SUNGAI DAN KEMATIAN
Buwayb, Buwayb!
Lonceng di sebuah menara lenyap di seberang laut
Air di kendi, matahari senja di pepohonan
Kendi kendi besar penuh lonceng
Kristal-kristalnya mencair dalam ratapan:
"Buwayb... Buwayb!"
Dan dalam darahku terdengar jeritan lantang
Memanggilmu, o Buwayb,
O sungaiku, sepilu hujan kau
Angin lari melewati kegelapan
Dengan tinju terkepal, sambil setiap jari
Membawa harapan semua tahun, seakan membawamu
Memikul gandum dan bunga-bunga
Aku ingin menjenguk ke bawah dari puncak bukit tinggi
Menatap bulan sekilas saja
Menenggelamkan diri antara tebing-tebing curam
Menanam bayang-bayang
Dan memenuhi keranjang-keranjangnya
Dengan air, ikan dan bunga-bunga
Aku ingin menceburkan diri ke dalamnya dan memburu bulan,
Mendengar gemerincing kerikil dalam kedalaman lubukmu
Seperti kicau burung-burung gelatik di dahan pohonan
Adakah kau ini sungai, atau belantara air mata?
Adakah ikan-ikan yang terjaga di waktu subuh?
Dan bintang-bintang ini, apa mereka
menunggu
Buat menyulam sutra dengan ribuan jarumnya?
Kau, o Buwayb,
Aku ingin membenamkan diri dalam airmu
Dan mengumpulkan kerang-kerang
Membangun rumah dari kerang kerang itu
Dan tetesan cahaya dari bulan dan bintang-bintang
Akan menyirami kehijauan air dan pohon,
Dan pada gelombang pasangmu aku akan mengalir menuju laut
Kematian adalah kerajaan asing yang menarik hati anak-anak muda
Dan kaugenggam pintunya yang tersembunyi, o Buwayb
Buwayb.... o Buwayb,
Dua puluh tahun telah lewat,
Tiap tahun adalah kekekalan
Lalu ke tempat tidur aku pergi, istirah
Namun tak bisa juga tidur
Indera-inderaku tegang seperti pohon menjulang
Cabang-cabangnya meregang, burung-burung dan buah berhamburan
Kurasakan benar derita dunia yang menusuk ini
Air mata dan darah menyembur seperti hujan
Kudengar gema lonceng orang-orang yang mati
Bergeletar dalam pembuluh darahku
Dan dalam darahku yang tiba-tiba membeku
Aku meronta terkoyak peluru
Kubur-kubur tergali dalam dadaku
Api neraka menjilat-jilat tulang-belulangku
Aku karam dalam darahku
Sambil memikul nasib orang lain
Membangkitkan lagi kehidupan
Matiku adalah kemenangan.
Lonceng di sebuah menara lenyap di seberang laut
Air di kendi, matahari senja di pepohonan
Kendi kendi besar penuh lonceng
Kristal-kristalnya mencair dalam ratapan:
"Buwayb... Buwayb!"
Dan dalam darahku terdengar jeritan lantang
Memanggilmu, o Buwayb,
O sungaiku, sepilu hujan kau
Angin lari melewati kegelapan
Dengan tinju terkepal, sambil setiap jari
Membawa harapan semua tahun, seakan membawamu
Memikul gandum dan bunga-bunga
Aku ingin menjenguk ke bawah dari puncak bukit tinggi
Menatap bulan sekilas saja
Menenggelamkan diri antara tebing-tebing curam
Menanam bayang-bayang
Dan memenuhi keranjang-keranjangnya
Dengan air, ikan dan bunga-bunga
Aku ingin menceburkan diri ke dalamnya dan memburu bulan,
Mendengar gemerincing kerikil dalam kedalaman lubukmu
Seperti kicau burung-burung gelatik di dahan pohonan
Adakah kau ini sungai, atau belantara air mata?
Adakah ikan-ikan yang terjaga di waktu subuh?
Dan bintang-bintang ini, apa mereka
menunggu
Buat menyulam sutra dengan ribuan jarumnya?
Kau, o Buwayb,
Aku ingin membenamkan diri dalam airmu
Dan mengumpulkan kerang-kerang
Membangun rumah dari kerang kerang itu
Dan tetesan cahaya dari bulan dan bintang-bintang
Akan menyirami kehijauan air dan pohon,
Dan pada gelombang pasangmu aku akan mengalir menuju laut
Kematian adalah kerajaan asing yang menarik hati anak-anak muda
Dan kaugenggam pintunya yang tersembunyi, o Buwayb
Buwayb.... o Buwayb,
Dua puluh tahun telah lewat,
Tiap tahun adalah kekekalan
Lalu ke tempat tidur aku pergi, istirah
Namun tak bisa juga tidur
Indera-inderaku tegang seperti pohon menjulang
Cabang-cabangnya meregang, burung-burung dan buah berhamburan
Kurasakan benar derita dunia yang menusuk ini
Air mata dan darah menyembur seperti hujan
Kudengar gema lonceng orang-orang yang mati
Bergeletar dalam pembuluh darahku
Dan dalam darahku yang tiba-tiba membeku
Aku meronta terkoyak peluru
Kubur-kubur tergali dalam dadaku
Api neraka menjilat-jilat tulang-belulangku
Aku karam dalam darahku
Sambil memikul nasib orang lain
Membangkitkan lagi kehidupan
Matiku adalah kemenangan.
(Terjemahan Abdul Hadi W.M.)
Tentang Penyair
Badr Shakir al-Sayyab. Lahir pada tahun 1927 dan meninggal pada tahun 1964. Puisinya banyak mengenai peristiwa politik di dunia Arab. Penyair Palestina ini tinggal di Iraq. Di samping menulis karya yang bertemakan sosial, Badr juga banyak menulis karya yang transendental. Kumpulan puisinya tidak kurang
delapan buah.
----------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Kembang Para Syuhada
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment