Mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan pada Kamis (29/10/2020) bahwa Prancis harus mengajari warganya untuk menghormati perasaan orang lain.
Mahathir juga mengatakan orang Prancis harus diajarkan untuk menghormati agama lain.
Demikian yang terlansir Anadolu Agency, Jumat (30/10/2020) dalam salah satu laporannya.
Masih dari sumber yang sama, dalam sebuah cuitannya di Twitter, Mahathir menuliskan, "Tapi pada umumnya, Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim memiliki hak marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu. "
Prancis dituduh melakukan pembunuhan massal selama era kolonialis di negara-negara seperti Aljazair, yang berada di bawah pendudukan Prancis selama lebih dari 130 tahun dan di mana lebih dari 1,5 juta warga Aljazair terbunuh.
Menyinggung pernyataan presiden Prancis, Mahathir mencatat bahwa Macron bukanlah orang yang beradab.
"Dia sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan terhadap guru sekolah yang menghina itu. Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam."
Dalam hal ini Mahathir menekankan bahwa menghina orang dan agama lain tidak bisa dilihat sebagai kebebasan berekspresi.
"Pembunuhan itu bukanlah tindakan yang saya setujui sebagai seorang Muslim [...] Anda tidak dapat mendekati seorang pria dan mengutuknya hanya karena Anda percaya pada kebebasan berbicara," tambahnya.
Tapi "karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim memiliki hak untuk menghukum Prancis," kata Mahathir, merujuk pada kampanye boikot di banyak negara terhadap produk Prancis, meskipun dia menambahkan bahwa itu tidak dapat mengkompensasi kesalahan Prancis sepanjang sejarah.
Sumber foto: Anadolu Agency
0 comments:
Post a Comment