Wednesday, January 27, 2021

Puisi-Puisi Yant Mujianto


RUMAH PENYAIR

Dalam rumah penyair, jiwa menyemai dan merawat
cinta kasih dan amanat
Kebenaran yang menguntum dari taman Ilahi Rabbi
Hati berteduh dari terik kehidupan yang berdenyar-denyar
Istirah dan mengucapkan selamat tinggal
bagi segenap kelelahan dosa

Rumah penyair membukakan pintu-pintu
bagi para tamu yang lebih suka menggantikan obrolan kosong
dengan omong-omong, yang meskipun ringan
ada isi
Tidak apalah kita berbincang tentang
embun tergantung di daun, angin berdesir di dahan
Membaca semesta dengan hati bening, dan yang lebih
mampu menghayati
apa-apa yang sederhana

Masuklah ke dalam rumah penyair, sebuah jiwa yang
diperindah oleh cinta, perdamaian dan doa
Di sini ditepiskan debu-debu yang membuat
kalbu keruh kelabu
Di sini memancur air jenih rahmat Gusti Mahasuci
karena telah ditempuh perjalanan
memenuhi panggilan karsa kehendak-Nya

Rumah penyair, jadilah ia jiwa yang bebas
dari belenggu perbudakan materi
serta segenap cinta dunia fana dan nikmat sesaat yang
dijanjikan oleh nafsu-nafsu rendah dan kepalsuan

Oh hati, bukankah dalam rumah penyair, kamu pun
lebih menemukan hening
Karena telah ia jadikan iman dan zikir
sahabat terdekatnya
Nurani setia hakikati


MEMANDANG LANGIT

Memandang langit kubaca kebiruan
Kubaca pendar-pendar cahaya
Kubaca cinta nan indah mulia

Memandang langit aku pun bertanya
Manakah lebih luas, langit itu ataukah hatiku
Manakah lebih biru, langit itu ataukah sukmaku
Manakah lebih benderang, langit itu ataukah jiwaku

Memandang langit, memandang langit
terkadang kubaca juga mendung, kekelabuan, hidup yang
murung
Tetapi selalu saja duka itu sirna
Setiap gelap tersibak cahaya

Memandang langit senantiasa kutemukan
Keluasan, kearifan, sentuhan cahaya-cahaya memandang
langit serasa aku pun menikmati lambaian
sayap-sayap kebebasan, kemerdekaan
Hidup dalam pangkuan kasih Tuhan penuh kemesraan
Langit selalu berganti lukis setiap saat,
namun dalam setiap pergantiannya
selalu indah dan mesra
selalu penuh cinta
Maka memandang langit, memandang langit
kita pun bisa lebih merenungresapkan
hidup
Untuk lebih dekat
Untuk lebih bercinta-setia
Pada hati-nurani
Pada pentingnya membeningkan
kusamnya kaca-kaca jiwa


NYANYIAN MUSAFIR

Kuingin menjadi musafir yang baik
yang tak mengeluh ketika kehausan
tegar menahan terik surya dan badai kehidupan

Lusuh tubuh ini oleh debu-debu jalanan
Berdarah kakiku tertusuk koral-koral nan tajam
Tapi mestikah aku berhenti menyusuri jalan berkelok ini
sedang di kanan-kiri, jurang menganga semata

Tak jauh di seberang ada lampu-lampu gemerlapan
Memancar dari sebuah istana pualam
Penghuninya ingar bingar dalam pesta memabukkan

Wahai, mestikah kucari jembatan penyeberangan atau sayap-
sayap kebebasan untuk terbang ke sana?

Sang musafir, berzikirlah!
Arah jalanmu lurus ke puncak, bukan ke seberang
Kamu harus menempuh jalan cahaya!

Bekal apa mesti kubawa
menyusuri jalan panjang penuh liku dan deru ini?
Harus kupunya kompas, agar tak tersesat aku
Mesti kuwaspadai segenap batu sandung dan ranjau
kehidupan
Kuingin menjadi musafir yang baik
yang tahu arah ke mana aku mesti melangkah
Tempat teduh yang kutuju hanyalah satu
ialah Puncak Segala Puncak
Titik Temu Semua Perjalanan

-----------------------------------------

Tentang Penyair


Yant Mujianto. Tulisannya banyak tersebar di media cetak, baik nasional, maupun daerah. Ia juga menulis beberapa buku pegangan perkuliahan dan makalah-makalah seminar dalam pertemuan ilmiah bahasa dan sastra Indonesia.

Sumber puisi: Jentera Terkasa
Sumber biodata dan foto penyair: Taman Tembang Sastra
Sumber ilustrasi: Pixabay



0 comments: