Friday, December 25, 2020

Puisi Dinullah Rayes dan M. Raudah Jambak dalam Ragam Jejak Sunyi Tsunami


 

Puisi Dinullah Rayes

(Mataram, Nusa Tenggara Barat)


Prahara Langit Prahara Bumi

buat : Yusnida perempuan tabah,
yang rindu
rindu nyawa hilang tiada
datang lagi di Banda Aceh

Negeri ini
luka mengucur air mata, darah nanah
Negeri ini
pintu syurga terbuka senyum ramah

Aceh serambi Mekah dan Sumut
tiba-tiba Ahad, dua enam, akhir tahun, kosong empat
Jemari Tuhan gemetar, lalu menggelar suara di persada
mengguncang gunung, lembah, bukit
hari itu sang gempa murka
tsunami menggulung semua yang bernyawa
memorakmorandakan tanah rembesan darah, air mata
mayat-mayat, bangkai-bangkai ditimbun puing-puing reruntuhan
anak-anak kecil pergi tiada kembali lagi
Ayah bunda mencari rindu antara jasad layu, kaku
bocah-bocah kehilangan tumpuan cinta, kasih sayang

Istri mencium kening suaminya yang terbaring, bisu batu bata
Suami memangku jasad istrinya yang lidah sepi kata-kata
Batang-batang tubuh membengkak menguap bau busuk
Mereka entah siapa, nama, alamat dijilat lidah ombak
Kenduri tangis di mana-mana, mengiris sukma
insan tangan langit
Inikah sepotong peringatan Ilahi Robbi
Buat mereka menepis damai tenang
di tanah Rencong

Kami yang lahir, hadir di sini
di pulau seberang, tanah hijau nusantara
Kami larut dalam duka lara
Karena Aceh adalah kita jua
Ibu pertiwi menangis dalam hati sembari mengirim doa:
Allah Tuhan Maha Segala
Ampunilah kami yang hitam, yang putih
Dari unsur air, tanah udara, api
Ciptaan-Mu ini, ya Illahi

Aceh oh Aceh
yang hidup di bawah bebatuan kota, tanah tegalan
yang menggapai-gapai mentari rembulan
Adalah jalan hidup misteri Alif-Mu senantiasa tegak berjalan
Tak pernah sendirian.

Sumbawa-Ubud, awal Januari Nol Lima


Puisi M. Raudah Jambak

(Medan, Sumatera Utara)


Musa yang Membelah Gelombang

Ke mana lagi musa pergi, selain membelah gelombang
dengan tongkat sakti
di sini tsunami angkuh berdiri menebar duri,
bersama angin
yang memburu mengekalkan seringainya
dalam bayang-bayang kabut
serombongan gagak memburu camar yang terbang
gontai, perlahan mengintai
sementara pepohonan tafakur, mengucap syukur
lalu membanjiri derail zikir
: telah menjadi suratan Fir'aun terkubur takabur
menafikan takdir di tengah laut yang terbelah
sehabis ketukan doa musa bersama takbir
yang menggema

ke mana lagi Musa pergi, selain membelah
gelombang
bersama para syuhada-di sini laut berubah raksasa
melahap apa saja, bagai sihir yang menumpahkan
muntahan air-menghantam beratus ribu pasir
dalam sir
sementara tenggorokan tersekat
bersama waktu
yang sekarat
telah menjadi suratan gelombang bukanlah hujjah
para syuhada hanya hijrah, berjalan di antara
pecahan resah, membius darah-dan tsunami
hanyalah
istilah, pintu hijrah menuju tempat
yang indah

maka,
bangunlah wahai Kekasih Sang Kekasih, sebab
resah
adalah miliknya orang-orang kalah, sebab kecewa
adalah miliknya para pendosa, orang-orang
yang tak mengerti arti mencinta, sebab nada kutuk
adalah miliknya orang-orang yang pintu hatinya tak terketuk

maka,
ke mana lagi musa pergi, bersama umi-bersama abah,
bersama inong-bersama agam, bersama geuchik
bersama teungku meunasah, bersama para syuhada
yang tak mengenal arti lelah
arti menyerah, selain membelah gelombang, menuju Allah

Medan, Februari 2005


Sumber puisi: Antologi puisi "Ragam Jejak Sunyi Tsunami


Biodata Penyair:


Dinullah Rayes


Dinullah Rayes (lahir di Kalabeso, Kecamatan Buer, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 7 Februari 1939; umur 81 tahun) adalah seorang sastrawan dan budayawan Indonesia asal Nusa Tenggara Barat. Dinullah Rayes telah aktif menulis sejak tahun 1956. Tulisannya dalam bentuk puisi, cerpen, esai, naskah drama, serta artikel kesenian dan kebudayaan telah tersebar di berbagai media massa, seperti Abadi, Pelita, Suara Karya, Panji Masyarakat, Salemba, Tifa Sastra, Seloka, Sarinah, Suara Muhammadiyah, Harmonis, Amanah, Sinar Harapan, Forum, Tribun, Swadesi, Republika, Bali Post, Nusa Tenggara, Suara Nusa, Dewan Sastra Malaysia, dan lainnya.

Sumber: Wikipedia

-------------------------------

M. Raudah Jambak


M. Raudah Jambak, lahir di Medan-5 Januari 1972. Jatuh cinta dengan teater sejak di SMP. Lalu melamar teater LKK di IKIP 1993. 1994/1995 ditunjuk sebagai ketua Teater LKK IKIP Medan, kemudian melahirkan beberapa nas kah dan pementasan baik sebagai pemain, kru, atau sutradara(radio, TeVe, ikLan, fiLm dan panggung). Penggagas festival DKOKUK LKK IKIP MEDAN (1995). 1995 ikut membidani SANGGAR TEATER GENERASI MEDAN dan tercatat sebagai pengurus angkatan I (bid. DIKLAT) sampai sekarang. Bergabung juga di PATRIA 1995. 

Beberapa kali diajak bergotong ro yong oleh bebe rapa kelompok teater di Medan, seperti : PATRIA, NUANSA, NASIONAL, IMAGO, MERDEKA, ANAK NEGERI, BLOK, GENERASI, Dan Lupa Lagi. Beberapa kali me menangkan festival baik sebagai pemain, artistik, penulis naskah, dan sutradara. Sebagai pengamat tetap PARADE TEATER PELAJAR dari 2003 s.d. 2006 ditunjuk Aso siasi Teater Sumatera Utara. Juri tetap festival teater (DKOKUK) sampai 2005. Melatih teater di beberapa sekolah sampai sekarang. Instruktur Acting D’WIN DOWS PRODUC TIONS sampai 2008. Riwayat pementasan serius setamat sekolah sejak 1993 di LKK IKIP (sekarang UNIMED) Medan. Tampil dalam TASSEMATA di TBSU 1994. 1995 menyutradarai SANG PENYAIR di Taman Budaya Sumatera Utara. ABRA KA DAB RA di pentas tertutup TIM Jakarta, 1996 dalam rangkaian Pekan Seni Mahasis wa tingkat Nasional. MENYIBAK TIRAI MASA DEPAN 1997 di Pardede Hall. WA JAH KITA 1998 di hotel GARUDA PLAZA Konvention Hall. TRAGEDI AL-HALLAJ di Hotel Tiara Konvention Hall 1999. PE TANG DI TAMAN di TBSU 2000. PEJUANG 2000 di Departeman Pariwisata, Seni dan Budaya Pematang Siantar. MARNI di TVRI Medan 2001. TANAH GARAPAN di TVRI 2002. Mengikuti workshop MASTERA, di Bogor (2003), Festival Teater Alternatif GKJ Awards, di Jakarta (2003) dan workshop teater alternatif, di TIM Jakarta (2003), Pameran dan Perge laran Seni Se-Sumatera, di Taman Budaya Banda Aceh-Monolog ANJING MASIH MENGGONGONG (2004). Menyutradarai monolog "Indonesia Undercover" dalam seleksi Monolog 2005, di Taman Budaya Suma tera dalam rangka monolog nasional di Graha Bakti, Taman Ismail Marzuki. 2006 JODOH PARADE TEATER SUMUT di TBSU. 2007 menyutradarai PEREMPUAN TANPA KEPALA di TBSU. 2008 JODOH SABTU TERTAWA ALA KAMPUSI di TBSU. Menyutradarai TIURMAIDA 08/09 di TBSU. 

Pada 2009 dalam CUBLIS di TBSU terlibat sebagai Co- Sutradara-bersama penulis/pemain Hasan Al-Banna, dalam rangkaian Jaringan Teater Se-Sumatera di LAMPUNG. Saat ini selain di FKS, HISKI, SIAN, AGBSI, HSBI dan GENERASI juga membidani Komunitas Home Poetry (Komunitas HP-1997) sekaligus sebagai Ketua Umum, juga bertugas di beberapa sekolah sebagai staf pengajar, Di perguruan dan Univeristas Panca Budi (Fakultas Agama Islam dan Fakultas Filsafat)


Sumber: Taman Sastra Raudah Jambak


0 comments: