Monday, February 4, 2019

Mengenal Sekilas Sastrawan Afrizal Malna


Ini hanyalah tulisan mini untuk lebih memudahkan masyarakat luas mengenal sastrawan Indonesia dan karya-karyanya secara ringkas.

Afrizal Malna. Kali ini kita mencoba berkenalan dengan sosoknya. Mungkin tak banyak masyarakat umum yang mengetahui siapa ia meskipun sastrawan yang satu ini sangat terkenal di jagat sastra tanah air kita. Entah dengan Anda berkenaan dengan dirinya. 

Gaya puitiknya yang khas diikuti banyak orang (baca: penyair lain) telah melahirkan istilah afrizalian pada dekade 1990-an lalu. Sebenarnya selain menulis puisi, ia juga menghasilkan cerpen, novel, esai, dan juga teks pertunjukan teater.



Sosok sastrawan Indonesia yang satu ini lahir di lakarta, 7 Juni 1957. Pendidikan akhir Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (tidak selesai). Buku-bukunya yang telah terbit antara lain: Abad Yang Berlari diterbitkan tahun 1984 (mendapat penghargaan Hadiah Buku Sastra Dewan Kesenian Jakarta,1984), Arsitektur Hujan diterbitkan tahun 1995 (mendapat penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1996), Teman-Temanku dari Atap Bahasa diterbitkan tahun 2008 (mendapatkan penghargaan Man of The Year dari Majalah Tempo dan SEA Write Award dari Bangkok 2010), dan Museum Penghancur Dokumen diterbitkan tahun 2013 (mendapatkan Kusala Sastra Khatulistiwa 2013).

Ia juga memberikan diskusi teater dan sastra di berbagai  universitas, baik dalam maupun luar negeri, serta mengikuti berbagai iven kesusasteraan  nasional-internasional.

Di bawah ini penggalan puisinya yang berjudul Kegiatan-Kegiatan Balok Es


Jam 6 pagi mulai mencair untuk menjadi balok es menjelang
jam 1 siang. Mereka ingin membuat matahari di malam
hari. Matahari di bawah suhu politik. Atap malam yang
melempar sejarah seperti Iistrik yang padam. Jangan
merasa pahlawan untuk melukai orang Iain. Negara seperti
perut yang penuh batu. Jam 8 malam balok es mengalir,
mencari suhu terendah untuk membeku. Perlahan-Iahan,
otak dan jantung mereka mulai menjadi es. Ginjal. Empedu
Balok es. 

Balok es mengeluarkan udara dingin. Balok es. Begitu dingin
balok es. Dingin yang melumpuhkan arus listrik balok es.
Dingin yang membuatmu tak tahu: apakah aku, apakah aku
di dalam atau di luar udara dingin itu? Apakah aku, balok es
yang panik? Apakah aku sebuah batu yang bertengkar
dengan cerita-cerita yang sedang membeku.

Waktu yang berdetak begitu dingin di kotamu.

0 comments: