Sunday, January 6, 2019

Puisi-Puisi Novy Noorhayati Syahfida



Kemarahan yang Api

kemarahanmu yang api
menelanjangi kata-kataku
membakar jutaan huruf mati
yang tersimpan dalam laci kehidupanku

dari sudut balkon kau jelajahi diri
tak ada yang lebih sepi dari sunyi itu sendiri
senja yang tenggelam dalam hening malam
mengusir kicauan burung gereja di batas cakrawala

lalu diam-diam kau tuang amarah
dalam secangkir gelisah
yang kau aduk merata di sekeliling tubuhmu
hingga meleleh ragaku menjadi abu

kemarahanmu yang api itu
membuatku terjebak dalam arus waktu masa lalu

Kedoya, 18 November 2013


Takdir

barangkali kita yang tak pernah bosan
mengeja kata-kata dalam hujan
atau gambar-gambar yang salah ditafsirkan
sebagai pertanda kehidupan

kita, adalah sepasang kesalahan yang ditakdirkan
untuk tetap berada dalam kegelapan

barangkali cerita kita tak akan berkesudahan
atau barangkali tangan ini tak lagi sanggup bergenggaman
biar, biar semua menjadi kenangan
dan kita pun berjalan, dalam langkah yang berlawanan

Kedoya, 18 November 2013


Tentang Isyarat
: a³

pada satu kedipan yang telah hadir
diam-diam sebaris senyum terukir
sebut saja ini pendar-pendar

yang jejaknya terekam dalam ingatan
yang debarnya sepanjang kenangan
yang detaknya penuh kerinduan

katakanlah, mungkin ini isyarat hati
tentang sebuah janji
tentang ia yang berani menggapai mimpi

Tangerang, 13.03.2014


Bayangmu

telah kubentengi diri dengan doa
meski itu tak cukup memahat jeda
menghapus bayangmu di segumpal asa

ia yang telah hadir bersama kelebat waktu
mematri rasa di jantung kalbu
menjadikan hitam-putih serupa abu-abu

mengingatmu serasa mengamini luka
pedih, namun tak jera
demikianlah aku memaknai debar yang telah ada

Tangerang, 03.03.2014


Merindumu (lagi)
: hy

pagi adalah tentang hangat sapamu
saat lembut mentari jatuh tepat di bola matamu
demikianlah pagi yang selalu ada di ingatanku

namun, pagi juga terkadang tentang lebam penantian
kerinduan pada hangatnya percakapan
dan debar di dada yang acap kali tak ingin dituntaskan

seperti kenangan yg datang sesubuh ini
wajahmu terbias indah pada kepulan sepoci kopi
sebab rindu ternyata tak pernah mati

Tangerang, 15/01/2015


Kemarau di Matamu

hanguskan pohon rindu di kalbu
ialah guguran waktu
membakar ranting keyakinan
hingga berguguran pucuk dedaun
dihempas angin yang menderu
ketika sajak tak lagi bercerita
kau dan aku tahu; kita tak pernah ada
di matamu, kemarau pun kian meraja

Kedoya, 06/03/2015



Novy Noorhayati Syahfida lahir di Jakarta pada tanggal 12 November. Alumnus Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Manajemen dari Universitas Pasundan Bandung ini mulai menulis puisi sejak usia 11 tahun. Puisi-puisinya telah dipublikasikan di beberapa media cetak, elektronik dan lebih dari 60 buku antologi bersama. Namanya juga tercantum dalam Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia (Kosa Kata Kita, 2012). Dua buku kumpulan puisi tunggalnya yang berjudul Atas Nama Cinta (Shell-Jagat Tempurung, 2012) dan Kuukir Senja dari Balik Jendela (Oase Qalbu, 2013) telah terbit. Pencinta buku, penulis puisi dan penyuka senja ini dapat dihubungi melalui: Novy Noorhayati Syahfida (facebook)/@syahfida (twitter)/syahfida@yahoo.com (email).


0 comments: