Sunday, July 11, 2021

O Berkunjung ke Istanamu


Karya Yupnical Saketi

dan bulan sudah agustus, musim meletus lagi
lalu kita berkunjung lagi ke istana itu
mempersembahkan luka dusun-dusun sebagai upeti reraja
O lihatlah upacara gerhana sudah kembali digelar
bagi negeri nan lah lama tergadaikan
sedang orang-orang masih sibuk memperebutkan
harga sebuah tahta
lalu berpura-pura lupa kirim undangan pada kekawan di ujung desa
ketika leladang kita kini lah lama enggan berbunga
siapa peduli
agustus, cuaca meradang matahari memanggang
dan diantara mersik reranting randu di halamannya
kita menari dengan hati nan resik pula
ah angin kering menggasing, berputar-putar dalam
gelas-gelas anggur di meja percaturan
kita pun lantas ikut bersulang meminang mabuk
kabut tersudut, bidak-bidak terdepak
jadi tumbal pemuas dahaga para pemakai mahkota
selebihnya, bumi menggasing, bumi kian terasing
O di istananya kita menulis langit dengan tinta ketakutan
tentang garuda nan kepayang, lupa warna bendera pusaka
apalagi "Karamentang" nan tak pernah lagi terunjang
waktu cuma diam, detak tak menjadi hitungan
hanya angin genting saja menyayat
engkau tak ada, tak pernah ada
di sepanjang desa-desa aku bagai pimping di tebing, ratapi langit
dan bertanya siapa nan menabung semesta prahara
akhirnya kudengar desah bangunan
menjalin sajak igau dalam lenguhan do'a nan parau
O bulan sudah agustus rupanya, saatnya kemarau

Istana negara, Kota metropolitan, Jakarta; 17/08/04
--------------------------------------------------------------------
Sumber puisi: Penelusuran Filosofi dan Identitas Simbol "Karamentang" dalam Puisi Yupnical Saketi pada Buku "Mengangkat Batang Terendam"

Sumber ilustrasi: Pixabay


0 comments: