Wednesday, May 13, 2020

Dua Puisi Karya Erkan Kadir (Seorang Penyair Uyghur)




Tanah Ini Milikku

Gantung aku di pohon poplar, dalam posisi terbalik,
Mengasingkanku ke Teklimakan,
Tanah ini milikku!

Biarkan aku meleleh untuk itu,
Biarkan aku mati untuk itu,
Ini bukan hanya kisah yang aku ceritakan,
aku bukan dongeng!
Tanah airku adalah meterai di hatiku,
Dengan imanku, itu terjalin!

Sekuntum bunga mekar di bawah dayung ringan,
Sepotong hati menangis dalam utang tanah airnya.
Mencari aromamu dalam angin,
Putramu adalah pengungsi di negeri asing.

Kicau burung terdengar seperti "tanah air",
Mata hancur dengan menyebutkan itu!
Tanah airku adalah wajah kemarinku,
tanah airku adalah diri terakhirku!
Tulang-tulangku adalah pohon-pohonnya,
dan kulitku membuka jalannya.

Seorang lelaki kuat menangis,
Di rumah tanpa jendela dengan pintu tertutup,
Tidak dapat menemukan negaranya di peta!

Hatinya tidak lengkap, tidak dapat melihat,
matanya menjadi redup, tidak dapat merasakan,
sejarah agungnya tidak dipahami,
Dia memiliki iman yang besar yang tidak dapat ditemukan,
Dia telah ...

Gantung aku di pohon poplar, dalam posisi terbalik,
Kubur aku di Taklimakan,
Dengan kerinduanku akan tanah air,
Di api unggun, biarkan aku terbakar!
Buat anggur dari abuku,
Minumlah sesuka hatimu.
Ciptakan dap* dari cintaku,
dan mainkan sesuka hatimu.
Mengigau dengan musikku,
Bernyanyi di bagian atas paru-parumu,
Tanah ini milikku,
Tanah ini milikku!

*dap adalah alat musik Uyghur.


Kemiskinan

Aku melihatnya di matamu,
Luka-luka, masa lalu
yang menyelimuti kami,
Dan membebani kami ...
Cinta datang melalui hutan di dalam dirimu,
Melebarkan sayapmu.

Tulang yang lepas pada waktu di tangan kami,
dan kunci tua sebuah rumah.
Kami tidak tahu bagaimana cara memperbaiki waktu,
maupun bagaimana membuka pintu.

Tidak ada waktu untuk kami,
dan tidak ada ruang!

Apakah kau melihat apa yang kami hadapi?
Siksaan yang sama, luka yang sama!
Tanah kami juga menangis!
Sulit untuk menghidupkan kembali tujuan kami,
Hampir tidak ada orang yang datang membantu kami.
Luka semakin besar,
Sementara kami membersihkan dinasti,
Dengan suara kami dalam kehidupan pengungsian kami!

Melihat ke dalam matamu,
Aku melihatnya, kesedihan yang mendalam,
Berusaha keras untuk melepaskan diri,
Dari penderitaan gunung mitos,
Tidak dapat meninggalkan dengan sayap karena angin kencang!

Tidak ada sayap untuk kita,
dan tidak ada angin!

Melihat wajahmu,
Kata-kata mundur ke garis!
Berbicara tentang kami,
Masa depan yang dibesarkan!
Mengingat kami,
Masa lalu yang disebutkan!
Mempertanyakan kami,
Itu dijawab dengan darah!
Apakah kau melihat tanah,
Tanah yang kehilangan langitnya!
Apakah kau melihat langit,
Langit yang memisahkan diri dari tanahnya!

Tidak ada tanah untuk kami,
dan tidak ada langit!

------------------------------
Secara garis besar dua puisi karya penyair Uyghur ini tentang penindasan Republik Rakyat Cina terhadap Uyghur. Menggambarkan nasib tragis bangsa Uyghur di Turkistan Timur yang telah dikuasai Cina.

Erkan Kadir

Adapun penyair Erkan Kadir meninggalkan Provinsi Xinjiang di China untuk belajar di Turki, tetapi ia terus menulis dan bekerja untuk perjuangan Uyghur. Puisi-puisinya yang dicirikan oleh nostalgia melankolis dan kerinduan yang kuat akan sesuatu yang hilang, telah menjadi sangat populer di diaspora Uyghur. Dua puisi dan sekilas tentang penyair dikutip dari PENOPP yang menayangkannya  pada 08 MEI 2020. Semoga bermanfaat.

0 comments: