Friday, May 15, 2020

Perlukah Indonesia Siaga setelah Citra satelit Menangkap Cina dalam Gerakan Militer Besar?


Sumber Express


Suka tidak suka, ketegangan di Laut Cina Selatan kian meningkat. Ini terkait dengan wilayah yang disengketakan antara Cina (RRC) dan negara-negara tetangganya, yakni Vietnam, Brunie, Malaysia, Filipina, dan Taiwan.

Bahkan, seperti terlansir Express, Jumat (15/5/2020) pesawat militer CHINA terlihat mendarat di salah satu pulau buatannya di Laut Cina Selatan yang disengketakan ketika ketegangan di wilayah itu terus meningkat.

Dikabarkan bahwa gambar satelit menunjukkan People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF) atau  Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (Cina) sudah ada di Fiery Cross Reef di kepulauan yang terletak strategis di utara Laut Cina Selatan.

Sumber Express


Menanggapi hal itu Kelompok Informasi Jane, yakni sebuah kelompok intelijen pertahanan, memperingatkan bahwa penampakan itu bisa menjadi pertanda lebih lanjut bahwa Angkatan Udara dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Cina mulai menggunakannya sebagai basis operasi.

Dalam media itu dilaporkan bahwa Sean O'Connor, analis utama di Jane, mengatakan, "Dua penampakan pesawat pengintai dalam waktu sebulan dapat menunjukkan bahwa PLANAF mulai secara berkala mendasarkan pesawat di Fiery Cross Reef.

"Pesawat bisa secara teratur diputar melalui pangkalan dari unit PLANAF lain di Armada Laut Selatan."

Dia juga mengatakan bahwa ada ruang di hanggar untuk setidaknya tiga pesawat pengintai dan yang lainnya bisa diparkir di tempat terbuka.

Sudah sejak lama Cina memang bertekad untuk menyelesaikan pembangunan terumbu buatan di perairan yang disengketakan secara internasional, meskipun ada protes dari negara-negara tetangga.

Para kritikus percaya pekerjaan itu sedang dilakukan dengan tujuan memperkuat klaim Cina untuk sebagian besar Laut Cina Selatan. Tentu saja hal ini meningkatkan kekhawatiran pergerakan kapal dan pesawat di wilayah itu akan segera dibatasi oleh Beijing.

Selain itu, Cina juga telah melakukan latihan ekstensif di daerah tersebut, yaitu wilayah yang disengketakan dan Cina  menghadapi klaim kepemilikan saingan dari Vietnam, Brunie, Malaysia, Filipina, dan Taiwan.

Hubungan diplomatik antara lima negara yang mengklaim pulau-pulau tersebut sudah sangat tegang, dan pembangunan bunker baru-baru ini di beberapa atol menunjuk ke Cina yang bersiap untuk "perlindungan terhadap serangan udara atau rudal", meningkatkan prospek konflik yang bisa memicu Perang Dunia 3.

Mengutip sumber yang sama, menurut AMTI, Cina sekarang memiliki tujuh pos di Spratlys tetapi memfokuskan upayanya untuk memperkuat trio pangkalan yang dijuluki 'Tiga Besar'.

Yang terbesar dan paling canggih di Fiery Cross Reef telah sepenuhnya diubah dari tiga terumbu pada tahun 2009 menjadi instalasi militer besar saat ini.

Fiery Cross sekarang menjadi rumah bagi garnisun militer, lapangan terbang dan pangkalan angkatan laut setelah bertahun-tahun pengerukan menumpuk berton-ton pasir untuk membuat pulau buatan.

Sumber Express


Dua kapal berbendera AS, kapal perusak rudal berpandu USS Barry dan kapal induk USS Bunker Hill berlayar melalui Kepulauan Spratly yang diperebutkan sebagai bagian dari serangkaian kebebasan navigasi operasi laut.

Komandan Angkatan Laut AS Reann Mommsen mengatakan, “Klaim maritim yang melanggar hukum dan menyapu Laut Cina Selatan menimbulkan ancaman serius terhadap kebebasan laut.

"Termasuk kebebasan navigasi dan penerbangan berlebih dan hak lintas yang tidak bersalah dari semua kapal."

Lalu, dengan memperhatikan situasi yang kian memanas ini, bagaimana tanggapan ideal Indonesia? Perlukah Indonesia Siaga?

0 comments: