Friday, June 19, 2020

Mengapa Kasus Corona Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara?




Ini prestasi? Tertinggi berarti sebuah capaian luar biasa. Sebuah kebanggaan. Terlebih di tingkat Asia Tenggara.

Tapi, itu merupakan kebalikannya. Adalah kabar menyedihkan dan memperihatinkan. Ini lebih kurang sama dengan raihan atas ekspor besar-besaran kabut asap dari Indonesia ke negara-negara tetangga.

Lantas, mengapa bisa demikian?

Banyak pihak menilai bahwa kebijakan Pemerintah Pusat yang salah sejak awal menjadi faktor utama Indonesia menjadi negara paling tinggi kasus virus corona baru (Covid-19) dibanding negara-negara di Asia Tenggara.

Sebutlah analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, seperti terlansir RMOL mengatakan, data per (19/6) menunjukkan bahwa kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara dengan 43.803 kasus dan 2.373 kasus kematian. Ubedilah pun membeberkan dua penyebab Indonesia menjadi negara tertinggi kasus Covid-19 di Asia Tenggara.

Pertama, karena pemerintah telah salah membuat kebijakan pada awal kasus, ketika ada kesempatan berharga untuk melakukan karantina wilayah Jakarta di bulan Maret selama 14 hari tetapi tidak dilakukan. Namun, Pemerintahan Joko Widodo malah memilih kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang hingga saat ini diperpanjang.

Saat PSBB, lalu lintas sosial masih dibolehkan sehingga peluang penyebaran Covid-19 masih terjadi. Hal tersebut, sambung Ubedilah, menggambarkan bahwa orientasi kebijakan pemerintah masih mengutamakan keselamatan ekonomi ketimbang keselamatan rakyatnya.

Dan tragis, bahwa PSBB juga ternyata tidak menjamin keselamatan ekonomi karena faktanya angka pertumbuhan ekonomi di kwartal II tahun 2020 ini justru makin terpuruk bahkan minus.

Penyebab yang kedua, lanjut Ubedilah, ialah karena masyarakat Indonesia dinilai secara sosial belum memiliki budaya disiplin yang kuat. Sehingga, cenderung mengabaikan protokol kesehatan.

Mengutip media itu, Ubedilah menjelaskan, "Ini problem makin serius ketika masyarakat semakin cuek dan tidak percaya dengan kebijakan pemerintah yang mencla-mencle dan cenderung tidak konsisten atau berubah-ubah."

0 comments: