Monday, February 1, 2021

Puisi-Puisi Wary Wirana

 



MONUMEN NASI TUMPAH

Tak ada lagi pagi atau sore
Koran-koran harian juga absen
Jam dinding dan jas hujan tak lagi
bernilai lebih. Pagi sore satu warna

Terlempar ke sekian tahun silam
Dengan usia bertambah rambut beruban

Kesendirian, lapar dan dingin
Teramat kuat menelikung
Satu kaki sudah berpijak di
lingkar kebahagiaan, diserimpung
Satu tangan sudah menyentuh manis madu
ditebas hingga pangkal jiwa

Bedak harum hangat tubuhmu
Tangis bayi manis senyum
Menjadi monumen nasi tertumpah
di ujung bibirku

1996


SUNGGUH AKU TAK BISA LAGI MENANGIS

Sungguh, aku tak bisa lagi menangis
Meski hanya tangis tanpa air mata tanpa suara
Namun tak sudi hanya berserah pasraH

Aku tak bisa berpaling lagi

Amuk menggelucak nubari
Keberanian menggedor nurani
Berjuta tangan rakyat ngacung ke langit
Bangunkan jiwa budak rebut harkat harga diri

Tapi gemuruh ombak laut itu
Tak sampai ke pantai
yang sudah lama kehilangan batu-batu karang
Sementara butir-butir pasirnya, justru
Membutakan mata

Sungguh, aku tak bisa lagi menangis
Meski hanya tangis tanpa air mata tanpa suara

1997


Tentang Penyair

Wary Wirana. Selain melukis bapak satu anak ini juga intens menulis puisi meski jarang mempublikasikannya secara khusus. Sejumlah manuskrip dan kumpulan puisi bersama penyair lain setempat mendokumentasikan karya-karya penyair yang tinggal di Joyosuran, Kec. Pasar Kliwon Solo ini.

-----------------------

Sumber tulisan: Jentera Terkasa 

Sumber ilustrasi: Pixabay


0 comments: