Thursday, June 25, 2020

Dua Puisi Taufiq Ismail Berikut Perlu Kita Renungkan



Ilustrasi - Pixabay



KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU 
kepada Kang Ilen


Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, 
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, 
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,  
yang menyala bergantian, 
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam  
dengan bola  yang bentuknya seperti telur angsa, 
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam  
karena seratus juta penduduknya, 

Kembalikan Indonesia  padaku 

Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam  
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat, 
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam  
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, 
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,  
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,  
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, 
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang  
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam  
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan, 

Kembalikan Indonesia padaku 

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam  
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, 
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam  
karena seratus juta penduduknya, 
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,  
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, 

Kembalikan  Indonesia padaku 

Paris, 1971
(Sumber: Loker Seni)



NEGERIKU SEDANG DILAHAP RAYAP


Kita Hampir Paripurna menjadi Bangsa Porak-Poranda, Terbungkuk Dibebani Hutang dan Merayap Melata Sengsara di dunia. Pergelangan Tangan dan Kaki Indonesia "DIBORGOL" di Ruang Tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya.

Negeri kita "Tidak Merdeka Lagi",  Kita sudah jadi Negeri Jajahan Kembali.

Selamat Datang dalam "Zaman Kolonialisme Baru," Saudaraku.

Dulu penjajah kita "Satu Negara", Kini penjajah kita "Multi-Kolonialis" banyak bangsa. Mereka "Berdasi Sutra", Ramah-Tamah luar biasa dan Banyak Senyumnya. Makin banyak kita "Meminjam Uang, Makin Gembira" karena "Leher Kita Makin Mudah Dipatahkannya".

Bergerak ke kiri "Ketabrak Copet" Bergerak ke kanan "Kesenggol Jambret", Jalan di depan "Dikuasai Maling", Jalan di Belakang penuh "Tukang Peras", Yang di atas "Tukang Tindas."

Lihatlah PARA MALING itu kini mencuri secara Berjamaah. Mereka berSaf-Saf Berdiri Rapat, Teratur Berdisiplin dan Betapa Khusyu’

Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya, Begitu Sistematis

Sumber: Akun Facebook Abidah El Khalieqy


0 comments: