Monday, May 18, 2020

Ikut Serta dalam Ramadhan sebagai Bentuk Ekstremisme Agama


Sumber The Muslim Vibe


Cina kian menganiaya muslim Uyghur. Agaknya kalimat itu cukup mewakili realitas empiris di Xinjiang atau Turkistan Timur.

Seperti terlansir The Muslim Vibe, seorang pejabat di daerah Peyziwat Kashgar mengakui bahwa kotanya telah menerapkan upacara pengibaran bendera harian wajib pada waktu fajar, serta kelas-kelas studi politik wajib di malam hari.

Apa artinya?

Jelas sekali bahwa kedua kegiatan aneh itu dalam upaya untuk menjauhkan umat Islam Uyghur dari waktu sahur, waktu-waktu sholat keagamaan, dan buka puasa.

Kemudian, media itu juga menyebutkan bahwa dalam tindakan keras terbaru Cina terhadap muslim Uyghur, telah dilaporkan bahwa Uyghur telah diperintahkan untuk melaporkan siapa pun yang ditemukan berpuasa selama bulan suci Ramadhan.

Selama bertahun-tahun Cina telah melarang muslim Uyghur untuk menjalankan puasa selama bulan Ramadhan. Lalu apa yang akan diterima bila ketahuan berpuasa?

Adalah penahanan bagi mereka yang tertangkap puasa atau sholat. Bahkan secara fisik melarang anak-anak di sekolah berpuasa selama bulan suci Ramadhan.

Cina menyebut ini semua telah menjadi bagian dari "perang melawan teror" yang sedang berlangsung di sana.

Lantas siapa yang teroris?

Cina selalu menyebut musuh-musuhnya sebagai teroris. Orang-orang Hong Kong, misalnya yang prodemokrasi dianggap teroris yang ekstrem. Dan di Xinjiang, setiap muslim Uyghur dan muslim lainnya disebut oleh Cina sebagai teroris yang ekstrem. Jadi tidak mengherankan hanya karena identitas sebagai "muslim Uyghur", mereka ditahan.

Apa tanggapan dunia internasional terhadap kekejian Cina terhadap muslim d Xinjiang?

Langkah Cina ini sekarang sangat dikutuk oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan aktivis di seluruh dunia sebagai genosida yang ditutupi dalam kebijakan dalam negeri tentang "teror".

Masih dari sumber yang sama, di banyak daerah Xinjiang, masjid sangat dikontrol dan restoran milik Uyghur dipaksa untuk berjanji mereka tidak akan berpuasa atau melakukan sholat bersama sebelum makan malam.

Berbicara secara anonim kepada RFA yang dikutip media itu, seorang karyawan Uyghur dari Pemerintah Kabupaten Makit menjelaskan bahwa penduduk Uyghur telah diberitahu bahwa mereka akan menghadapi hukuman karena puasa, termasuk dikirim ke salah satu kamp konsentrasi di provinsi Xinjiang.

Sekadar informasi tambahan, sekutar 2 juta orang Uyghur dan etnis minoritas muslim saat ini ditahan di kamp-kamp ini dan bukti penyiksaan, pemerkosaan, sterilisasi paksa, dan bahkan kematian sistematis ada di sana.

Pegawai di bawah anonimitas lebih lanjut menjelaskan bahwa pemerintah Cina telah lama mengkriminalisasi ekspresi agama yang terbuka bagi muslim Uyghur, dengan menyatakan, "Ikut serta dalam Ramadhan disebarluaskan sebagai bentuk ekstremisme agama. ”

RFA juga berbicara dengan pegawai pemerintah di sebuah kota kecil di Makit, yang menjelaskan bahwa alasan otoritas Cina untuk penegakan ini adalah bahwa dengan Ramadhan, pertemuan komunal dapat memicu pemberontakan politik.

Katanya, “Jika mereka berpuasa, maka mereka akan berkumpul untuk makan, dan jika mereka berkumpul, lalu mereka akan mengganggu masyarakat, mereka akan mengancam keamanan nasional. Itu sebabnya kami melakukan propaganda menentang menjaga Ramadhan.”

Mengenai pelarangan puasa di bulan Ramadhan ini hanyalah satu bagian kecil dari masalah pelanggaran hak asasi manusia yang sangat luas dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di negara itu.

Kongres Uyghur Sedunia, yang berbasis di Jerman, telah menyerukan kepada dunia muslim untuk terus berkampanye bagi muslim Uyghur, mendesak umat Islam untuk "berhubungan kembali dengan kepercayaan dan nilai-nilai yang mereka pegang dan untuk melakukan apa yang benar dengan menuntut Cina menghentikan kejahatannya terhadap kemanusiaan melawan muslim Uyghur.

0 comments: