Monday, January 3, 2022

Rekam Jejak Islam dalam Legenda Keagamaan Banjar



Sri Wahyu Nengsih


Suku Banjar merupakan suku mayoritas yang bermukim di Kalimantan Selatan. Banjar  menunjukkan identitas Islam dalam budayanya.  Berkembangnya Islam secara pesat semenjak raja Kesultanan Banjar memeluk agama Islam. Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Banjar. Hal itu menjadikan rakyat Kerajaan Banjar banyak yang mengikuti jejak rajanya untuk beragama Islam.  
Kesultanan Demak memegang peran penting terhadap Islamisasi di kesultanan Banjar. Jasa Kesultanan Demak bukan hanya dalam memberikan bantuan militer, tetapi juga dari pelembagaan Islam di kesultanan Banjar. Pelembagaan yang utama, yaitu terbentuknya struktur kesultanan sehingga Islam dapat menyebar ke penjuru kesultanan Banjar (Nengsih, 2019).  

Saluran-saluran Islamisasi di Kalimantan Selatan beriorientasi sungai. Sungai bagi masyarakat Banjar tempo dulu sebagai sarana pertemuan berbagai kelompok (bubuhan) dengan berbagai macam budaya. Landasan budaya Islam masyarakat Banjar berpengaruh pada prosa rakyat, salah satunya legenda. Legenda menggambarkan unsur kepercayaan, adat istiadat, pranata, keterampilan dan pengetahuan dari masyarakat Banjar sebagai pemilik cerita. Berbagai unsur itu dikemas dalam bentuk cerita lengkap dengan tokoh, perwatakan, latar, alur, majas, sampai pesan atau amanat dalam karya sastra. 

Legenda dianggap cerita yang benar dan terjadi oleh masyarakat tradisional, tetapi tidak dianggap suci. Legenda memuat unsur sejarah, dan berhubungan dengan keagamaan. Melalui cerita legenda, masyarakat mengungkapkan segala cita-cita, peristiwa yang dianggap penting, dan menjadi kenyataan angan-angannya. Legenda sebagai cara berkomunikasi dengan sesamanya anggota masyarakat dan menyuarakan kritik terhadap kesenjangan yang dirasakan. Legenda keagamaan  berisi cerita orang-orang yang dianggap suci atau saleh dan dipercaya keberadaannya oleh masyarakat Banjar.  

Budaya Islam yang menjadi napas hidup  masyarakat Banjar akan tampak dalam legenda keagamaan. Beragam cerita legenda keagamaan mengenai orang-orang  saleh dalam mengungkapkan kecintaan masyarakat Banjar terhadap mereka.  Berbeda dengan legenda yang lain legenda keagamaan memaparkan wujud kearifan masyarakat Banjar yang relegius. Jati diri keislaman masyarakat Banjar terungkap dalam legenda keagamaan. Masyarakat Banjar menjadikan  legenda keagamaan sebagai cerita teladan tokoh-tokoh Islam khususnya di wilayah Kalimantan Selatan. Legenda keagamaan di Kalimantan Selatan dikenal dengan cerita para Sultan di kerajaan Banjar, kisah alim ulama, dan datu-datu. Cerita itu bermuatan dakwah keagamaan.  

Legenda keagamaan sampai saat ini masih terus hidup dan dipercayai oleh masyarakat Banjar.  Legenda keagamaan yang masih bertahan dan masih dipercayai oleh masyarakat Banjar antara lain, yaitu “Sultan Adam, Datu Kalampayan, Datu Landak, Datu Abulung, Datu Nafis, dan Datu Bakumpai”.  Namun, seiring perkembangan zaman, legenda keagamaan mungkin akan dilupakan oleh masyarakat Banjar.  Masyarakat modern akan menganggap legenda keagamaan sebagai takhayul. Hal ini sungguh disayangkan jika terjadi.  Padahal, pemahaman yang utuh mengenai legenda keagamaan dapat digunakan untuk mengungkapkan budaya masyarakat Banjar.  

Legenda keagamaan masyarakat Banjar perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Banyak negara yang berhasil menjadi negara maju dan sejahtera dalam melakukan pembangunan karena berpedoman pada budaya masyarakatnya.  Negara yang berhasil itu antara lain, Jepang, Cina, dan Korea. Negara-negara itu berhasil mendongkrak tingkat kesejahteraannya menjadi negara yang kaya dan makmur di dunia.  Perekonomian negara Jepang, Cina, dan Korea pernah anjlok akibat perang.  Namun, negara-negara itu dapat bangkit dari keterpurukan ekonomi berbekal pembangunan. Kebijakan pembangunan berbasis kearifan budaya seperti dalam legenda keagamaan, tidak langsung dapat meraup keuntungan besar. Perlahan tetapi pasti pembangunan yang dilakukan itu akan membawa manfaat bagi kesejahteraan dan pembentukan karakter bagi generasi mudanya.


Sri Wahyu Nengsih adalah staf teknis di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Sumber ilustrasi: Pixabay

0 comments: