Thursday, April 23, 2020

Kematian Kim Jong Un Berpotensi Guncang Kawasan Itu, Bagaimana Respons Militer?


Kim Il Sung, Kim Jong Il, Kim Jong Un, dan Kim Yo  Jong- news.com.au

Kim Jong Un menjadi perhatian dunia saat ini. Pemimpin Korea Utara itu dikabarkan sedang sakit parah dan mati otak.

Sontak, berita tersebut memicu kecemasan bahwa kematiannya berpotensi mengguncang kawasan itu. Ya, meski belum dinyatakan mati, kematiannya dapat menyebabkan krisis pengungsi yang akan menarik AS, Korea Selatan dan mungkin sekutu lainnya, menurut sebuah laporan seperti terlansir news.com.au, Kamis (23/4/2020).

Awal mencuatnya kondisi kesehatan diktator muda itu ialah setelah ia melewatkan tanggal 15 April  sebagai hari peringatan ulang tahun ke-108 kakeknya, yakni pendiri Hermit Kingdom atau Kerajaan Pertapa, Kim Il Sung.

Lalu, dalam laporannya, New York Post menyebutkan bahwa pada hari Rabu, media pemerintah Korea Utara menerbitkan beberapa komentar masa lalu oleh Kim Jong Un tanpa menyebutkan keberadaannya yang terkini.

Meskipun Kim Jong Un tidak memiliki penerus atau pewaris, adik perempuannya yang merupakan pejabat senior partai berkuasa, Kim Yo-jong,  tampaknya merupakan kandidat yang paling mungkin untuk turun tangan menggantinya.

Namun, dari sumber yang sama, beberapa ahli percaya bahwa kepemimpinan kolektif, yang dapat mengakhiri aturan dinasti keluarga, juga dapat dimungkinkan.

Kurangnya ahli waris yang ditunjuk berarti akan ada "kekacauan, penderitaan manusia, ketidakstabilan," kata pensiunan kepala operasi khusus Korea Selatan Letjen Chun In-Bum kepada Military Times. "Ini berita buruk bagi semua orang."

Mengutip media itu, David Maxwell, pensiunan Kolonel Pasukan Khusus dan rekan senior di lembaga think tank (Yayasan Pertahanan Demokrasi) mengatakan, "Tidak diketahui apakah Kim Jong Un telah menunjuk pengganti. Kita dapat berspekulasi bahwa mungkin saudara perempuannya, Kim Yo Jong telah ditunjuk sebagai penggantinya berdasarkan promosi terakhirnya dan fakta bahwa ia telah mulai membuat pernyataan resmi atas namanya mulai bulan lalu."

Ia menambahkan, "Apakah seorang wanita, meskipun menjadi bagian dari garis keturunan Paektu bisa menjadi pemimpin rezim keluarga Kim."

"Korea Selatan, Cina, dan Jepang harus berhadapan dengan potensi arus pengungsi skala besar, ”katanya. “Unit Tentara Rakyat Korea Utara akan bersaing untuk sumber daya dan kelangsungan hidup. Ini akan menyebabkan konflik internal antar unit dan dapat meningkat menjadi perang saudara yang meluas. ”

Dan meskipun ada kekacauan internal seperti itu, militer Korea Utara akan terus berjuang untuk membela negara, katanya.

0 comments: