Bagian Kesembilan


SAAT RAMADHAN BERAKHIR

Ribuan rasa yang bergema di dada
tak hendak kucatatkan di sini
biar saja menjadi catatan hati
rahasia hatiku dan Tuhanku

Aku hanya ingin ungkapkan
tentang ribuan kenang yang mendera di setiap lebaran tiba
indahnya masa kanak-kanak yang tak terlupa
hingga impian remaja yang sirna terbuncang maruta

Terbayang gadis kecil berbaju payung tertawa ceria
berlarian dengan teman-teman sebaya
memamerkan baju dan sepatu barunya
seakan dunia ikut tertawa
terbayang jelas di dalam ingatan
serupa rindu yang tak akan pernah terlunaskan

Dan ada namamu dalam deretan memori
betapa kukhayalkan kini
saat anak-anak bersimpuh di kaki
kaulah yang ada di sampingku kini

Semarang, 3 Juli 2016

  

KETIKA LUKA TERASA MENGANGA

Entah sudah berapa puluh tahun
aku belajar menyusun
untaian perasaan rabun
agar ombak tak lagi mengalun

Entah sudah berapa ribu jam
hatiku belajar terpejam
agar segala yang pernah merajam
tak terasa bagai tikam

Namun waktu kadang tak bersahabat
begitu saja kenang muncul bak panah melesat
menoreh kembali luka menyayat
entah dengan apa lagi harus kubebat

Apakah harus kuceritakan padamu
luka hati ini tetap membiru
mengingat prahara yang melibas haluan hidupku

Ah, aku bahkan tahu apa yang akan kau kata
tak apa
menangislah jika itu yang terbaik kaurasa
meski semua tak akan pernah sama
ada satu yang terus bermakna
kau dan aku tetap istimewa
punya rasa yang hanya milik kita berdua

Sragen, 5 Juli 2016

 

GEDUNG TUA

Betapa ingin kudengar lagi
derap kaki penuh semangat
riuh rendah tawa nan ceria
di halaman yang penuh dengan seragam putih-putih
dan kutemukan dirimu dengan tatap sebening telaga

Betapa ingin kulipat waktu
agar aku bisa kembali berteduh di bening telaga matamu
dan takkubiarkan riak badai mengoyak teduhnya
hingga tak kan pernah kulihat sekejappun kilatan lara

Betapa ingin kusapa lagi
apakah dinding-dinding di gedung tua itu masih mengingatnya
tatap jenaka dalam senyum mesra
saat kepergok diriku mencuri namanya

Berapa kali aku kembali
menatap gedung tua itu tiada henti
berharap waktu berbaik hati
hadirkan kembali beribu kenangan yang terpatri
pada dinding-dinding tua
yang setia menampung cerita
dari sepasang hati yang pernah dipertemukan di sana

Yogyakarta, 16 Juli 2016

  

BUNGA PUTIH DI PELATARAN GEDUNG TUA

Masih tercium semerbak wanginya
tersimpan di relung jiwa
saat kupetik dan menyuntingnya
menjadi penghias hati terluka

Masih terbersit indahnya
dalam kenangan cinta penuh warna
kutitipkan dalam kelopak putihnya
hingga waktu berkenan menjemputnya

Tahun berganti windu
gedung tua masih kokoh membeku
bunga putih di ujung pelataran itu
hanya tinggal kenangan di hatiku

Bolehkah suatu waktu
kau ceritakan padaku
jika bunga putih itu.....
juga masih tersimpan indah di hatimu

Yogyakarta, 28 Juli 2016

  

SEPAGI INI HATIKU MASIH MERINDU

Desir angin pagi masih terasa membelai sukma
seiring derap langkah yang menggelora
tapaki hari-hari berwarna jingga
saat bis oranye masih lalu-lalang ramaikan kota

Gedung tua itu selalu menjadi saksi
saat kudekap mimpi-mimpi sepenuh hati
masih terasa getarnya kini
meski tahun windu berganti

Betapa ingin kukenang lagi
saat jemari menggengam ribuan mimpi
tentang bahagia yang ingin kita petakan di sana
bersama jalinan sutra yang terenda di dada

Pagi ini angin seakan menyapa
masih...aku masih di sana
biarkan rindumu tetap bersenyawa
agar katalisator hidupmu terus menyala

Ohh
angin pagi
apakah lagu ruth sahanaya akan mengalun lagi
bersama rindu yang tak bertepi

Semarang, 29 Juli 2016

 

SENJA BERAWAN

Awan hitam berarak memayungi gedung tua
ketika melintas senja
daun-daun berguguran di ranting hati
mengenang kilasan kisah yang pernah terlewati

Senja terpaku kehilangan rona
gumpalan awan menggelapkan suasana
kerlip lampu jalanan tak mampu kelabuhi
genangan air mata menitik bak gerimis

Kutengok sekali lagi
gedung tua masih kokoh menjulang tinggi
bayangan gelapnya awan tak mampu tutupi
gelak tawa pernah riuh menghiasi

Sebelum lampu berubah hijau
hati melambaikan salam rindu
kutitipkan ribuan kenang
di pelataran senja nan sepi
andai sosokmu tak tampak lagi
ribuan kisah masih indah terpatri

Jogja, 30 Juli 2016

 

MALAM HENING

Malam belum terlau tua
saat keheningan melanda
kau ada di mana
apakah masih kau pandangi rembulan jingga dengan seorang putri menghiasinya
atau langit di kotamu kelam dibalut mendung menggelantung
sungguh musim tak bisa lagi diduga

Malam terasa hening meski belum menua
mungkin bisikan rindu bidari senandungkan kidung asmara
hingga anginpun enggan berkelana
tenggelam dalam harmoninya

Dalam keheningan malam
aku masih merajut rindu yang sama
pada impian yang pernah terlepas dan sirna
namun hidup penuh dinamika
setiap keyakinan yang terus hidup di dada
memberi cahaya untuk terus meraihnya
di malam sebelum menua
namun khusuk dalam heningnya

Semarang, 10 Agustus 2016


SAAT MERINDU

Kau lihatkah cerah mentari pagi ini
hangatnya menjalar selimuti hati
seperti rinduku yang tak pernah sepi
semarakkan jiwa dengan semangat yang tetap membara

Kau dengarkah kicau burung-burung kecil di pepohonan
riangnya melukis indahnya pagi laksana doa dan permohonan
seperti endapan rasa yang tak pernah letih dalam penantian
karena rasa itulah nafas kehidupan

Kau lihatkah hamparan awan putih berhambur di langit biru
seperti bunga-bunga kapas tertiup sang bayu
seolah melambungkan angan menujumu
meraih mimpi-mimpi yang tersimpan rapat di hatimu

Kau dengarkah alunan melodi berdenting merdu di hatiku
tembangkan langgam rindu yang tak pernah beku
jangan ragu aku pasti menunggu
dalam rindu yang telah menjadi napas hidupku

Semarang, 12 Agustus 2016


PAGI BERSAMA SEGELAS KOPI

Sisa hujan semalam masih menyisakan kesejukan saat segelas kopi menebarkan aromanya
meski sinar mentari mulai merayap pelan menghantarkan hangatnya
dan aku tenggelam dalam khusuknya pagi yang membius hati

Pagi yang selalu berteman segelas kopi
mencoba mengeja mimpi-mimpi yang masih setia mengilhami
setiap langkah yang tak boleh kenal lelah
karena hidup selalu indah

Aroma kopi masih menari bersenyawa dalam udara pagi
saat selintas ragu menyelinap di kalbu
masihkah sekali lagi waktu berpihak padaku
wujudkan rangkaian rindu di ujung jalan kecil menuju rumah terakhir

Segelas kopi berteman pagi
mengapa membiarkan sebenih ragu melunturkan indahnya hari
bukankah hangatnya mentari telah tepati janji
bersama segelas kopi
mengendap sepasang hati
meski terpisah jarak dan hari

Semarang, 18 Agustus 2016

  

MEMANDANG HUJAN

Tahukah kau sore ini kotaku diguyur hujan
tetes airnya merintik di dedaunan
aku duduk di teras menerawang di kejauhan
tempias air memercik menguarkan kesejukan

Apakah yang terlintas ketika hujan kembali membias
kaki-kaki kecil berlarian di sepanjang parit
menguntit perahu kertas perlahan melintas
gelak tawa saat melampaui milik teman sebaya
lalu
kesepian panjang yang terasa menyesak sukma

Sore ini hujan menderas
kabut di matakupun mulai memanas
kenapakah harus rasa sepi yang melintas
bukankah hujan tengah hadir bersama riuhnya yang deras

Tahukah kau bahwa aku tak beranjak pergi
meski ingatan tentang hujan kali ini menggores di hati
juga air tempias semakin membasahi pipi
aku tetap duduk di sini
berkaca pada hujan yang rinainya bernyanyi
meski bukan lagu senandung bidari

Semarang, 28 Agustus 2016 

 

31 AGUSTUS

Entah sejak kapan tanggal itu menjadi begitu bermakna
mungkin sejak kutahu di tanggal itulah kau hadir ke dunia

Entah sudah berapa lama kulewati
untaian doa terbaik selalu terlantun di hari seperti ini
bahkan saat aku tak tahu
ada di manakah dirimu saat itu
tapi tak pernah terlewat
segala doa indah tersemat
bahagialah selalu kuharap
untukmu yang setia menghuni hati dalam senyap
meski usia semakin merayap

Dan usia bagaikan jejak-jejak perjalanan
bukan tentang seberapa jauh jarak telah ditempuh
tapi seberapa dalam makna tergenggam
dan seberapa luas dalam penerimaan yang ikhlas

: Selamat ulang tahun, Sayang

Semarang, 31 Agustus 2016

  

DI AWAL SEPTEMBER

Hujan pun masih turun dengan derasnya
seperti memanjakanku larut dalam rinainya
banyak kenangan yang melintas
setiap hujan menderas

Riuh rinainya seperti membuka gerbang memori
menyelipkan untaian rasa warna-warni
pasti pernah ada tikam belati
menoreh di dinding-dinding hati
jangan tanya bagaimana pedih peri
telah terlunas bersama waktu yang melibas

seberapa pun pedih kenangan menyerbu
rinai hujan telah senandungkan rindu
dan senyumu menyulam ribuan luka membiru
hangatkan hati semaikan mimpi

Hujan masih setia bersua
meski september telah tiba
seperti rindu tak berjeda
setia menunggu hingga ujung usia

Semarang, 2 September 2016 

 

HUJAN PUN BERIRAMA 

Saat malam jauh berjalan
tak tik suara hujan semakin menawan
seperti alunan melodi
tembang para dewi
melantun di keheningan
hanyut dalam kenangan

Ingin kulukiskan lagi jalinan mimpi
mengisi kanvas kehidupan yang terus berjalan
merelakan sebentuk kenang yang telah melayang
menyusun mimpi dalam gelora hidup
agar asa tak pernah redup
seberapa kalippun pernah terjerembab dan kuyup

Hujan masih berirama menebar sunyi
tempiasnya mengetuk jendela
seperti ingatan akan tembang lara
senandung sedih lintasan nasib
silih berganti dengan kerlip bintang
meski jauh cahyanya
menyinarkan kehidupan

Malam seolah bersenyawa dengan hujan
membiuskan butiran-butiran rindu
menghamparkannya dalam ingatan
seolah pesan agar tak ada yang terlupakan
 

Semarang, 10 September 2016 


HUJAN PUN BERSENANDUNG

 

Pada hujan yang rintiknya turun perlahan
kubisikkan ribuan pesan
untukmu yang setia menghuni hati
agar menjaga untaian melati yang pernah kita ronce sepanjang hari

Dalam gerimis sore yang riang berdendang
kau dengarkah petikan lagu sendu mendayu
membisikkan rindu yang meraja setiap waktu
menuju senja di mana janji kita bertemu

Pada malam yang luruh di kegelapan
dalam dekap doa mengalun perlahan
laksana senandung para dewi 
meniti tangga pelangi

 

Semarang, 15 September 2016

 

APA KABAR 

Hujan baru saja berhenti
sudah lelapkah dalam mimpi
baringkan raga dalam pelukan sepi
istirahkan jiwa di keheningan hati

Di sini aku masih terjaga
membaca ribuan cerita duka dan bahagia
mungkin pernah satu dua melanda kita
dalam perjalanan usia yang tak lagi muda

Ingin kubisikkan sebuah tanya
apa kabar, Sayang
setelah rentang jarak dan waktu jauh membentang
dan kita memilih jalan bersimpang
pernahkah terkenang mimpi-mimpi usang
ketika harapan indah membayang

Dan di dalam sepi
hanya doa meniti pelangi
peluklah impian kita dahulu hingga pagi
saat mentari menebar harap dan janji

 

Semarang, 17 September 2016

  

PASANGAN JIWA


Engkaulah pasangan jiwa
begitu hatiku selalu berkata
meski entah di mana dirimu berada
kehadiranmu di hati cukuplah membuatku bahagia

Kau mungkin tertawa
melihat kerapuhan hatiku kala kau tiada
tapi aku selalu menghadirkannya
agar langkahku tak terasa nestapa

Jalan kehidupan memang berliku
cadas curam kelindan dusta membelenggu
tapi waktu tak sedetikpun berhenti
tak peduli seberapa dalam luka hati
hidup harus terus dinikmati

Kini kau paham kenapa cintaku padamu tak pernah karam
di antara beban hidup bergelayut di pundak yang semakin kisut
langkah kaki mulai goyah tak lagi gagah
tapi kaki harus terus melangkah
cintaku padamu serasa galah
menopang langkah saat hampir kalah

Kini kau tahu dirimulah pasangan jiwaku
yang entah di dunia mana kan bertemu

 

Semarang, 17 September 2016

 

SAAT HATI MERINDU

 

Apalah yang bisa kukata ketika jarak dan waktu membentang begitu nyata
kau pilih jalan yang hanya bisa kau lewati semata
sedangkan aku tergugu di tempat yang sama
terpaku pada cinta yang senyatanya tak membuatmu bahagia

Selanjutnya kususuri jejak-jejak hati dalam memori
meski telah jauh waktu berlari
masih harus kuakui
tak ada tempat terindah yang bisa kusinggahi

: Selain pulang ke hatimu

Semarang, 21 September 2016

  

KETIKA HUJAN DINI HARI

 

Hujan menderas dini hari
seolah menyapaku di tengah sepi
masihkah kau simpan ribuan mimpi
yang kau dekap bersama kanak-kanak bernyanyi

Gemuruh hujan di pagi buta
seolah dendangkan tembang nestapa
berguguran bunga-bunga lara
dari mimpi yang begitu saja kau lupa

Rintik hujan riang menari
tak pedulikan perihnya hati yang menanti
kapankah luka-luka terobati
koyaknya kembali erat menepi

Dini hari berkawan rinai hujan
hanya alunan doa yang meniup perlahan
melarutkan luka-luka terpendam
merelakan karam bersama derasnya hujan

 

Semarang, 28 September 2016


0 comments: