatku takjub dan tenang.

Dulu sepasang bintang di langit tinggi aku dan Banyu ibarat bulan dan bintang selalu satu di langit. Kalau ibarat percintaan seperti lagu Vergous (Last Child) lagunya yang berjudul; Surat Cinta untuk Starla. Keren banget lirik liriknya pas banget untuk cinta kami. Pada zaman itu yang telah berlalu.

Ada teman kampusnya yang sangat jeulesnya minta ampyun ke aku. Namanya sih Mymy. Tapi sudah ah gak mau membahas hal hal yang gak ada manfaatnya, yang jelas Banyu tidak suka dicemburui dan tidak suka ada perempuan yang jeles. Maka aku hanya nyaman dan tenang-tenang saja ketika semua berlangsung toh semua akan kembali pada diri kita sendiri.

Selanjutnya? Klik Daftar Isi atau Bagian Selanjutnya, yakni Anak Gunung.

0 comments: