Tuesday, October 15, 2019

Abidah El Khalieqy Bawa Oleh-Oleh Puisi dari Kalimantan Timur, Mau Baca?

Abidah El Khalieqy (kanan) mengenakan mahkota Dayak Kenyah di Desa Budaya Dayak, Pampang, Samarinda.

Di dunia sastra tanah air, siapa yang belum tahu Abidah El Khalieqy? Sosok cantik dan ramah ini begitu terkenal dengan novel-novel karyanya, terutama "Perempuan Berkalung Sorban". Novel itu sukses mencuri perhatian banyak pembaca dan penonton (versi filmnya).

Nah, belakangan ini ia diundang oleh pihak Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Unit Pelaksana Teknis dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan itu mengundangnya sebagai narasumber utama dalam rangka gebyar literasi 2019  di Hotel Swiss Bell International, Balikpapan, 16 dan 17 Oktober 2019.

Selagi masih di Samarinda (belum menuju Balikpapan), ia juga diminta Jaring Penulis Kaltim (JPK) untuk berbagi pengalaman dalam proses kreatif menulis. Komunitas menulis yang digawangi sastrawan nasional, Amien Wangsitala, itu memang sering mengadakan kegiatan literasi di Samarinda dan sekitarnya.
Abidah El Khalieqy (nomor tiga dari kanan).


Sebagaimana lazimnya penulis, tentu saja novelis yang merupakan istri dari sastrawan nasional, Hamdy Salad, ini pun melakukan pembacaan atas alam. Ya, mulai dari menyusuri Sungai Mahakam yang eksotis, Islami Center yang megah, hingga menikmati budaya khas Dayak Kenyah (Rumpun Apau Kayan) di Desa Budaya Dayak, Pampang, Samarinda, Kaltim.
Dari kanan: Misri, Abidah El Khalieqy, Fitriana, dan Nurul menyusuri Sungai Mahakam.


Dari hasil pembacaan alam itulah, ia menuliskan sebuah puisi berlatar Kalimantan Timur nan menawan. Berikut adalah puisi karya Abidah El Khalieqy.

Berjalanlah di Muka Bumi dan Lihatlah...
Eksotisme senja di atas Sungai Mahakam
Di antara semilir angin
Sunset dan naiknya purnama
Gema adzan sayup sayup dari pucuk menara
Panorama indah masjid masjid di pinggir sungai
Wisatawan berselfi ria
Yang lain mengabadikan kerlap lampu
Bak manik manik cahaya menghiasi lembah
Atau jajaran gunung hitam
Gunung timah yang diam diam berlayar
Menjauh dari tempat tinggal
Entah sedang menjemput harta karun
Di nun jauh negeri para haus dan kaya
Sementara musik dan senandung para biduan
Tetap saja renyah tak peduli
Bumi karun tempatnya berpijak
Bergunung gunung sedang dibajak
Dunia o dunia.


0 comments: