Friday, May 31, 2019

Mengenal Putra Gara Beserta Karyanya


Penulis yang satu ini dikenal sebagai novelis sejarah. Aktivitas menulisnya ia awali sejak masuk SMP. Dan, pada masa remajanya itulah karyanya sudah masuk media cetak.

Ketika SMA, ia sudah menjadi wartawan freelance di koran-koran seperti, Jayakarta, Sinar Pagi, Pelita, Swadhesi, Kawanku, Gadis, Aneka Yess, dan Anita Cemerlang.

Selanjutnya dirinya tekun menulis novel dengan genre sejarah. Salah satu alasannya karena ia sudah sangat bosan dengan jenis tulisan yang monoton. Setidaknya ia ingin memberikan sedikit sumbangsih kepada bangsa dalam mendokumentasikan sejarah dalam buku.

Sampai saat dirinya sudah berhasil menulis ratusan cerpen. Sedang buku yang ia tulis mencapai 10 buku lebih. Di antara buku-bukunya itu, yakni Pangeran Pasai (Penerbit Hikmah), Kisah Cinta Tiga Pria (KumCer : Cipta Media), Takdir Bayi-Bayi (KumCer: Cipta Media), Cinta di Antara Dua Pria (Penerbit Universal Nikko), dan Tembang Lara Perangkai Kata (Cipta Media).

Sebenarnya, selain menggeluti dunia tulis dan jurnalis, dirinya sangat menyukai melukis dan ia pula terjun ke dunia film sebagai penulis skenario dan sutradara. Hobi menuangkan ide/gagasan dan peradaan ini ia mulai sejak di bangku sekolah menengah pertama. Tapi, pada masa itu Putra Gara menggoreskannya dalam bentuk kartun. Waktu itu ia sudah aktif membuat kartun untuk mengisi halaman koran-koran mingguan di Jakarta. Nah, honorarium dari kegiatan melukis kartun inilah Gara gunakan untuk dapat bertahan hidup di ibu kota Negara tersebut. 

Ia pernah membuat sebuah film dokumenter tentang Sumatra Utara di salah satu stasiun TV terkemuka di Indonesia.

Berikut adalah dua contoh puisi Putra Gara tentang dua sosok pejuang tangguh dari Aceh, yakni Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien

Kepada Teuku Umar

Tak ada pesan yang tercatat Teuku
Tetapi jejakmu ada
Dalam melawan tiran
Penjajah dzolim yang ingin berkuasa di negeri kita

Pedang dan rencong hanyalah simbol perlawanan
Karena sesungguhnya senjata utama kita adalah doa
Berserah diri, pada Sang Kuasa
Sambil ikhtiar menegakkan amal ma'ruf nahi mungkar...

Teuku
Jaman telah berganti
Tetapi sang tiran bisa saja datang lagi
Menancapkan kekuasaannya pada birokrasi, pemimpin negeri, dan juga iming-iming kekayaan ekonomi untuk pribadi

Teuku
Kami tetap menjadi generasimu
Menyuarakan kebenaran
Melawan tiran untuk masa depan anak cucu kami

Meskipun moncong senjata penguasa di pelupuk mata
Kami tak pernah gentar seperti yang kau amanahkan
Karena kami adalah pewaris darah juangmu
Hingga sejarah tahu
Kami ada untuk menjaga marwahmu

Putra Gara
21/5/19


Kepada Cut Nyak

Pedih hati sudah tak pernah kau rasakan lagi
Hanya kata-kata
Hanya doa-doa

"Tak perlu kau sesali. Negeri mereka dibangun atas nama serakah. Sedangkan negeri kita dibangun atas nama syariah. Lantas kau mau apa, buat Allah sangat mudah untuk membuat orang baik semua, tetapi di mana nilai ibadah kita..."

Cut Nyak tak pernah mengeluh
Apa lagi putus asa
Perjuangan adalah jalan untuk menegakkan kebenaran
Meskipun berhadapan dengan kedzoliman

"Biarkan mereka membabi buta dengan kekuasaannya. Yang penting kita sudah memberi pelajaran untuk diketahui bahwa kita ada. Tak perlu goyah, karena kebenaran tak pernah berwajah dua."

Kepadamu Cut Nyak
Kami belajar kepedihan tapi tak tergoyahkan

Kepadamu Cut Nyak
Kami belajar berjuang dengan tidak berbuat curang

Kepadamu Cut Nyak
Negeri ini akan tetap kami tegakkan
Atas nama Allah
Yang maha mengetahui dari segala urusan

Putra Gara
21/5/19
 


0 comments: