Di bumi yang sama
Hari demi hari berganti
Di bawah terik matahari
Kau dan aku ada di sini
Jika kupandang langit
Kau pun memandang
Langit yang sama
Di udara yang sama
Jika bumi dihancurkan
Hancurlah aku
Hancurlah engkau
Jika bumi dihijaukan
Sehatlah aku
Sehatlah engkau
Dari rahim yang berbeda
Tapi apalah artinya
Kita tetap saudara sejiwa
Dalam genggaman
Sumpah pemuda
Melewati malam sunyi
Namun kita tak pernah sendiri
Senyum mengembang di udara
Merangkai kata-kata Cinta
Untuk yang berhati terbuka
Jakarta, November 2010
Tentang Ahmadun Yosi Herfanda
Lahir di Kaliwungu, Kendal. Tahun 2010 menjadi ketua Komite Sastra DKJ, Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI), Koordinator Indonesia untuk Pertemuan Penyair Nusantara (PPN), dan sejumlah jabatan lainnya, namun ia lebih suka menyebut diri sebagai "pelayan sastra".
Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, dan esai dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi puisi antara lain, Horison, UlumulQ Qur'an Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana (Brunei), antologi puisi Secreets Need Words (Harry Aveling, ed, Ohio University, USA, 2001), Waves of Wonder (Heather Leah Huddleston, ed, The International Library of Poetry, Maryland, USA, 2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Ingris, Nov 1998), dan The Poets' Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995).
Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain Sang Matahari (puisi, 1984), Fragmen-Fragmen Kekalahan (puisi, 1996), Sembahyang Rumputan (puisi, 1996), Ciuman Pertama untuk Tuhan (puisi dwibahasa, 2004), Badai Laut Biru (cerpen, 2004), dan The Worshipping Grass (puisi dwibahasa, 2005).
----------------------------------------
Sumber foto: arsip pribadi
Sumber tulisan: buku "Dari Bumi yang Sama" (Kado Puisi bagi Thomas Budi Santosa)
0 comments:
Post a Comment