Sunday, March 28, 2021

Puisi Sosiawan Leak dalam Buku Dari Bumi yang Sama


RUMAH NURANI

akhirnya, aku sampai di ranah ini
ranah sunyi tanpa api,
tanah, kerikil dan batuan
penebar iri, dengki juga sumpah, janji
yang menuntut dilunaskan.
sebab segala telah menemu kekasihnya (makna)
sebelum terucapkan.
menjelma dian penerang mata hati,
tongkat penyangga tapak kaki,
dan mata angin tujuan.
segala yang menemani hari-hari sunyi
di jalan sendiri

akhirnya aku sampai di tlatah ini
tlatah yang tak terpeta
tanpa tumbuhan apalagi serangga, juga hewan melata
lumut dan rumput selalu gagal menyempurna
manusia dan binatang menjemput nafsunya yang ajal
juga dirimu, di tlatah ini
tlatah tempat nurani berjaya
menyentosa tanpa kawan.
tiada lawan mampu memulai atau mengakhiri pertikaian
sebab di tlatah hampa angin tak pernah ingin
sementara sanak saudaranya (udara)
tlah lama punah dari sejarah
bahkan dari buku kehidupan

akhirnya, aku sampai di sini
di rumah yang luas tak terbatas
dengan pintu di segala tempat
waktu pulang yang setiap saat
tanpa sesiapa pun yang bernyawa hasrat

semarang, 2 november 2012

Tentang Penyair

Sosiawan Leak, lahir di Solo. Penyair, penulis lakon dan deklamator ini kerap melakukan perjalanan sastra di berbagai kota di Indonesia.

Puisinya dipublikasikan di berbagai media massa. Sejumlah antologi puisi yang memuat sajaknya antara lain Umpatan (1994), Cermin Buram (1996), Dunia Bogambola (2007), Matajaman (2011), dan lain-lain. 

Pernah diundang pada Festival Puisi Internasional Indonesia di Makassar, Solo,
dan Bandung (2002); dan Poetry on The Road di Bremen (2003), Ubud Writers & Readers Festival di Ubud (2010), Jakarta Berlin Art Festival di Berlin (2011), Pertukaran Budaya Indonesia-Korea di Seoul (2012), dan lain-lain.
------------------------------------------------
Sumber tulisan: Dari Bumi yang sama (Kado Puisi bagi Thomas Budi Santoso)

Sumber ilustrasi: Pixabay


0 comments: